Author’s POV
Naomi tengah serius melanjutkan model yang sempat tertunda ia kerjakan karena waktu makan siang. Gadis itu dengan teliti mengerjakan setiap detail dari dungeon tersebut. Walaupun hari ini bukanlah deadline untuk mengerjakan dungeon itu dengan tuntas, namun gadis itu mengerjakannya jor-joran. Ia ingin menyelesaikan pekerjaannya tersebut sebelum deadline.
Karena ia terlalu serius, ia tidak menyadari jika Adrian tengah berada di belakangnya, mengamati kelihaian gadis itu dalam mengerjakan pekerjaannya, seakan pekerjaan itu sudah menjadi makanannya setiap harinya.
“Sudah berapa persen?” tanya Adrian membuat gadis itu tersentak. Ia membalikkan dirinya menatap Adrian yang nyengir kepadanya, sebagai pertanda ia tidak sengaja mengagetkan gadis itu seperti yang sudah ia lakukan.
“Sudah 70 persen, kak,”
“Adrian, without kak,” ujar pria itu yang diangguki mengerti oleh Naomi. Seb
Author’s POVBaru saja gadis itu hendak membuka mulutnya, berniat untuk mengatakan jika ia akan menyusul mereka, tiba-tiba Alex masuk ke dalam ruangan, membuat siapapun termasuk Naomi terdiam di tempat. Keenamnya memberikan membungkukkan diri mereka sebagai bentuk hormat mereka kepada sang CEO.“Kamu masih disini?” ujar pria itu dengan akrab kepada Naomi, sehingga yang lain matanya tertuju kepada Naomi yang tampak mati kutu di tempat. Naomi menelan ludahnya ketika ia menjadi pusat perhatian kelima rekannya,“I-iya pak,” ujarnya tanpa menatap balik pria itu yang masih menatapnya dengan sungguh,“Bukankah aku sudah bilang untuk ke ruanganku sepulang kerja?” ujarnya lagi, membuat gadis itu semakin ciut. Ia penasaran apa yang menjadi isi pikiran rekan-rekannya setelah mereka melihat interaksi dirinya dengan pria yang mereka kenal sebagai CEO itu,“Ma-af pak, saya akan segera ke ruangan ba
Author’s POV"Bisakah kau berhenti memegang tanganku disaat kita ada di lingkungan kerja?" ujar gadis itu, memecah keheningan yang sedari tadi terjadi sepanjang perjalanan mereka"Memangnya kenapa?"Gadis itu menatap pria itu dengan tidak percaya dan menghela nafas malas, "Aku penasaran dimana letak otakmu. Apa itu di dengkul?" sarkas gadis itu yang membuat pria itu terkekeh. Mendengar kekehannya tersebut, membuat gadis itu memutar bola matanya dengan malas,Lagi lagi pria itu tidak menggunakan akal sehatnya.“Mendengar kekehannya itu membuatku kesal,” "Aku sedang tidak memujimu loh," ujarnya sembari melipat tangannya,"Aku tahu," ujarnya, tanpa mengalihkan tatapannya kepada gadis itu."Kita bahkan tidak memiliki hubungan apapun,"“Jadi berhentilah membuat orang salah paham dengan kita,” lanjutnya lagi sambil memiringkan kepalanya,Pria itu tersenyum, "Kalau b
Author’s POV“Apa boleh aku ikut bernyanyi?” tanya Alex yang mengundang tolehan dari gadis itu dan semua orang yang ada di ruangan. Semuanya langsung mengangguk dan Naomi pun memberikan mic tersebut kepada Alex.“Mau lagu apa pak?” tanya Adrian kepadanya,“Alex, panggil saja aku Alex…” ujar Alex yang diangguki kaku oleh semua orang,“Baik pak, eh Alex… Mau lagu apa?”“Main Hati, Andra and the Backbone,” ujar pria itu yang diangguki oleh Adrian. Naomi tidak bisa melepaskan pandangannya terhadap pria itu yang hendak menyanyikan lagu itu. Ingatannya kembali melayang dimana ia dan pria itu menghabiskan waktu mereka di karaoke sehabis mereka pulang sekolah.Saat itu pria itu juga memilih lagu tersebut untuk ia nyanyikan. Naomi bisa merasakan kesenangan yang pernah ia rasakan ketika pria itu menyanyikan lagu itu untuknya. Ia masih ingat rasanya mencint
Author’s POVGadis itu masih melirik Alex yang masih mengetatkan rahangnya dengan kesal. Ia membenci suasana panas seperti ini. Alex yang marah-marah tidak jelas dan dirinya yang ikut terpancing oleh amarahnya. Ia hanya tidak bisa membayangkan akan jadi apa hari esok jika pria itu terus marah kepadanya.Maka dari itu, ia memutuskan untuk meredakan amarahnya sendiri dulu sebelum dia mulai menenangkan Alex yang masih terbakar amarah,“Kau masih marah?” ujar gadis itu setelah sekian lama keduanya hening. Pria itu tidak menjawab apapun, ia hanya fokus kepada apa yang ada di depannya, bukan gadis itu yang sedang mengajaknya untuk berbicara,“Kau mengabaikanku?” ujar gadis itu yang masih belum mendapat respon apapun dari Alex.“Felix itu sudah berkeluarga… ayahku sudah menganggapnya sebagai anaknya sendiri. Jika aku memintanya untuk tinggal di hotel, hal itu hanya akan membuat ayahku kecewa meng
Author’s POVNaomi mengeringkan rambutnya menggunakan handuk sembari bersenandung dengan indah. Ia menghentikan aktivitasnya ketika ia mendapat panggilan dari ponselnya. Ia melihat sekilas siapa yang meneleponnya dan dia langsung mengangkatnya. Walaupun itu adalah nomor yang tidak di kenal, namun ia seakan tidak asing dengan nomor tersebut,“Halo? Siapa ya?” tanya gadis itu, membuat pria yang meneleponnya itu sedikit kecewa,“Kamu tidak menyimpan nomorku?” ujar Alex, membuat gadis itu melepaskan sejenak ponselnya dan melihat akhir dari nomor itu,“Pantesan rasanya gak asing,” batin gadis itu,“Ada apa?” tanya gadis itu tanpa basa-basi,“Kamu tidak berniat menanyakan keadaanku?” ujar pria itu lagi, membuat gadis itu memutar bola matanya dengan malas.“Kenapa kau ingin sekali kutanya-tanya seperti itu?” ujarnya denga
Author’s POVGadis itu mengigit bibir, memikirkan dan menimang apakah ia harus menceritakan semuanya kepada Seira. Bagaimana jika ia menceritakan bagian kulitnya saja kepada Seira?Ah entahlah, ia sangat bingung sekarang.Sementara itu, Adrian masih menatapnya dari kejauhan, menyadari ekspresi gadis itu yang rancu untuknya. Semuanya sangat bertepatan, Naomi yang merupakan sepupu dari Seira, dan sekarang Naomi dengan Alex yang tampaknya sudah saling mengenal karena interaksi mereka yang tidak biasa jika dikategorikan sebagai atasan dan bawahan.Ia kemudian teringat bagaimana Alex sangat ingin ikut campur terhadap pemilihan anggota baru. Belum lagi ia ingat ketika Alex menyuruhnya untuk membuat sebuah spot dengan perlengkapan yang baik untuk Naomi. Pria itu menyenderkan tubuhnya, mengapa Alex sebegitu perduli dengan gadis itu?Sebenarnya apa hubungan keduanya?Kedua tangan Adrian memegang kepalanya yang sudah berpikir cu
Author’s POV“Aku… aku tidak akan mau kembali lagi bersama dengan dia,” ujar gadis itu sembari menyuapkan kembali sesendok nasi ke mulutnya. Ia menatap lurus ke depan, mempertahankan kehendaknya yang tidak ingin ditentang oleh sesiapapun termasuk dirinya sendiri,“Kenapa? Setiap orang berhak untuk mendapat kesempatan kedua…”“Kakak hanya tidak tahu apa yang sudah dia perbuat hingga aku bisa sekukuh ini untuk tidak kembali bersama dengan dia,” katanya sembari memainkan makanannya. Seira masih diam, menatap sang adik yang tampaknya menderita untuk menceritakan semuanya kepada dirinya.“Kalau kau tidak ingin menceritakan semuanya kepadaku, tidak masalah… aku tidak akan memaksa,”“Tidak, aku akan menceritakannya sekarang. Dan aku ingin kakak menilai kembali apakah aku benar-benar sudah sembuh dari luka yang pria itu torehkan kepadaku,” ujarnya sebelu
Author’s POV“Sekian dari saya pak…” ujar gadis itu setelah menjelaskan apa saja yang ia kerjakan dan pelajari dari pekerjaannya hari ini. Selama gadis itu menjelaskan, pria itu hanya fokus kepada paras gadis itu yang sangat elok untuk dipandang. Ia sesekali tersenyum samar kepada gadis itu, ia sangat memuja kecantikan natural yang gadis itu miliki,Pria itu terus memandangnya tanpa menyadari jika gadis itu sudah selesai menjelaskan semuanya. Ia baru saja tersadar ketika gadis itu memanggilnya dan saat itulah ia kembali ke dunia nyata. Matanya kembali fokus kepada gadis itu untuk menanyakan;“Ah… iya, sudah seberapa persen karakter itu kamu kerjakan?”“Sejauh ini masih 30% an pak…” ujarnya membuat pria itu mengangguk mengerti,“Kapan targetmu bisa mengerjakannya hingga selesai?”“Lusa… saya usahakan lusa akan saya selesai…”
Author’s POV Beberapa tahun berlalu. Kini Alex dan Naomi sudah terang-terangan menunjukkan hubungan mereka ke rekan kerja mereka. Mereka melakukannya perlahan-lahan, dimulai dari berjalan bersama dan akhirnya Naomi pun mengaku kepada rekan-rekannya mengenai hubungannya bersama dengan Alex. Ia melakukannya bukan karena ia ingin pamer, ia merasa jika hal seperti ini tidak bisa disimpan dan disembunyikan untuk selamanya. Sudah 2 tahun berlalu dan keduanya masih berpacaran dengan begitu harmonis. Tentu saja di dalam sebuah hubungan akan selalu ada cek cok dan juga pertikaian. Namun itu tidak membuat hubungan mereka putus di tengah jalan karena mereka sadar, bagaimana pun mereka menjauh, pada akhirnya kembali lagi bersama. Hubungan mereka tentu saja sudah disetujui oleh keluarga Naomi dan keluarga Alex. Salah satu plot twist yang mereka dapatkan adalah ternyata Benny adalah teman lama Charles. Mereka berteman sejak mereka masih bersama-sama mengel
Author’s POV Alex menarik napasnya dan mencoba untuk menenangkan dirinya. Ia merasa ia harus bicara tatap muka dengan kedua orang tuanya mengenai pertunangannya dengan Giselle. Kalau perlu ia akan mendatangi Kevin---ayah Giselle untuk membatalkan pertunangan mereka, Pria itu mulai keluar dari mobilnya dan mulai masuk ke dalam rumah kedua orang tuanya. Karena kedatangan pria itu mendadak, Adelia dan Charles juga terkejut dengan keberadaan anaknya yang tidak mengabari mereka jika ia datang kepada mereka. Dengan mantap, pria itu duduk di sofa bersama dengan kedua orang tuanya. Ia menatap serius kedua orang tuanya sebelum dia membuka suaranya, “Papa, mama... Alex ingin membatalkan pertunangan ini. Bisakah Alex mendapatkan kontak pak Kevin supaya Alex bisa berbicara kepadanya empat mata?” tanya Alex dengan serius. Charles beserta istrinya saling bertatap-tatapan sebelum mereka pun tersenyum, “Tidak perlu...” ujar Charles kepadanya.
Author’s POVGiselle masih menatap Naomi yang terlihat canggung bersamanya. Saat ini mereka berada di sebuah café langganan Giselle yang mana mereka memesan ruang vip entah untuk apa alasannya bagi Naomi. Namun berbeda dengan Naomi, Giselle hanya ingin pembicaraannya dengan Naomi tidak bocor ke luar dan tidak mengundang banyak orang untuk mendengarkannya,Sembari menunggu makanan mereka tiba, Giselle dengan tegas duduk dengan tangan yang terlibat dan ia menyenderkan tubuhnya di kursi. Sementara Naomi, ia berusaha untuk menghindari tatap muka terhadap gadis itu,“Sejak kapan kau mengenal Alex?” tanya Giselle, membuka percakapannya bersama dengan Naomi setelah sekian lama mereka hanya diam dan tidak berkutik apapun.“Sejak kami SMA…” jawab gadis itu dengan jujur. Kali ini ia juga meluruskan pandangannya kepada Giselle. Jika Giselle sekali lagi ingin mengklaim Alex sebagai miliknya, ia juga tidak a
Author’s POVKali ini Naomi tidak lembur. Ia sudah siap mengerjakan pekerjaannya dan sekarang adalah saatnya untuk pulang bersama dengan Alex. Gadis itu masih berjalan dengan pria itu yang sedang menunggunya di dalam mobil. Dan ketika gadis itu sudah sampai di basement, seseorang menarik tangannya yang membawanya menjauh dari mobil Alex.Bingung dengan siapa yang menariknya, gadis itu menoleh dan mendapatkan Giselle yang sedang menarik tangannya.“M-mau kemana?” tanya gadis itu yang sama sekali menarik dirinya dari Giselle, seakan ia pasrah jika Giselle menariknya seperti itu,“Temenin aku shopping,” ujarnya dengan singkat. Gadis itu masih diam, ia tidak banyak bertanya dan hanya ikut dengan apa yang gadis itu lakukan kepadanya.Ia mendengar banyak mengenai Giselle dari Alex. Giselle adalah anak yang paling kecil diantara saudaranya yang lain. Biasanya anak yang paling terakhir akan mendapatkan kasih s
Author’s POV Alunan musik klasik dari bar ternama ini dapat membius pelanggannya untuk merasa rileks. Bar tersebut terlihat sepi, meskipun terlihat sepi namun ada begitu banyak pria hidung belang yang lalu lalang untuk menggoda sosok cantik seperti Giselle yang sedang meminum vodka sendirian. Ia masih berpakaian kerjanya, dengan blouse peach dan rok span yang mencetak lekuk tubuhnya dengan sempurna. Ditambah lagi dengan high heels dan lipstick merah maroon yang membuatnya terlihat berkelas. Saat ini ia memikirkan perjodohannya bersama dengan Alex. Alex terlihat serius ketika ia berkata ia tidak ingin berjodoh dengan dirinya. Tidak hanya itu, ia juga tidak bisa membenci sosok Naomi yang sudah pernah menyelamatkannya dan juga gadis itu bukanlah tipikal gadis yang munafik. Awalnya ia mengira jika cinta pria itu hanyalah cinta semu seperti dia bersama dengan wanita-wanita lainnya. Ia sama sekali tidak menyangka jika pria itu memang benar-benar me
Author’s POV“Sebenarnya Alex adalah calon tunanganku,” Perkataan tersebut terus terbayang-bayang dibenak Naomi. Ia mendapat pesan dari Alex yang menanyakan keadaannya tadi dan gadis itu mengabaikan pesan itu dan memilih untuk mengerjakan pekerjaannya. Ia terus bekerja hingga ia sendiri menyerah akan dirinya dan ia meletakkan kepalanya di meja. Ia menghela napas, mengapa semuanya menjadi serumit ini?Hubungannya bersama dengan Alex sudah membaik dan sekarang mereka harus berhadapan dengan perjodohan Alex. Gadis itu sedikit kecewa karena pria itu tidak berkata apapun kepadanya dan pada akhirnya berakhir pada gadis itu yang mengetahuinya dari orang lain.Tapi ia juga tidak terlalu menyalahkan Alex karena jika dirinya berada di posisi Alex, mungkin ia juga akan melakukan hal yang sama. Lagi dan lagi gadis itu menghela napasnya. Ia berusaha untuk bangkit dan juga kembali mengerjakan pekerjaannya.Tidak lama
Author’s POV“Tidak bisakah kau tinggalkan berkasmu itu dan pergi saja bersama denganku?” tanya Giselle yang lagi-lagi diabaikan oleh Alex. Sudah sekitar setengah jam pria itu mengabaikan gadis itu yang masih duduk di sofa kebesaran ruangan kerja Alex. Giselle menghela napasnya, ia tidak menyangka Alex akan tumbuh menjadi pribadi yang pekerja keras seperti ini.Setahunya dulu, Alex adalah orang yang lebih suka cara yang instan dan praktis. Sebenarnya, mendengar pria itu menjadi CEO di perusahaan ayahnya membuat gadis itu terkejut, pasalnya ia sangat mengenal sifat pria itu yang tidak suka diatur-atur.Namun itu bukanlah masalah besar untuknya. Malah hal tersebut adalah hal yang bagus karena pria itu tumbuh menjadi pria yang lebih baik daripada masa lalunya. Giselle menatap arlojinya yang sudah menunjukkan waktu untuk makan siang. Dengan senang, ia berdiri dan menghampiri pria itu untuk mengajaknya makan siang bersama,&l
Author’s POVAlex memijat pelipisnya... saat ini ia tengah menunggu kehadiran Giselle. Mereka bersepakat untuk bertemu guna membahas perjodohan mereka berdua. Giselle adalah teman kecil Alex, keduanya memang dekat namun Alex hanya menganggapnya sebagai adiknya saja, tidak lebih.Tidak lama ia menunggu, sosok ayu nan cantik datang menemuinya dan duduk di hadapannya. Gadis itu sudah sangat menunggu masa-masa dimana ia bertemu kembali dengan Alex. Ia sangat senang jika pria itu meneleponnya tadi malam dan mengajaknya untuk bertemu seperti ini,“Apa kau sudah menunggu lama?” tanya gadis berambut panjang itu,Alex menggelengkan kepalanya,”Aku baru saja sampai,” ujar pria itu dengan jujur.“Bagaimana keadaanmu?” tanya gadis itu yang ingin membangun percakapan yang menarik diantaranya dan Alex...“Kita langsung saja ke intinya... Giselle, aku ingin bertanya... apa kau setuju den
Author’s POV“Kau tampak senang sekali,” ujar Darius yang bisa merasakan energy positif dari sosok Alex. Alex meresponnya dengan bahagia juga,”Benarkah?” ujarnya sembari melanjutkan pekerjaannya. Tentu saja ia sangat senang, sekarang hari-harinya dipenuhi dengan keberadaan Naomi yang sedari dulu ia inginkan. Ditambah lagi ia merasa ia sangat dicintai oleh gadis itu,“Apa ini karena gadis itu?” tanya Darius lagi kepada Alex. Alex kembali menatap Darius sejenak sebelum dia kembali membaca berkasnya,”Mungkin?” ujarnya sembari tersenyum.“Saya turut senang kalian bisa bersama lagi,” kata Darius lagi kepada Alex. Tanpa memudarkan senyumannya, Alex mengangguk,”Ya… aku juga senang dia bisa bersama denganku lagi… aku harap kami selalu bisa bersama,” ujarnya yang kemudian memberikan setumpuk berkas yang sudah ia kerjakan kepada Darius.Darius melangkah dan