Author’s POV
Gadis itu mengigit bibir, memikirkan dan menimang apakah ia harus menceritakan semuanya kepada Seira. Bagaimana jika ia menceritakan bagian kulitnya saja kepada Seira?
Ah entahlah, ia sangat bingung sekarang.
Sementara itu, Adrian masih menatapnya dari kejauhan, menyadari ekspresi gadis itu yang rancu untuknya. Semuanya sangat bertepatan, Naomi yang merupakan sepupu dari Seira, dan sekarang Naomi dengan Alex yang tampaknya sudah saling mengenal karena interaksi mereka yang tidak biasa jika dikategorikan sebagai atasan dan bawahan.
Ia kemudian teringat bagaimana Alex sangat ingin ikut campur terhadap pemilihan anggota baru. Belum lagi ia ingat ketika Alex menyuruhnya untuk membuat sebuah spot dengan perlengkapan yang baik untuk Naomi. Pria itu menyenderkan tubuhnya, mengapa Alex sebegitu perduli dengan gadis itu?
Sebenarnya apa hubungan keduanya?
Kedua tangan Adrian memegang kepalanya yang sudah berpikir cu
Author’s POV“Aku… aku tidak akan mau kembali lagi bersama dengan dia,” ujar gadis itu sembari menyuapkan kembali sesendok nasi ke mulutnya. Ia menatap lurus ke depan, mempertahankan kehendaknya yang tidak ingin ditentang oleh sesiapapun termasuk dirinya sendiri,“Kenapa? Setiap orang berhak untuk mendapat kesempatan kedua…”“Kakak hanya tidak tahu apa yang sudah dia perbuat hingga aku bisa sekukuh ini untuk tidak kembali bersama dengan dia,” katanya sembari memainkan makanannya. Seira masih diam, menatap sang adik yang tampaknya menderita untuk menceritakan semuanya kepada dirinya.“Kalau kau tidak ingin menceritakan semuanya kepadaku, tidak masalah… aku tidak akan memaksa,”“Tidak, aku akan menceritakannya sekarang. Dan aku ingin kakak menilai kembali apakah aku benar-benar sudah sembuh dari luka yang pria itu torehkan kepadaku,” ujarnya sebelu
Author’s POV“Sekian dari saya pak…” ujar gadis itu setelah menjelaskan apa saja yang ia kerjakan dan pelajari dari pekerjaannya hari ini. Selama gadis itu menjelaskan, pria itu hanya fokus kepada paras gadis itu yang sangat elok untuk dipandang. Ia sesekali tersenyum samar kepada gadis itu, ia sangat memuja kecantikan natural yang gadis itu miliki,Pria itu terus memandangnya tanpa menyadari jika gadis itu sudah selesai menjelaskan semuanya. Ia baru saja tersadar ketika gadis itu memanggilnya dan saat itulah ia kembali ke dunia nyata. Matanya kembali fokus kepada gadis itu untuk menanyakan;“Ah… iya, sudah seberapa persen karakter itu kamu kerjakan?”“Sejauh ini masih 30% an pak…” ujarnya membuat pria itu mengangguk mengerti,“Kapan targetmu bisa mengerjakannya hingga selesai?”“Lusa… saya usahakan lusa akan saya selesai…”
Author’s POVDi jalan, gadis itu bertemu dengan Adrian yang tengah berdiri di depan lift. Beruntung pria itu tidak melihatnya. Dengan cepat, ia membuka pintu dan menutupnya dengan perlahan.Ia menghela nafas lega ketika ia sudah masuk ke dalam ruangan tempat ia bekerja,"Kenapa ngendap-ngendap begitu?" celetuk Seira, membuat gadis itu kaget bukan main bahkan sampai gadis itu memekik. Ia berbalik melihat Seira yang tengah mengerutkan keningnya dengan heran. Ia juga melihat sekitarnya yang sudah kosong.“Kamu kenapa, Naomi?” tanya Seira, mengembalikan kesadaran gadis itu seperti semula,“E-enggak ada kok kak… a-aku hanya ingin mengambil barangku aja,” ujarnya sembari berjalan ke mejanya dan merapikan mejanya. Seira masih diam, menatap ada yang tidak beres dengan gadis itu. Ia pun berjalan mendekat gadis itu dan matanya mengekori setiap pergerakan yang gadis itu buat,“Kamu habis dari
Author’s POVGadis itu mengerutkan keningnya begitu ia menyadari jika pria itu tidak berjalan ke arah rumahnya. Ia sangat bingung, sebenarnya apa yang menjadi rencana pria itu terhadapnya.“Apa aku sedang diculik?” batinnya dengan was was. Ia melirik Alex yang belum juga menyadari kebingungan yang gadis itu rasakan kepadanya. Bagaimana pria itu bisa sesantai itu terhadapnya? Bukankah jika pria itu benar-benar membawa gadis itu ke suatu tempat, seharusnya pria itu mengatakannya kepada dirinya, bukan?Tapi mengapa pria itu masih diam saja?“Kamu ingin membawaku kemana?” tanya gadis itu dengan bingung. Alex meliriknya sejenak dan memasang senyum manisnya untuk menjawab pertanyaan gadis itu,“Apa kamu ingat saat kamu bilang ke Adrian kalau kamu akan pergi ke suatu tempat bersama dengan ‘temanmu’ itu?”Gadis itu mengangguk,”Lalu?” tanyanya dengan bingung,
Author’s POV“Kau tidak bisa mengemudi jika kau masih mengantuk seperti itu,” ujar gadis itu, membuat pria itu menaikkan alisnya ketika Naomi mulai melepaskan tangannya dari Alex.Alex sangat menyayangkan hal itu.“Jadi kali ini, aku yang menyetir,” ujarnya yang berhenti berjalan dan berbalik kepada Alex yang masih menyimak perkataannya. Gadis itu sebelumnya memang selalu membawa mobil ketika ia masih SMA dulu. Saat itu ia masih ingat saat ayahnya membelikannya sebuah mobil sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke 16 tahun. Namun sayangnya, mobil itu harus ia jual karena sang ayah yang sudah bangkrut.“Tapi jika kau menyetir, lalu siapa yang mengantarku pulang dengan keadaan mengantuk seperti ini?” tanya pria itu yang juga menjadi buah pikiran gadis itu,“Aku tidak mungkin membawanya pulang. Ada ayah, aku tidak ingin ayah salah paham,” batinnya yang masih bingung.&
Author’s POVPria itu semakin erat memeluknya dengan dagu yang ia letakkan di bahu gadis itu. Naomi sangatlah mungil untuknya yang tingginya mencapai 1.87m. Naomi terdiam sejenak, menikmati kehangatan yang mulai menjalar dalam dirinya. Perasaan seperti ini benar-benar mengingatkannya ketika pria itu memeluknya untuk pertama kalinya,Rasanya begitu nyaman,“Bukankah kau berjanji untuk mengapa-apakanku?” tanya gadis itu, membuat pria itu memeluknya semakin erat.“Tapi kita kan sekarang tidak di ranjang…”“Perkataanmu memang sangat ambigu,” ujar gadis itu sebelum Alex menumpukan dagunya ke bahu gadis itu. Alex memeluk perut gadis itu lebih erat lagi. Sejujurnya, bukan hanya Naomi saja yang merasakan kehangatan dan kenyamanan yang Alex berikan kepadanya. Pria itu juga merasakan hal yang sama. Ia berharap ia bisa selamanya berada di posisi seperti ini bersama dengan Naomi,“A
Author’s POV“M-mau kemana?” tanya gadis itu begitu ia melihat Alex mengundurkan diri darinya.“Aku mau mandi…” ujarnya sembari memutar tubuhnya kembali, menatap Naomi yang masih duduk di ranjangnya. Alex memutuskan untuk berendam di air sejuk untuk menyejukkan dirinya dan menenangkan dirinya dan gairahnya yang sedang ia tekan.“A-aku juga nanti mandi ya…” ujar gadis itu, membuat pria itu terkekeh“Bagaimana jika kita mandi bareng,” tawar pria itu membuat gadis itu dengan refeks menyilangkan dadanya menggunakan tangannya. Hal itu membuat pria itu terkekeh,“Tadi kau tidak bersikap seperti itu saat kita berciuman,” godanya membuat wajah gadis itu memerah. Ia lagi-lagi tersenyum karena gadis itu yang bertindak sangat menggemaskan untuknya. Alex kemudian membuka lemarinya dan mengambil kaos, celana pendek dan handuk untuk gadis itu kenakan,Ia melem
Author’s POVNaomi tengah menunggu pak ojol untuk mengantarkan makanannya. Sementara perutnya sering berbunyi, pria itu tidak bisa menahan kekehannya mendengar suara perutnya yang terus saja bersuara dengan sendirinya,“Naga di perutmu lagi meraung tuh…” ujar pria itu yang diangguki malas oleh gadis itu,“Aku sangat lapaarr,” rengeknya sembari mengelus perutnya. Gadis itu masih menunggu notifikasi yang masuk ke ponselnya. Berselang beberapa menit akhirnya sang ojol menelepon gadis itu dan mengatakan jika ia sudah di depan rumah.Dengan cepat, gadis itu langsung membuka pintu dan menyambut makanan yang sudah dibawakan oleh ojol tersebut.Dengan senyuman sumringah gadis itu berterimakasih kepada pak ojol tersebut, “Terima kasih ya, pak,”“Sama-sama neng,” ujar pak ojol yang kemudian kembali ke motornya untuk pergi. Gadis itupun masuk ke dalam rumah dan menutup pintun
Author’s POV Beberapa tahun berlalu. Kini Alex dan Naomi sudah terang-terangan menunjukkan hubungan mereka ke rekan kerja mereka. Mereka melakukannya perlahan-lahan, dimulai dari berjalan bersama dan akhirnya Naomi pun mengaku kepada rekan-rekannya mengenai hubungannya bersama dengan Alex. Ia melakukannya bukan karena ia ingin pamer, ia merasa jika hal seperti ini tidak bisa disimpan dan disembunyikan untuk selamanya. Sudah 2 tahun berlalu dan keduanya masih berpacaran dengan begitu harmonis. Tentu saja di dalam sebuah hubungan akan selalu ada cek cok dan juga pertikaian. Namun itu tidak membuat hubungan mereka putus di tengah jalan karena mereka sadar, bagaimana pun mereka menjauh, pada akhirnya kembali lagi bersama. Hubungan mereka tentu saja sudah disetujui oleh keluarga Naomi dan keluarga Alex. Salah satu plot twist yang mereka dapatkan adalah ternyata Benny adalah teman lama Charles. Mereka berteman sejak mereka masih bersama-sama mengel
Author’s POV Alex menarik napasnya dan mencoba untuk menenangkan dirinya. Ia merasa ia harus bicara tatap muka dengan kedua orang tuanya mengenai pertunangannya dengan Giselle. Kalau perlu ia akan mendatangi Kevin---ayah Giselle untuk membatalkan pertunangan mereka, Pria itu mulai keluar dari mobilnya dan mulai masuk ke dalam rumah kedua orang tuanya. Karena kedatangan pria itu mendadak, Adelia dan Charles juga terkejut dengan keberadaan anaknya yang tidak mengabari mereka jika ia datang kepada mereka. Dengan mantap, pria itu duduk di sofa bersama dengan kedua orang tuanya. Ia menatap serius kedua orang tuanya sebelum dia membuka suaranya, “Papa, mama... Alex ingin membatalkan pertunangan ini. Bisakah Alex mendapatkan kontak pak Kevin supaya Alex bisa berbicara kepadanya empat mata?” tanya Alex dengan serius. Charles beserta istrinya saling bertatap-tatapan sebelum mereka pun tersenyum, “Tidak perlu...” ujar Charles kepadanya.
Author’s POVGiselle masih menatap Naomi yang terlihat canggung bersamanya. Saat ini mereka berada di sebuah café langganan Giselle yang mana mereka memesan ruang vip entah untuk apa alasannya bagi Naomi. Namun berbeda dengan Naomi, Giselle hanya ingin pembicaraannya dengan Naomi tidak bocor ke luar dan tidak mengundang banyak orang untuk mendengarkannya,Sembari menunggu makanan mereka tiba, Giselle dengan tegas duduk dengan tangan yang terlibat dan ia menyenderkan tubuhnya di kursi. Sementara Naomi, ia berusaha untuk menghindari tatap muka terhadap gadis itu,“Sejak kapan kau mengenal Alex?” tanya Giselle, membuka percakapannya bersama dengan Naomi setelah sekian lama mereka hanya diam dan tidak berkutik apapun.“Sejak kami SMA…” jawab gadis itu dengan jujur. Kali ini ia juga meluruskan pandangannya kepada Giselle. Jika Giselle sekali lagi ingin mengklaim Alex sebagai miliknya, ia juga tidak a
Author’s POVKali ini Naomi tidak lembur. Ia sudah siap mengerjakan pekerjaannya dan sekarang adalah saatnya untuk pulang bersama dengan Alex. Gadis itu masih berjalan dengan pria itu yang sedang menunggunya di dalam mobil. Dan ketika gadis itu sudah sampai di basement, seseorang menarik tangannya yang membawanya menjauh dari mobil Alex.Bingung dengan siapa yang menariknya, gadis itu menoleh dan mendapatkan Giselle yang sedang menarik tangannya.“M-mau kemana?” tanya gadis itu yang sama sekali menarik dirinya dari Giselle, seakan ia pasrah jika Giselle menariknya seperti itu,“Temenin aku shopping,” ujarnya dengan singkat. Gadis itu masih diam, ia tidak banyak bertanya dan hanya ikut dengan apa yang gadis itu lakukan kepadanya.Ia mendengar banyak mengenai Giselle dari Alex. Giselle adalah anak yang paling kecil diantara saudaranya yang lain. Biasanya anak yang paling terakhir akan mendapatkan kasih s
Author’s POV Alunan musik klasik dari bar ternama ini dapat membius pelanggannya untuk merasa rileks. Bar tersebut terlihat sepi, meskipun terlihat sepi namun ada begitu banyak pria hidung belang yang lalu lalang untuk menggoda sosok cantik seperti Giselle yang sedang meminum vodka sendirian. Ia masih berpakaian kerjanya, dengan blouse peach dan rok span yang mencetak lekuk tubuhnya dengan sempurna. Ditambah lagi dengan high heels dan lipstick merah maroon yang membuatnya terlihat berkelas. Saat ini ia memikirkan perjodohannya bersama dengan Alex. Alex terlihat serius ketika ia berkata ia tidak ingin berjodoh dengan dirinya. Tidak hanya itu, ia juga tidak bisa membenci sosok Naomi yang sudah pernah menyelamatkannya dan juga gadis itu bukanlah tipikal gadis yang munafik. Awalnya ia mengira jika cinta pria itu hanyalah cinta semu seperti dia bersama dengan wanita-wanita lainnya. Ia sama sekali tidak menyangka jika pria itu memang benar-benar me
Author’s POV“Sebenarnya Alex adalah calon tunanganku,” Perkataan tersebut terus terbayang-bayang dibenak Naomi. Ia mendapat pesan dari Alex yang menanyakan keadaannya tadi dan gadis itu mengabaikan pesan itu dan memilih untuk mengerjakan pekerjaannya. Ia terus bekerja hingga ia sendiri menyerah akan dirinya dan ia meletakkan kepalanya di meja. Ia menghela napas, mengapa semuanya menjadi serumit ini?Hubungannya bersama dengan Alex sudah membaik dan sekarang mereka harus berhadapan dengan perjodohan Alex. Gadis itu sedikit kecewa karena pria itu tidak berkata apapun kepadanya dan pada akhirnya berakhir pada gadis itu yang mengetahuinya dari orang lain.Tapi ia juga tidak terlalu menyalahkan Alex karena jika dirinya berada di posisi Alex, mungkin ia juga akan melakukan hal yang sama. Lagi dan lagi gadis itu menghela napasnya. Ia berusaha untuk bangkit dan juga kembali mengerjakan pekerjaannya.Tidak lama
Author’s POV“Tidak bisakah kau tinggalkan berkasmu itu dan pergi saja bersama denganku?” tanya Giselle yang lagi-lagi diabaikan oleh Alex. Sudah sekitar setengah jam pria itu mengabaikan gadis itu yang masih duduk di sofa kebesaran ruangan kerja Alex. Giselle menghela napasnya, ia tidak menyangka Alex akan tumbuh menjadi pribadi yang pekerja keras seperti ini.Setahunya dulu, Alex adalah orang yang lebih suka cara yang instan dan praktis. Sebenarnya, mendengar pria itu menjadi CEO di perusahaan ayahnya membuat gadis itu terkejut, pasalnya ia sangat mengenal sifat pria itu yang tidak suka diatur-atur.Namun itu bukanlah masalah besar untuknya. Malah hal tersebut adalah hal yang bagus karena pria itu tumbuh menjadi pria yang lebih baik daripada masa lalunya. Giselle menatap arlojinya yang sudah menunjukkan waktu untuk makan siang. Dengan senang, ia berdiri dan menghampiri pria itu untuk mengajaknya makan siang bersama,&l
Author’s POVAlex memijat pelipisnya... saat ini ia tengah menunggu kehadiran Giselle. Mereka bersepakat untuk bertemu guna membahas perjodohan mereka berdua. Giselle adalah teman kecil Alex, keduanya memang dekat namun Alex hanya menganggapnya sebagai adiknya saja, tidak lebih.Tidak lama ia menunggu, sosok ayu nan cantik datang menemuinya dan duduk di hadapannya. Gadis itu sudah sangat menunggu masa-masa dimana ia bertemu kembali dengan Alex. Ia sangat senang jika pria itu meneleponnya tadi malam dan mengajaknya untuk bertemu seperti ini,“Apa kau sudah menunggu lama?” tanya gadis berambut panjang itu,Alex menggelengkan kepalanya,”Aku baru saja sampai,” ujar pria itu dengan jujur.“Bagaimana keadaanmu?” tanya gadis itu yang ingin membangun percakapan yang menarik diantaranya dan Alex...“Kita langsung saja ke intinya... Giselle, aku ingin bertanya... apa kau setuju den
Author’s POV“Kau tampak senang sekali,” ujar Darius yang bisa merasakan energy positif dari sosok Alex. Alex meresponnya dengan bahagia juga,”Benarkah?” ujarnya sembari melanjutkan pekerjaannya. Tentu saja ia sangat senang, sekarang hari-harinya dipenuhi dengan keberadaan Naomi yang sedari dulu ia inginkan. Ditambah lagi ia merasa ia sangat dicintai oleh gadis itu,“Apa ini karena gadis itu?” tanya Darius lagi kepada Alex. Alex kembali menatap Darius sejenak sebelum dia kembali membaca berkasnya,”Mungkin?” ujarnya sembari tersenyum.“Saya turut senang kalian bisa bersama lagi,” kata Darius lagi kepada Alex. Tanpa memudarkan senyumannya, Alex mengangguk,”Ya… aku juga senang dia bisa bersama denganku lagi… aku harap kami selalu bisa bersama,” ujarnya yang kemudian memberikan setumpuk berkas yang sudah ia kerjakan kepada Darius.Darius melangkah dan