Casandra dan Michael pulang di malam hari, tepat ketika Jessica sudah tertidur pulas. Mereka tak bisa menginap, karena besok Michael harus kembali mengurus pekerjaan. Hari ini Casandra dan Michael begitu puas bisa bermain dengan Jessica.Freya dan Darius tentu meminta Casandra dan Michael lebih sering datang, karena pasti nanti Jessica akan senang. Meski baru mengenal, tapi Jessica dan Casandra sudah sangat dekat. Sifat lembut dan hangat Casandra mampu meluluhkan hati Jessica.Sepanjang perjalanan pulang, Casandra melihat ke luar jendela dengan wajah yang sedikit membendung jutaan hal di benaknya. Setelah berbicara dengan Freya, banyak hal yang menjadi tanda tanya besar di kepala Casandra tentang Michael.Michael melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tatapannya sejak tadi menatap Casandra yang hanya diam membisu dan tampak memikirkan sesuatu. Ini yang membuat Michael sedikit penasaran, sejak pulang dari rumah kedua orang tuanya, Casandra bahkan tak bicara apa pun. Wanita itu ter
“Wanna play, Baby Girl?” Suara bisikan Michael begitu menusuk di indra pendengaran Casandra, membuat seluruh bulu kuduk Casandra merinding. Bisikan maut yang melumpuhkan saraf di tubuhnya—membuat seluruh organ tubuhnya meronta-ronta.Casandra menelan saliva-nya susah payah. “Jangan berani kau menyentuhku, Michael! Kau cari saja wanita lain yang bisa kau tiduri!”Michael membawa kedua tangannya, menangkup kedua payudara Casandra, dan memberikan pijatan di kedua payudara istrinya itu. “Jadilah istri yang patuh, Casandra. Aku sudah menjalani kewajibanku sebagai seorang suami. Aku bertanggung jawab atas hidupmu. Sekarang, kau harus menjalankan tugasmu melayani suamimu, Casandra.”Casandra menggigit bibir bawahnya, menatap dari pantulan cermin kedua tangan Michael tengah menjelajah di payudaranya. Casandra mengumpat dalam hati, merutuki dirinya yang sudah tak sanggup menahan sentuhan itu.“Singkirkan tanganmu, Michael!” geram Casandra menahan desahan di bibirnya.“Ah, kau ingin aku menyin
Casandra merintih perih kala dirinya baru saja membuka kedua matanya. Tubuhnya terasa begitu remuk. Dia merasakan pegal luar biasa. Perlahan Casandra mulai membuka matanya saat merasakan silau matahari menyentuh wajahnya. Dia mengerjap beberapa kali dan menyipitkan matanya.“Kenapa tubuhku sakit sekali.” Casandra bergumam pelan seraya mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Seketika kening Casandra berkerut, memperhatikan dirinya berada di kamar yang ada di mansion Michael.Tiba-tiba, napas Casandra tercekat melihat pakaian tergeletak sembarangan di lantai. Dengan cepat Casandra mengalihkan pandangannya, melihat tubuhnya. Jantung Casandra nyaris berhenti melihat tubuh polosnya hanya terbalut oleh selimut tebal. Ditambah banyaknya bercak merah yang ada di dadanya, membuat wajah Casandra semakin pucat.“Ya Tuhan, Casandra kenapa kau begitu bodoh!” Casandra menjambak rambutnya sendiri mengacak-acak rambutnya merutuki kebodohannya. “Kau adalah wanita terbodoh yang ada di dunia i
Pagi menyapa, Casandra membuka mata seraya merentangkan kedua tangannya. Sinar matahari menembus jendela, menyentuh wajahnya. Perlahan tatapan Casandra menoleh ke samping—dan ternyata di sampingnya sudah kosong. Tak ada Michael di sana. Entah ke mana Michael pergi. “Nyonya Casandra, selamat pagi.” Seorang pelayan melangkah menghampiri Casandra.Casandra mengalihkan pandangannya menatap sang pelayan. “Ya?” jawabnya singkat.“Nyonya, silahkan diminum susu cokelat hangat Anda. Tadi pagi sebelum Tuan Michael meninggalkan rumah; beliau berpesan agar Anda meminum susu,” jawab sang pelayan sambil meletakan gelas berisikan susu cokelat hangat ke atas meja.Kening Casandra mengerut dalam. “Michael sudah berangkat ke kantor?” tanyanya memastikan.Sang pelayan mengangguk. “Benar, Nyonya. Tuan Michael sudah berangkat lebih dulu. Beliau bilang ada meeting penting yang mendadak.”Casandra terdiam sebentar mendengar ucapan sang pelayan. Entah kenapa ada rasa kesal dalam hati Casandra di kala Michae
Suara dering ponsel berbunyi. Casandra yang tengah duduk di ranjang, melihat ponsel Michael yang sejak tadi terus berdering. Casandra memilih untuk mengabaikan, karena Michael pun sekarang tengah berada di dalam kamar mandi.Namun, dering ponsel Michael kembali terdengar. Tampak Casandra sedikit kesal. Wanita itu tengah membaca buku, dan terganggu akibat dering ponsel Michael yang tak kunjung berhenti. Akhirnya, Casandra memutuskan untuk mengambil ponsel Michael yang ada di atas nakas, menatap ke layar ternyata itu adalah nomor Jessica. Perlahan senyuman di wajah Casandra terlukis. Buru-buru, wanita itu menjawab telepon itu.“Hallo, Sayang?” sapa Casandra lembut kala panggilan terhubung.“Bibi Casandra? Daddy Michael di mana?” ujar Jessica bertanya riang dari seberang sana. “Daddy Michael sedang di kamar mandi. Ada apa, Sayang? Nanti Bibi akan sampaikan pada Daddy Michael.”“Bibi, katakan pada Daddy hari ini aku mendapatkan nilai A. Aku pintar, Bibi.” “Good job. Pintar sekali.”“Ak
Michael membaringkan tubuh Casandra ke ranjang. Ya, kini Michael dan Casandra sudah tiba di kamar mereka. Sedangkan Jessica berada di kamar tamu ditemani dengan pelayan.Michael memutuskan untuk tidak langsung mengantar Jessica ke rumah orang tuanya. Pasalnya, tadi pun Michael terburu-buru ingin pulang, karena dia ingin segera mengobati lecet di kaki Casandra.Sebenarnya, Michael ingin mengantar Casandra ke rumah sakit. Pria itu khawatir terjadi sesuatu hal buruk pada Casandra. Mungkin saja ada luka dalam di kaki Casandra. Itu yang membuat Michael ingin membawa Casandra ke rumah sakit.Namun, sayangnya, Casandra menolak. Hari sudah gelap. Casandra tentu mencemaskan Jessica. Wanita itu tahu pasti Jessica sangatlah kelelahan dan butuh istirahat. Lagi pula, Casandra merasa kakinya baik-baik saja. Hanya sekedar lecet, tak perlu sampai harus ke rumah sakit.Michael mengambil obat yang ada di kotak obat, pria itu duduk di tepi ranjang dan segera mengobati lecet di bagian lutut istrinya itu.
“Good morning.” Michael mengecup bibir Casandra di kala Casandra sudah membuka mata. Tampak Casandra hanya memberikan senyuman tipis. Energy-nya belum sepenuhnya pulih, karena baru saja bangun.“Bagaimana kakimu? Masih sakit?” tanya Michael sambil membelai pipi Casandra.“Sedikit,” jawab Casandra pelan. “Ibuku tadi meneleponku. Dia menanyakan kapan aku mengantar Jessica. Dia sudah sangat merindukan Jessica padahal aku baru membawa Jessica satu hari saja,” ucap Michael dengan nada tersirat kesal.Casandra tersenyum samar. “Jadi hari ini kita akan mengantar Jessica?”“Tidak sekarang. Besok saja. Jessica sedang main di taman bersama dengan pelayan. Lagi pula, kakimu pasti masih sakit,” jawab Michael.Casandra mengangguk. “Ya sudah, aku ingin mandi dulu.”“Kau bisa berjalan ke kamar mandi sendiri?” tanya Michael.“Bisa,” jawab Casandra pelan. Lalu, Casandra bangkit berdiri perlahan hendak menuju kamar mandi—namun sayangnya gerak Casandra terhenti karena merasakan perih di kewanitaannya.
Tanpa terasa, sudah dua minggu Casandra resmi menjadi istri dari Michael. Sosok pria yang sama sekali tak pernah dirinya sangka dalam hidupnya. Pria yang kerap dirinya katakan sudah tak waras, namun tak dipungkiri bahwa Casandra mulai merasakan kenyamanan di kala berada di dekat Michael. Perdebatan-perdebatan mulai berkurang. Casandra sekarang jauh lebih menghindari pertengkaran dengan Michael. Pasalnya, dia tahu bahwa sekeras apa pun dirinya berdebat akan berujung pada harus patuh pada apa yang Michael putuskan. Sifat otoriter Michael membuat Casandra sekarang mulai mengerti.“Morning.” Michael keluar dari walk-in closet, menghampiri Casandra yang duduk di sofa kamar. Pria itu memberikan kecupan di bibir Casandra, lalu duduk di samping istrinya itu.“Aku sudah membuatkan sandwich dan kopi untukmu,” ucap Casandra seraya melihat ke atas meja—sandwich dan kopi yang sudah dirinya buat. Ya, Casandra bangun lebih awal untuk membuatkan sandwich dan kopi untuk sarapan Michael. Memang Micha