Casandra merintih perih kala dirinya baru saja membuka kedua matanya. Tubuhnya terasa begitu remuk. Dia merasakan pegal luar biasa. Perlahan Casandra mulai membuka matanya saat merasakan silau matahari menyentuh wajahnya. Dia mengerjap beberapa kali dan menyipitkan matanya.“Kenapa tubuhku sakit sekali.” Casandra bergumam pelan seraya mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Seketika kening Casandra berkerut, memperhatikan dirinya berada di kamar yang ada di mansion Michael.Tiba-tiba, napas Casandra tercekat melihat pakaian tergeletak sembarangan di lantai. Dengan cepat Casandra mengalihkan pandangannya, melihat tubuhnya. Jantung Casandra nyaris berhenti melihat tubuh polosnya hanya terbalut oleh selimut tebal. Ditambah banyaknya bercak merah yang ada di dadanya, membuat wajah Casandra semakin pucat.“Ya Tuhan, Casandra kenapa kau begitu bodoh!” Casandra menjambak rambutnya sendiri mengacak-acak rambutnya merutuki kebodohannya. “Kau adalah wanita terbodoh yang ada di dunia i
Pagi menyapa, Casandra membuka mata seraya merentangkan kedua tangannya. Sinar matahari menembus jendela, menyentuh wajahnya. Perlahan tatapan Casandra menoleh ke samping—dan ternyata di sampingnya sudah kosong. Tak ada Michael di sana. Entah ke mana Michael pergi. “Nyonya Casandra, selamat pagi.” Seorang pelayan melangkah menghampiri Casandra.Casandra mengalihkan pandangannya menatap sang pelayan. “Ya?” jawabnya singkat.“Nyonya, silahkan diminum susu cokelat hangat Anda. Tadi pagi sebelum Tuan Michael meninggalkan rumah; beliau berpesan agar Anda meminum susu,” jawab sang pelayan sambil meletakan gelas berisikan susu cokelat hangat ke atas meja.Kening Casandra mengerut dalam. “Michael sudah berangkat ke kantor?” tanyanya memastikan.Sang pelayan mengangguk. “Benar, Nyonya. Tuan Michael sudah berangkat lebih dulu. Beliau bilang ada meeting penting yang mendadak.”Casandra terdiam sebentar mendengar ucapan sang pelayan. Entah kenapa ada rasa kesal dalam hati Casandra di kala Michae
Suara dering ponsel berbunyi. Casandra yang tengah duduk di ranjang, melihat ponsel Michael yang sejak tadi terus berdering. Casandra memilih untuk mengabaikan, karena Michael pun sekarang tengah berada di dalam kamar mandi.Namun, dering ponsel Michael kembali terdengar. Tampak Casandra sedikit kesal. Wanita itu tengah membaca buku, dan terganggu akibat dering ponsel Michael yang tak kunjung berhenti. Akhirnya, Casandra memutuskan untuk mengambil ponsel Michael yang ada di atas nakas, menatap ke layar ternyata itu adalah nomor Jessica. Perlahan senyuman di wajah Casandra terlukis. Buru-buru, wanita itu menjawab telepon itu.“Hallo, Sayang?” sapa Casandra lembut kala panggilan terhubung.“Bibi Casandra? Daddy Michael di mana?” ujar Jessica bertanya riang dari seberang sana. “Daddy Michael sedang di kamar mandi. Ada apa, Sayang? Nanti Bibi akan sampaikan pada Daddy Michael.”“Bibi, katakan pada Daddy hari ini aku mendapatkan nilai A. Aku pintar, Bibi.” “Good job. Pintar sekali.”“Ak
Michael membaringkan tubuh Casandra ke ranjang. Ya, kini Michael dan Casandra sudah tiba di kamar mereka. Sedangkan Jessica berada di kamar tamu ditemani dengan pelayan.Michael memutuskan untuk tidak langsung mengantar Jessica ke rumah orang tuanya. Pasalnya, tadi pun Michael terburu-buru ingin pulang, karena dia ingin segera mengobati lecet di kaki Casandra.Sebenarnya, Michael ingin mengantar Casandra ke rumah sakit. Pria itu khawatir terjadi sesuatu hal buruk pada Casandra. Mungkin saja ada luka dalam di kaki Casandra. Itu yang membuat Michael ingin membawa Casandra ke rumah sakit.Namun, sayangnya, Casandra menolak. Hari sudah gelap. Casandra tentu mencemaskan Jessica. Wanita itu tahu pasti Jessica sangatlah kelelahan dan butuh istirahat. Lagi pula, Casandra merasa kakinya baik-baik saja. Hanya sekedar lecet, tak perlu sampai harus ke rumah sakit.Michael mengambil obat yang ada di kotak obat, pria itu duduk di tepi ranjang dan segera mengobati lecet di bagian lutut istrinya itu.
“Good morning.” Michael mengecup bibir Casandra di kala Casandra sudah membuka mata. Tampak Casandra hanya memberikan senyuman tipis. Energy-nya belum sepenuhnya pulih, karena baru saja bangun.“Bagaimana kakimu? Masih sakit?” tanya Michael sambil membelai pipi Casandra.“Sedikit,” jawab Casandra pelan. “Ibuku tadi meneleponku. Dia menanyakan kapan aku mengantar Jessica. Dia sudah sangat merindukan Jessica padahal aku baru membawa Jessica satu hari saja,” ucap Michael dengan nada tersirat kesal.Casandra tersenyum samar. “Jadi hari ini kita akan mengantar Jessica?”“Tidak sekarang. Besok saja. Jessica sedang main di taman bersama dengan pelayan. Lagi pula, kakimu pasti masih sakit,” jawab Michael.Casandra mengangguk. “Ya sudah, aku ingin mandi dulu.”“Kau bisa berjalan ke kamar mandi sendiri?” tanya Michael.“Bisa,” jawab Casandra pelan. Lalu, Casandra bangkit berdiri perlahan hendak menuju kamar mandi—namun sayangnya gerak Casandra terhenti karena merasakan perih di kewanitaannya.
Tanpa terasa, sudah dua minggu Casandra resmi menjadi istri dari Michael. Sosok pria yang sama sekali tak pernah dirinya sangka dalam hidupnya. Pria yang kerap dirinya katakan sudah tak waras, namun tak dipungkiri bahwa Casandra mulai merasakan kenyamanan di kala berada di dekat Michael. Perdebatan-perdebatan mulai berkurang. Casandra sekarang jauh lebih menghindari pertengkaran dengan Michael. Pasalnya, dia tahu bahwa sekeras apa pun dirinya berdebat akan berujung pada harus patuh pada apa yang Michael putuskan. Sifat otoriter Michael membuat Casandra sekarang mulai mengerti.“Morning.” Michael keluar dari walk-in closet, menghampiri Casandra yang duduk di sofa kamar. Pria itu memberikan kecupan di bibir Casandra, lalu duduk di samping istrinya itu.“Aku sudah membuatkan sandwich dan kopi untukmu,” ucap Casandra seraya melihat ke atas meja—sandwich dan kopi yang sudah dirinya buat. Ya, Casandra bangun lebih awal untuk membuatkan sandwich dan kopi untuk sarapan Michael. Memang Micha
Casandra tak main-main. Segala umpatan dan makian lolos di bibirnya di kala Michael membawanya meninggalkan lobby kantor. Tentunya mereka menjadi pusat perhatian para karyawan. Ditambah Casandra mengumpati Michael dengan segala macam umpatan kasar.Saat ini, Michael membawa Casandra ke sebuah apartemen yang berukuran tak terlalu besar, namun memiliki desain elegan dan mewah. Apartemen ini berlokasi dekat dengan kantornya.Michael sudah menurunkan tubuh Casandra, tak lagi menggendong seperti memikul karung beras. “Berengsek! Kenapa kau membawaku ke sini!” Casandra memukuli dada bidang Michael. Air matanya sudah tumpah, membuat matanya sembab.Michael membiarkan Casandra memukulnya, membiarkan wanita itu melampiaskan kemarahan padanya.“Bajingan kau, Michael! Aku ingin pulang!” Casandra sudah lelah, dia memutuskan ingin pergi, namun Michael langsung memeluk erat tubuhnya.“Lepaskan aku!” teriak Casandra keras. “Kau peluk saja wanita itu! Jangan menyentuhku, Sialan!” Segala makian teru
Casandra menelusuri kamar utama di apartemen milik Michael. Apartemen yang berukuran tak terlalu besar, namun desainnya tetap elegan dan mewah. Pun tentu Casandra tahu barang-barang yang ada di apartemen Michael pasti sangat mahal.“Jadi kau memiliki apartemen di dekat kantormu?” tanya Casandra seraya menyentuh barang-barang milik Michael. Lalu, tanpa sengaja tatapan wanita itu teralih pada foto pernikahannya dengan Michael terpajang di dinding. Raut wajah Casandra pun berubah melihat foto itu.“Ya, ini adalah salah satu apartemenku, tapi setelah aku menikah denganmu aku jarang ke sini. Aku ke sini hanya jika aku sedang ingin saja.” Michael menarik Casandra, membawa Casandra berbaring di ranjang. “Aku meminta Erlan untuk meletakan foto pernikahan kita di semua mansion, penthouse, dan apartemenku tanpa terkecuali.” Michael menarik tubuh Casandra, masuk ke dalam pelukannya.“Tanpa terkecuali? Maksudmu termasuk mansion, penthouse, dan apartemenmu yang ada di luar negeri?” tanya Casandra
Bern, Swiss. Pemandangan alam yang menakjubkan sudah tidak lagi asing untuk Casandra setiap kali mengunjungi Swiss. Sebuah negara yang kaya akan pemandangan alam—menjadi salah satu tempat favorite Casandra.Calista dan Jessica sampai berlari-lari menelusuri pinggir sungai Aar yang ada di Bern. Tentu, mereka tidak berenang. Mereka hanyalah berjalan-jalan ditemani oleh para pengasuh dan pengawal mereka. Sedangkan Maximilian yang masih bayi—tengah terlelap di stroller-nya.Casandra tersenyum melihat Calista dan Jessica begitu menikmati bermain di pinggir sungai Aar. Suara tawa Calista dan Jessica bahkan terdengar di telinganya. Itu adalah pemandangan yang paling menyejukkan.Casandra duduk di kursi bersama dengan Michael. Mereka sama-sama melihat pemandangan indah di hadapan mereka. Bukan hanya pemandangan alam dari kota Bern saja yang menakjubkan, tapi kebersamaan mereka yang sangatlah indah.Casandra tak pernah mengira kalau Michael mencari waktu untuk bisa quality time. Sungguh, Casa
Napas Gio sedikit memburu mendengar jeritan Casandra. Pria itu berdiri di luar ruang bersalin. Bingung, takut, cemas, dan khawatir melebur menjadi satu. Gio tak menemani Casandra di ruang bersalin, karena bagaimanapun yang wajib menemani Casandra adalah Michael, bukan dirinya.Tak dipungkiri mengantar Casandra ke rumah sakit dalam kondisi Casandra kontraksi membuat perasaan Gio campur aduk. Benaknya memikirkan—mungkin jika dirinya yang menikah dengan Casandra, maka hari ini akan menjadi hari di mana dirinya bukan hanya sekedar khawatir tapi juga sangat amat bahagia. Suara pintu ruang rawat terbuka. Dokter berdiri di ambang pintu. Refleks, Gio segera melangkah cepat menghampiri sang dokter.“Bagaimana keadaan Casandra? Kenapa dia terus berteriak kesakitan?” seru Gio bertanya dengan nada panik.“Tuan, kepala bayi sudah terlihat. Nyonya Yates bisa melahirkan sekarang. Apa Anda tidak ingin masuk menemani istri Anda?” balas sang dokter—yang seketika itu juga membuat Gio terdiam sebentar.
Casandra turun dari mobil masuk ke dalam supermarket bersama dengan dua orang pelayan. Kondisi supermarket terbilang tak terlalu ramai, karena memang posisinya ini bukanlah weekend atau hari libur. Setibanya di dalam supermarket, Casandra berjalan-jalan menuju ke tempat buah-buahan. Dua pelayan dengan sigap mengikuti ke mana pun langkah Casandra. Selain mereka harus berbelanja memenuhi dapur, mereka juga wajib menjaga istri dari bos mereka. Jika terjadi sesuatu hal buruk pada Casandra, maka sudah pasti dua pelayan tersebut sudah tidak tahu lagi bagaimana nasibnya.Berbagai aneka buah, daging segar, ayam, ikan, dan makanan ringan dipilih oleh Casandra. Makanan ringan sehat paling banyak karena Calista dan Jessica sering sekali mengemil di malam hari. Well, itu yang membuat tubuh Calista dan Jessica padat berisi—namun sangat menggemaskan.“Nyonya, apa Anda ingin membeli daging angsa?” tanya sang pelayan pada Casandra.“Hm, tidak usah. Itu saja. Nanti kalau ada yang kurang, pesan via on
Casandra melakukan gerakan perlahan pada jemari-jemarinya guna melatih kemampuan tangannya. Terakhir, dokter mengatakan pada Casandra untuk sering menggerak-gerakan jemari serta menggenggam sesuatu benda kecil.Kondisi tangan Casandra bisa dikatakan sudah pulih delapan puluh persen. Meski belum pulih sepenuhnya, tapi Casandra sudah sangat amat bersyukur. Setidaknya, Casandra sudah bisa menggendong anaknya, meskipun tak bisa terlalu lama. Dulu, saat Calista masih bayi, sempat Casandra kesulitan menggendong Calista di kala tubuh putrinya semakin gemuk. Akan tetapi, Casandra tidak menyerah. Dia selalu berusaha untuk sembuh.Memang, Casandra sempat putus asa tapi untungnya dia memiliki support system yang luar biasa yaitu suami tercintanya. Entah, bagaimana hidup Casandra jika tak mendapatkan dukungan dari sang suami tercinta.Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Casandra duduk di taman seraya melihat keindahan bunga-bunga di taman mansion-nya yang begitu indah. Casandra selalu meminta
“Calista, kenapa kau pelit sekali. Ayo beri tahu aku, siapa yang memberimu gelang itu.” Jessica bertolak pinggang, memaksa Calista untuk bicara padanya. Dia tidak bisa tenang di kamarnya. Dia penasaran pada teman baru Calista.Calista mengembuskan napas panjang. “Kak, nanti saat aku dewasa, kau juga pasti akan tahu. Aku bukan tidak mau cerita. Tapi—”“Calista, menunggu kita dewasa itu lama. Ayo beri tahu aku. Aku janji tidak akan membocorkan pada Daddy dan Mommy.” Jessica terus mendesak Calista untuk cerita padanya.Calista nampak berpikir sejenak. Gadis kecil cantik itu tidak langsung menjawab apa yang Jessica katakan padanya. Dia masih ragu, karena takut kakak sepupunya itu akan membocorkan rahasianya.Akan tetapi, jika Calista menyimpan sendiri rahasianya, dan tak memberi tahu Jessica, maka pasti kakak sepupunya itu akan terus mendatangi kamarnya, menanyakan siapa yang memberikan gelang padanya. Sungguh, ini menyebalkan. Calista pun kesal sendiri. Lihat saja, sekarang bibir Calista
Casandra mengusap perut buncitnya yang semakin besar. Wanita itu duduk di ranjang seraya bersandar di kepala ranjang. Dia baru saja selesai makan malam dengan Calista dan Jessica.Michael belum pulang ke kantor. Itu yang membuat Casandra hanya makan bersama dengan Calista dan Jessica. Malam ini, Michael pulang sedikit terlambat. Tentu, Casandra sempat kesal bahkan hampir menangis. Akan tetapi, Michael sudah melakukan video call guna menenangkan Casandra.Malam ini, Michael memiliki meeting penting yang tak bisa ditinggal. Meeting tersebut adalah meeting di mana Michael menggantikan Casandra. Sejak di mana kedua tangan Casandra mengalami cedera, memang perusahaan Casandra di bawah pimipinan Michael. Bahkan sekarang setiap kali membutuhkan tanda tangan, maka tanda tangan Michael berlaku.Dulu, Casandra tidak bisa tanda tangan akibat cedera di tangannya, tapi sekarang keadaan tangannya sudah mulai membaik. Dia sudah bisa tanda tangan, namun meski sudah bisa tanda tangan, tetap Michael ta
“Na … na … na …” Calista berjalan sambil melompat-lompat kecil, menelusuri taman di mana gadis kecil itu berada. Dia senang tidak lagi diikuti oleh pengasuh dan pengawal. Para pengasuh dan pengawalnya hanya melihatnya dari kejauhan saja.Calista paling tidak suka jika diawasi oleh pengasuh dan pengawal. Gadis kecil cantik itu lebih menyukai berjalan-jalan sendiri. Akan tetapi, tentu dia tak bisa lepas dari pengawasan pengawal dan pengasuh, karena ayahnya begitu overprotective. Padahal Calista merasa bisa menjaga diri sendiri.“Bunga ini cantik sekali,” gumam Calista pelan sambil menyentuh bunga yang tumbuh di taman dengan sangat indah. Manik mata biru gadis kecil itu mengerjap beberapa kali, akibat kekagumannya pada bunga yang ada di hadapannya.“Bunga itu tidak secantik dirimu,” ucap seorang bocah laki-laki yang sangat tampan, menghampiri Calista.Calista mengalihkan pandangannya, menatap bocah laki-laki tampan yang ada di hadapannya. “Tadi kau bilang apa?” tanyanya polos.Bocah laki
Casandra melangkah perlahan masuk ke dalam kamar Calista. Tampak senyuman di wajah wanita itu terlukis melihat Calista tengah bermain dengan Jessica. Jessica memiliki kamar sendiri tepat di samping kamar Calista, namun terkadang memang Jessica tidur dengan Calista. Mereka berdua sepupu, tapi sudah seperti saudara kandung bahkan seperti sahabat.“Calista, Jessica,” panggil Casandra lembut.Calista dan Jessica mengalihkan pandangan mereka menatap Casandra dengan senyuman riang. “Mommy?”Casandra mendekat—dan Calista serta Jessica langsung memberikan pelukan ke tubuh Casandra. Tentu, Casandra membalas pelukan Calista dan Jessica. Kedua tangannya sudah membaik, membuatnya bisa memeluk kedua putrinya itu.“Mommy, jangan marah.” Calista dan Jessica mengucapkan kalimat kompak, sambil mengurai pelukan mereka.Casandra tersenyum. “Sayang, Mommy tidak marah. Maaf, tadi Mommy kesal karena perasaan Mommy sedang sensitive.”Calista membawa tangan mungilnya membelai pipi Casandra. “Mommy, maafkan a
Casandra masih diam dengan raut wajah yang menunjukkan jelas rasa kesal dan juga tak enak. Apa yang dikatakan oleh Michael memang fakta. Selama ini, Michael tidak pernah mengarahkan Calista untuk menyukai olahraga boxing.Hanya saja, memang Casandra kurang setuju jika Calista memilih olahraga boxing. Dia lebih menyukai olahraga yang dipilih Jessica yaitu balet dan sekolah modelling. Yang Casandra takutkan adalah saat besar Calista malah menjadi orang yang menyukai kekerasan.Michael menatap dalam manik mata cokelat gelap sang istri. Pria itu membawa tubuh istrinya itu duduk di pangkuannya, dan membelai pipi sang istri tercinta. “Casandra, aku tahu mana yang baik, dan tidak baik untuk putriku. Aku membiarkan Calista belajar bela diri sejak kecil, karena memang bela diri sangat penting. Kelak, Calista akan melindungi Jessica dan kau, jika kalian dalam keadaan bahaya dan aku sedang tidak ada. Calista juga bisa melindungi dirinya sendiri. Kemungkinan buruk mungkin saja terjadi, Sayang. It