Para peserta bersiap berdiri di pinggir kolam renang termasuk Albi.
" Untung dulu latihan dulu sama Ridwan " batin Albi bermonolog.
" Kekuatan nafas dan waktu sangat di butuhkan ! Bisa ... Bisa... Bisa ..!Albi menyemangati dirinya sendiri.
Kini giliran Albi di panggil . Panitia tidak memanggil Albi dengan nama melainkan dengan nomor peserta.
Albi bersiap melakukan renang dan para instruktur terkejut melihat Albi bisa melakukannya dengan baik.
Senyum bahagia terpancar jelas dari wajah Edo sebagai tim penilai.
Albi merasa senang mendapatkan tepukan yang meriah dari para peserta dan para instruktur di lapangan.
" Terimakasih tuhan dan juga kedua temanku " Albi mengucap syukur sesaat setelah mengalahkan ke lima rekannya yang lain dan mendapatkan nilai yang memuaskan karena kecepatan waktu yang di peroleh nya.
Albi berangsur naik perlahan ke permukaan dengan wajah yang bahagia.
Berkat ketulusan do'a sang ibu yang meminta langsung pada Rabb nya .
Do'a yang tulus dari hati sang ibu untuk sang anak agar di mudahkan untuk menjalani serangkaian test yang di jalaninya.
Cucuran air mata Ningsih kini berbuah manis karena Albi mampu mendapatkan skor terbaik dalam test renang nya bahkan paling unggul memecahkan rekor teman-teman yang lainnya.
Jadwal yang padat membuat Albi hanya bisa meluangkan waktu untuk beribadah saja ! Akan berbeda waktunya saat ia masih menjadi kuli bangunan dimana ia bisa menikmati pekerjaannya sambil bersanda gurau untuk mengisi waktu agar pekerjaan yang berat menjadi lebih rileks dalam menjalankannya.
Terkadang Albi menginginkan Zahra dan Ridwan untuk melihat test yang di jalaninya namun,semua itu hanyalah angan belaka.
Albi bersyukur mendapatkan mentor dadakan seperti Ridwan dan Zahra.mereka teman rasa keluarga yang sesungguhnya ! dimana rasa saling support dan saling membangun satu sama lain di junjung tinggi dalam pertemanan mereka.
Selesai melakukan serangkaian test Albi kemai ke tempat mess yang sudah di siapkan.
Badannya terasa sangat letih hingga sang teman yang kebetulan berada di samping ranjang Albi menepuknya dan membeeikan ucapan " selama bro...di latih siapa sebelum masuk ke sini ?"
Albi hanya menjawab " punya mentor dadakan dua ! Mereka berdua mentor yang jahil tapi mereka baik banyak mengajarkan saya " jawab Albi.
" Wah,hebat ya mereka ! Kalau aku sih di mentorin sana keluargaku sendiri " jawabteman Albi.
Mendengar kata " keluarga " Albi langsung beralasan pergi dari hadapan temannya degan alsan ingin pergi ke kamar kecil.
Albi sengaja menghindari obrolan temannya karena ia sendiri merasakan kekecewaan yang mendalam.
Albi lebih memilih ke luar ruangan mess dan diam berjongkok di sisi tembok melihat bintang brtebaran di langit.
" Jika keluarga itu ada pasti lah bentuk kasihnya nyata ! Tapi,apa artinya keluarga yang selama ini malah menjadikanku anak yang tidak tahu diri bahkan jika kesadaran ku masih belum pulih seperti sekarang ini ! Pastilah aku akan memperlakukan keluarga kandungku seperti yang di contohkan Hari dan Tia " batin Albi bermonolog sambil matanya terus menatap ke langit.
Albi tersadar sesaat setelah seseorang menepuk pundaknya.
" Eh,maaf komandan " Albi membungkukkan sedikit badannya sesaat setela tersadar dari lamunan panjangnya.
" Kenapa...rindu...rindu keluarga ?" Tanya Edo.
Agi-lagi Albi merasa geli mendengar kata keluarga di sebut lagi tapi,ia tidak bisa berbicara tidak sopan kepada komandan yang ada di hadapannya ini.
" Sedikit..." Jawab Albi padahal dalam hati ia ingin sekali memeluk ibunya .
Memeluk ibu adalah hal yang belum pernah ia lakukan seumur hidupnya.kini ruang geraknya terbatas dengan serangkaian kegiatan di militer walaupun belum resmi karena Albi masih berstatus calon.
" Tunjukkan yang terbaik " Edo kembali menepuk bahu Edo dan meninggalkannya pergi.
Albi masih mematung di tempat yang sama karena ada gejolak batin begitu ia mengingat ibu.
Banyak penderitaan yang Ningsih lewati seorang diri sebelum dan sesudah menikah.
Keluarga bukanlah pelindung melainkan merampas semua kemenangan yang di raih Ningsih.
Ningsih masih mempunyai nurani dalam dirinya untuk memenuhi keinginan kelima saudaranya dan hasilnya lagi-lagi Ningsih di injak harga dirinya.
Jika dulu Albi masih belum mengerti siapa kelurga sesungguhnya maka,setelah ia mengetahui siapa keluarga kandungnya maka dengan tegas Albi langsung memberontak walaupun Hari dan Tia sudah berjasa mengurusnya sampai sebesar ini.
Bayangan Hari dan Tia terus memutari otaknya ! Tapi,Albi tidak akan melakukan hal yang tidak semestinya seperti yang di lakukan mereka pada Ningsih dan Wawan .
Albi tidak mau berpikir panjang tentang situasi yang di hadapinya kini ! Yang penting berjuang dulu mengembalikan identitasnya jika kelak Hari dan Tia tidak terima maka Albi sudah bersiap pasang badan untuk keluarga kandungnya.
Albi tidak ingin terus memikirkan keadaanya sekarang ini ! Ia pun melangkahkan kaki untuk tidur melupakan sejenak beban pikirannya.
_-_-__-
Ridwan dan Zahra bekerja sama sehingga keduanya merasa senang.
Ridwan bangun di shubuh hari untuk membuat cilok Hoang dan cireng rujak untuk di pasarkan Zahra kepada teman-temannya di kampus.
Jika masih memiliki waktu senggang Zahra pun memasarkannya secara online.
Zahra sengaja menduplikat kunci tempat kostan Ridwan karena tempat tersebut masih milik kerabat dekat sang ayah .
Selepas Ridwan pergi menjadi kuli bangunan maka Zahra baru bergegas menuju kostan dan siap mengambil barang dagangan yang sudah di kemas oleh Ridwan.
Hanya ponsel menjadi penghubung komunikasi mereka.
Jika Ridwan pergi bekerja maka Zahra datang ke tempat kostan dan mereka sudah di pastikan tidak pernah bertatap muka secara langsung begitu juga saat Ridwan kembali pulang ke kostan tahu-tahu sudah ada uang di atas kasur.
Semenjak Albi masuk di kemiliteran maka,semenjak itu juga baik Zahra,Ridwan dan Albi belum pernah bertatap muka.hanya untaian do'a selalu mereka sematkan di sela selesai melaksanakan shalat fardunya.
Edo melihat Zahra sedang termenung sendiri dan hal itu tidak di sadari Zahra.
Zahra membuka laptopnya namun pikirannya berkelana entah kemana.
Edo menyadari jika gadisnya ini seperti merindukan seseorang dan Edo bisa menebaknya sosok siapa yang di rindukan keponakannya tersebut.
" Ngapain neng ?" Suara Edo membuyarkan lamunan Zahra.
" Oh,ini ... Tugas !" Jawab Zahra
" Tugas yang mana ? Yang di hati atau yang di dunia nyata ?" Tanya sang paman.
" Hah ..." Zahra merasa aneh pertanyaan yang terlontar dari mulut sang paman.
" Walah ... Lagaknya aja sok nutupin ! Bilang aja rindu gitu ! Rindu Albi nih yeh ..." Edo meledek sang keponakan.
Sadar dengan ledekan sang paman kemudian Zahra melempari paman Edo dengan sebuah bantal namun lemparan tersebut mengenai wajah Rama sang ayah karena sang paman berhasil menghindar.
" Zahra ...apa-apaan kamu ini !" Ayah Rama meninggikan volume suaranya karena sesgelas kopi sudah terlepas dari genggamannya.
" Ups..." Zahra merasa bersalah.
Albi kini sudah bersiap dengan test lari yang di haruskan bagi setiap peserta calon anggota TNI yang baru. Ia memilih berada di pinggir lapangan terlebih dahulu untuk melenturkan otot-ototnya supaya tidak merasakan kram saat melaksanakan test nya . Mata Albi sibuk melihat seputaran lapangan.banyak peserta yang hadir di sana . Terlihat dari banyak peserta yang kumpul ada yang sudah terbiasa dengan test tersebut dan ada juga seperti tidak biasa melakukan nya. Jika berlatih sungguh-sungguh maka kesempurnaan hasilpasti akan di dapat. Albi menjadi teringat dengan Zahra mentor dadakan yang sedikit usil mengerjai dirinya dengan tali rapia di sekujur tubuhnya,helm sepedah di jadikan helm perang dan alat penggorengan di jadikan senjata. Terdengar lucu bila mengingat kembali masa latihan bersama Zahra belum lagi Zahra mengikuti yang Ridwan lakukan dimana Al
Satu persatu para petugas memeriksa para orang tua dan mencatatkan nama dari Mading - masing peserta. Tia dan Hari langsung di izinkan masuk karena mereka bisa memperlihatkan surat undangan resmi. Kini tiba giliran Ningsih dan Wawan. Zahra bersiaga penuh dan segera menghampiri Wawan dan Ningsih hingga salah satu penjaga menanyakan tentang surat undangan yang resmi.. Deg ... Tentu saja Ningsih dan Wawan tidak bisa memperlihatkan undangan tersebut. Lalu sang petugas bertanya " ok...kalau surat undangannya ketinggalan kami maklumi ! Dengan orang tua siapa dan sebutkan nama lengkapnya " pinta sang petugas " Saya orang tua dari Albi Shaka " jawab Wawan. Sang petugas kembali mengecek nama peserta yang di sebutkan tersebut. " Maaf,anda jangan main - main dengan kami ya ! Kami menerima tamu hanya untuk yang mener
Albi masih berada di asrama militer sampai tes DNA nya keluar menunjukkan hasil. Rumah keluarga Ningsih dan Wawan di jaga ketat oleh beberapa orang TNI .mereka bertugas silih berganti. Nyali Hari dan Tia sudah jelas menciut saat akan hendak mengunjungi rumah. ningsih tak kala melihat ada beberapa orang menjaga rumah Ningsih dan Wawan bersiaga menggunakan seragam loreng . Hari Dan Tia terpaksa melangkahkan kakinya untuk segera balik kanan karena tidak mungkin bagi mereka untuk mengancam atau menekan Ningsih dan Wawan. Kini Albi merasa lega dan ia di berikan kewenangan oleh pihak militer agar bisa berkomunikasi meskipun hanya lewat layar ponsel. Kemenangan memang akan datang terlambat tetapi Albi masih bisa bersyukur bisa melalui ujian ini semua. " Kamu benar...hasil tes DNA menyatakan kalau kamu memang benar anak kandung dari Wawan dan Ningsih dan
Albi mendapatkan waktu ijin bersiar dan ia manfaatkan untuk menemui Ningsih dan Wawan sebagai orang tua kandungnya. Albi berkunjung untuk yang pertama kalinya dengan seragam loreng melekat di tubuhnya membuat para tetangga berbisik - bisik dan bertanya - tanya " kenapa akhir-akhir ini banyak tentara yang menjaga rumah Ningsih dan Wawan " Albi tidak menghiraukan suara nyaring para tetangga yang heboh saling berbisik dari telinga satu ke telinga lainnya Ia terus melangkah menyusuri gang tempat kediaman kedua orang tuanya. Albi merasakan samping kiri dan kanan saat melangkahkan kaki mata para orangtua terus saja memperhatikan dirinya hingga jelas terdengar di telinga Albi " nanti anakku harus dapat suami tentara " celoteh salah satu tetangga dan Albi hanya memberikan senyuman manisnya. Albi kini sudah sampai di jejeran kontrakan kedua orang tuanya. Albi melihat
Albi menghubungi Zahra setelah di rasa cukup membantu ibunya namun yang di hubungi sepertinya sedang bermalas-malasan di atas kasurnya yang empuk. " Bi...Alhamdulillah ini hasilnya " ibu menyodorkan uang pada Albi. " Simpan saja Bu , kan besok Harus berbelanja lagi !" Albi menyodorkan kembali uang tersebut. " Biar saya tenang saat di asrama nanti karena kininsudah ada usaha warung !" Albi tidak ingin kepikiran orang tuanya yang sering kekurangan. " Nanti bulan depan , kita beli tabung gas elpiji untuk di jual lagi !" Tapi gak banyak dulu ya Bu " Albi ingin membuat komplit warung usaha orang tuanya. " Kamu , memang gak pergi tengokin Hari dan Tia Bi..?" Tanya Wawan sang ayah. " Belum...nanti sajalah ! Belum pengen kesana juga !" Jawab Albi. " Gak baik musuhin mereka ! Mereka juga punya jasa buat kamu ! Jangan menyimpan dendam !" Sang
" Alhamdulillah " Ridwan bersendawa sambil mengucap syukur. " Kenyang...kamu !" Tanya Albi. " Kok,kamu sekarang tambah coklat Bi... !" Ridwan melihat kulit Albi. " Namanya juga orang lapangan !" Jawab Albi. " Pria berkulit coklat dan gosong karena matahari itu namanya keren !" Albi bangga dengan kulitnya yang sudah berubah. " Benar juga ya ! Itu namanya pria pekerja keras " Jawab Ridwan membenarkan omongan Albi. " Bi...kamu gak ajak Sari ?" Tanya Ridwan. " Iya,ya ! Saya gak kepikiran sampai sana ! " Albi melupakan orang yang berjasa pada dirinya. "Yang ini mah beneran lupa !"Albi menepuk jidatnya sendiri. " Ya,gampanglah nanti kalau ada libur lagi sekalian aku kenalin juga !" Albi berbicara seolah tidak ada beban. Namun,hal tersebut di artikan lain oleh Zah
" ibu sama bapak mau ketemu mereka ! Boleh Bi..?" Ningsih bertanya terlebih dulu. " Iya,kita kesana sama-sama saja !" Albi mengajak serta semuanya. " Kirain yang namanya Sari single ! Kamu ini ada - ada aja !" Apa yang ada di pikiran Ridwan berbeda dengan kenyataannya. " Ya,sudah sebentar aku ke kasir dulu !" Albi melangkahkan kakinya untuk segeramembayat nota tagihannya. " "Ayo,sekarang saja ! Pakai angkot saja ya ! Saya kangen naik angkot " Albi merindukan masa masa itu. Albi pun menyetop sebuah angkot yang melintasi daerah kostannya dulu . Hingga ia menyuruh sang sopir untuk menghentikan lajunya karena Albi sudah sampai pada tempat yang di tujunya . " Di gang ini Bi...!" Tanya Wawan. " Iya,ayo turun !" Mereka pun turun dan mulai menyusuri jalanan di dalam gang hing
Zahra di sibukkan dengan kegiatan kampusnya dan sedikit perlahan mulai melupakan sosok Albi di hidupnya. Ridwan kini mulai dekat dengan Azizah dan mereka sepakat membangun bisnis bersama dengan membuat usaha warung cemilan buat anak - anak muda dengan menu kekinian. Keduanya saling mengisi satu sama lain dan saling bertukar ide dalam membuat menu yang baru. Terkadang Zahra juga mampir di tempat warung milik Azizah dan Ridwan . Ridwan mulai membangun bisnisnya dengan menggunakan uang hasil jerih payahnya selama menjadi kuli bangunan. Ridwan membangunnya sendiri dengan teras rumah Azizah di jadikan tempat usahanya yang baru . Ridwan memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan mengikuti jejak Zahra yang selalu memposting media sosial. Beruntung Azizah memiliki motor sehingga jika ada pesanan yang minta di antarkan langsung
Selesai melaksanakan ijab qobul dan resepsi mereka menikmati bulan madu selama satu Minggu. " Masih,sisa satu Minggu lagi nih ! Aku kan cuti dua Minggu jadi gimana kalau mulai petsiapan pindah ke rumah dinas ?" Tanya Albi pada Zahra. " Ya,sudah ayo " Zahra mengiyakan ajakan suaminya. Mereka berdua pun menyempatkan diri untuk berbelanja kebutuhan terlebih dahulu untuk bisa memenuhi kehidupan mereka nantinya di sana. " Ayo" Albi mengajak Zahra untuk masuk. " Maaf,ya untuk sementara waktu tinggal dulu di rumah dinas dulub! Bukannya gak pengen punya rumah sendiri tapi terkadang tugas saya sebagai prajurit bisa di pindahkan sewaktu-waktu !" Albi menjelaskan agar Zahra tidak salah paham nantinya. " Iya,aku paham " Zahra memasukkan semua belanjaan ke dalam kulkas dan mulai menata barang - batang yang di belinya
Sekarang waktunya untuk menjalani prosedur nikah kantor.semua di lalui Zahra dengan hati yang dah Dig dug der. Bertemu dengan banyak orang bukanlah hal baru tapi jika mengurus sesuatu yang menyangkut dengan masa depan inilah yang harus di hadapinya sekarang bersama Albi. "Gimana,capek ?" Tanya Albi. " Iyasih capek ! Tapi,ya mau gimana lagi !aturan nya sudah begini ! Mau gak mau ya harus di lewati !" Jawab Zahra dengan rasa lelahnya. " Nyesel gak ?" Albi bertanya takut saja kalau Zahra merasa menyesal harus melewati prosedur seperti ini. " Anggap saja saya sedang menyusun skripsi !" Zahra menjawab demikian karena teringat dengan harus mengumpulkan beberapa berkas dan masuk ruangan sana sini. " Kalau,ditanya nanti tolong jangan bilang saya punya usaha sendiri ya Bi...!" Pinta Zahra. " Tergantung ! Alasannya apa
" berapa nominal yang biasa kamu setor per bulannya ?" Tanya Zahra. " Biasanya sih........!" Albi membisikkan nominal jumlahnya. " Karena tadinya usaha yang saya bangun tersebut awalnya hanya buat mengusir rasa kebosanan saja selepas dinas !" Albi mengingat awal usahanya di bangun. " Kenapa merasa bosan dengan dunia militer ?" Tanya Zahra. " Ya,bosan saja ! Karena saat tinggal di dalam asrama banyak ibu - ibu untuk menjodohkan saya ! Setiap hari harus menghindari mereka semua ! Ya,menghindar terus kan percuma juga ! Dari pada melakukan hal yang gak benar mendingan bikin usaha biar fokus saja gak suntuk gitu !" Albi mulai membuka masa lalunya. " Memang,di sana kamu gak pacaran gitu ?" Tanya Zahra dengan polosnya karena penasaran Albi memiliki mantan atau tidak. " Kalau yang ngejar saya sih banyak ! Cuman masalahnya saya yang pengen ngejar kamu ! Tapi,waktu itu ka
" jadi selama ini kamu mencemburui Sari ! Tanpa tahu Sari itu siapa ?" Pertanyaan dari Albi yang mengintimidasi Zahra langsung. " Karena , kamu yang bilang sendiri ! Sari dan saya sama pentingnya dalam hidup kamu !" Zahra kembali mempertegas kalimatnya. " Kamu tahu siapa itu Sari ?" Tanya Albi untuk memastikan. " Tidak tahu " jawab Zahra . " Sekarang diam dan jangan menyela !" Albi ingin agar saat dirinya bicara tidak ada yang menyelanya. " Sari dan Zahra sama pentingnya dalam hidup saya ! Mereka berdua hadir dan memberi saya motivasi untuk bisa melanjutkan hidup kembali dan menasehati saya agar tidak menyakiti banyak orang ! Terutama menyangkut keluarga !" " Sari yang kamu maksud adalah ibu kandung dari Azizah isteri dari Ridwan" "Terus kenapa kamu waktu itu kirim pesan ! Dan dalam ketikan jelas sekali menuli
Siang ini pesawat Albi akan berangkat pukul 02.00. Albi masih memiliki waktu di rumah keluarga kandungnya selama lima jam lagi sebelum ia benar - benar pergi ke pulau seberang lagi. " Kak,nanti di anterin siapa ?" Tanya sang adik. " Biasa...sendiri juga jadi !" Jawab Albi dengan santai. " Berarti sebelum berangkat ! Kita makan di luar dulu ya !" Pinta sang adik. " Di rumah juga bisa dek !" Albi sedang malas. " Ya,ini kan beda moment nya beda ! Kakak jarang ada di rumah juga ! Kan kakak cuti dua Minggu ! Ini baru juga tiga hari ! Kok,sudah mau balik lagi ?" Sang adik merasa heran. " Ada tugas dadakan ! " Jawab Albi dengan biasa padahal sebenarnya dia sedang berbohong . " Berarti nanti siang bisa kan ! Itung - itung makan siang juga ! Sebelum pergi lagi !" Pinta sang adik dengan manja. &nbs
" jadi maksudmu ? Kamu cemburu ?" Tanya Rama sekali lagi. " Jujur iya ! Dan Albi sangat membanggakan Sari ! Terbukti saat tadi siang Albi datang ke toko Zahra dan ia masih tetap membahas Sari ! Jika Sari memang lebih penting dalam hidupnya ! Maka Zahra lebih baik mundur ! Dan Albi selalu bilang bahwa Sari dan Saya sama pentingnya !" Zahra bercerita lagi. " Mungkin Sari itu ibunya " Rama menengahi arah pembicaraan Zahra. " Sari bukan ibu nya Albi ! Zahra tahu semua keluarga Albi entah itu ibunya,ayahnya ataupun adiknya ! Zahra tahu semua ! Bahkan cerita Albi yang identitasnya di palsukan semua ! Itu ulah keluarga besarnya !" Zahra bercerita lagi. " Kamu,sudah selidiki siapa itu Sari ?" Tanya Rama. Zahra hanya menggelengkan kepalanya. " Ya,sudah tidak usah di pikirkan lagi ! Jika memang bukan jodohmu ! Ayah juga tidak akan memaksamu untuk menerima A
Ningsih dan Wawan kembali lagi ke rumah mereka dan mereka melihat ke empat pengawal yang khusus yang di kirim Albi tinggal percis di seberang rumah mereka. " Kalau ada apa - apa ! Jangan sungkan ! Kalau mendesak berteriak lah ! Rumah kalian sudah di pasang kamera cctv !" Salah satu pengawal berucap tegas. " Ya,sudah istirahat saja dulu !" Titah Wawan kepada ke empat pengawalnya. Albi sebenarnya sudah tahu laporan dari para pengawalnya mengenai Ini Tia dan Hari namun,Albi belumbisa beranjak dari tempat Zahra karena urusannya dengan gadis itu masihnwlum selesai. Beruntung Albi meletakkan para pengawalnya di depan rumah keluarga kandungnya untuk menghalau sesuatu yang tidak di inginkan !mengingat dirinya harus berdinas luar yang jauh dari pantauan matanya. Albi masih belum bisa melepaskan Zahra begitu saja dan ia berpikir untuk datang ke rumah Zahra.
Ningsih dan Wawan pergi ke rumah sakit di jam yang sama saat Albi hendak keluar rumah untuk urusan Zahra. Wawan dan Ningsih masih terus dalam pengawasan melalui orang suruhan Albi dan Albi memerintahkan untuk selalu tetap waspada mengingat kelicikan Tia dan Hari sudah tidak perlu di ragukan lagi. Wawan dan Ningsih masih menikmati perjalanan selama enam puluh menit lamanya karena mereka sengaja tidak tinggal dalam satu kota bersama dengan kota yang di tempati Hari dan Tia. Manik mata Wawan terus mengawasi orang di samping dan kanan kiri mobilnya dan ia melihat dua motor yang sedari tadi terus bersamaan dengan dirinya melaju di jalanan. Insting seorang lelaki selalu benar jika ada orang yang terus mengawasi mereka namun,Wawan masih bersikap santai saja karena ia tidak ingin membuat sang isteri cemas dengan keadaan sekitarnya. Saat sampai di rumah sakit Wawan dan Hari berg
Albi menjadi pusat perhatian para pengunjung dan itu membuat Zahra semakin kesal. Albi tahu jika kehadirannya sangat tidak di inginkan oleh Zahra namun,ia tidak ingin menumpuk masalah yang sudah bertahun - tahun terutama mengenai Sari yang dialah artikan oleh Zahra karena saat Albi sebelum masuk ke dunia militer lewat Bi Sari lah Albi bisa mendapatkan info tentang perlakuan keluarga besarnya terhadap keluarga kandungnya. Zahra lebih memilih fokus mengeluarkan baju dari gudang untuk di masukkan ke dalam keranjang yang sudah tersedia. Albi membantu Zara dengan melobby para pengunjung yang datang ke toko Zahra dan pada hari itu juga toko Zahra menjadi ramai sekali dan mendapatkan omset yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya. Jika saja kesalah pahaman itu tidak pernah terjadi maka dapat di pastikan Albi dan Zahra pasti sudah bersatu bahkan mungkin udah pnya anak di tengah - tengah mereka.