Yuni telah selesai makan walaupun dia tidak bisa memakan dengan porsi yang banyak. Dia masih menunggu seseorang yang dia tahu akan membantunya dalam menemukan Ayahnya."Maaf ya saya sudah berburuk sangka selama ini, terima kasih sudah mau membantu." Ucap Yuni sambil menatap ke arah Andrew yang tengah sibuk dengan makanannya, dia memang paling menyukai makanan Indonesia karena menurutnya kaya akan bumbu.Andrew langsung tersenyum ke arah Yuni, dia merasa senang akhirnya Yuni sudah mulai terbiasa untuk menerima kehadirannya."Iya sama - sama cantik, aku senang karena sudah membantu orang yang paling aku cintai." Jawab Andrew seraya meneguk air putih yang berada di hadapannya.Yuni sebenarnya merasa tak enak hati, karena sebelumnya sikapnya pada Andrew sangat kasar namun sekarang dirinya merasa membutuhkan Andrew.Tak berselang lama tiba - tiba pria yang pernah bertemu dengan Yuni saat insiden tabrakan dengan Andrew sudah berada di hadapan mereka berdua."Tuan, maaf kendaraan saya tadi t
Hari-hari yang di lalui oleh Yuni terasa hambar, tanpa kabar dari Ayah yang sangat di sayanginya.Pagi itu Suster Diana sedang menemani Yuni yang tengah bersedih."Mbak, saya sudah belikan sarapan untuk kita makan bersama. Ayok kita makan yuk." Ajak Suster Diana seraya menarik tangan Yuni.Yuni mengikuti Suster Diana ke meja makan karena tak enak menolak sarapan yang sudah dibeli."Aku kangen ayah Sus. Sekarang Ayah sudah makan apa belum?" Yuni menanyakan tentang Ayahnya pada Suster Diana, untuk mengurangi kegelisahan hatinya selama ini.Suster Diana mencoba maklum dengan keadaan Yuni, meski Ayahnya Yuni sekarang entah ada dimana Suster Diana kerap mengunjungi Yuni sebagai bentuk memberikan semangat untuknya."Mbak, sekarang makan dulu. Setelah ini kita berdoa bersama-sama untuk keselamatan Pak Doni." Ucap Suster Diana seraya mengenggam tangan Yuni yang dingin.Yuni tidak menjawab dia hanya mengangguk pelan.Tiba-tiba saja Ponsel Yuni berdering dengan sangat kencang.Yuni bergegas men
Tiba di saat yang ditunggu hari dimana Yuni harus menyerahkan uang untuk penebusan Ayahnya."Ini gak apa-apa kita begini, aku takut kalau Radit mengetahui rencana kita." Ucap Yuni dengan takut, dia tidak mau membuat Radit bertambah marah dan akhirnya Yuni tidak dapat bertemu dengan Ayahnya lagi."Sudahlah yakin saja denganku. Jika Radit mengingkari janjinya tidak membawa Ayahmu, aku sudah menyiapkan anak buahku yang berpura-pura sebagai pengunjung taman dia pasti akan tertangkap. Tapi kalau dia menepati janji, sudahlah uang itu untuk Radit barangkali dia sedang membutuhkan uang." Timpal Andrew dengan merangkul bahu Yuni.Dalam beberapa hari ini Yuni tidak fokus dalam bekerja, namun karena Fashion Show itu akan dilaksanakan tidak lama lagi jadi Yuni harus tetap profesional."Tapi, bagaimana aku akan mengembalikan uangmu?" Tanya Yuni dengan menatap Andrew.Andrew hanya mengulas senyum tipis, Yuni belum mengetahui kalau bagi Andrew uang sebesar seratus juta tidak ada apa-apanya.Yuni mem
Aku sangat ketakutan melihat Yuni tidak berdaya seperti itu, aku pun melajukan mobilku ke Rumah Sakit dengan kecepatan tinggi. Aku tidak ingin kehilangan Yuni, aku akan menyesali diriku sendiri kalau itu sampai terjadi.Akhirnya dengan memakan waktu sepuluh menit aku dapat menemukan Rumah Sakit yang terdekat. Akupun segera memarkirkan mobilki, dan dengan berlari aku memanggil suster yang sedang berjaga di ruangan Gawat Darurat."Sus, tolong bantu saya. Kekasih saya kena tembakan, cepat tangani sekarang." Aku meneriaki suster yang sedang berdiri bingung melihatku mondar mandir.Suster itu panik setelah mendengar kalau Yuni terkena tembakan, lalu dia pun memanggil temannya untuk turut membantu mengangkat tubuh Yuni dari dalam mobil.Mereka pun membaringkan tubuh Yuni diatas ranjang, bisa kulihat darah yang mengucur dari perut Yuni. Sungguh aku merasa tak tega melihatnya.Para perawat itupun membawa Yuni kedalam ruangan tindakan, diikuti para Dokter yang entah sejak kapan sudah berada di
Andrew tengah mengamati orang-orang yang sedang menuju Masjid saat Adzan maghrib berkumandang. Dia ingin sekali ikut bersama orang-orang itu untuk beribadah di dalam Masjid namun dirinya tidak tahu bagaimana caranya, kedua orang tuanya sangat modern dan liberal meskipun beragama islam.Orang-orang itu hilir mudik memasuki Masjid kecil yang letaknya berada di pelataran Rumah Sakit."Tuan, maaf aku tinggal dulu ya. Aku mau sholat dulu sebentar." Pamit Rio dari hadapan Andrew.Andrew ingin mencegah Rio untuk mengajaknya juga ke Masjid urung dilakukannya, dia merasa malu harus mengakui bahwa dirinya sama sekali tidak tahu cara shalat."Mari Pak, kita shalat dulu. Imam sudah siap-siap sebentar lagi shalat akan dimulai." Ajak seseorang dibelakang Andrew yang sama sekali Andrew tidak mengenalnya.Dengan ragu-ragu Andrew mengikuti langkah pria itu, apapun yang pria itu lakukan Andrew akan lakukan."Panggil saya Hasan, Pak. Ayo kita ambil wudhlu dulu." Ucap Hasan berjalan di depan Andrew.Andr
Mami tengah memasak di dapur, sudah beberapa hari ini semenjak aku pulang dari liburan tak kulihat lagi wajah cantik Yuni.Kemanakah dia sekarang? Aku ingin bertanya pada Mami, namun aku tidak berani.Aku takut dia berprasangka yang berlebihan."Sayang, kok diam saja. Cerita dong kalau ada masalah?" Tanya Mami padaku tiba-tiba dari arah belakangku.Aku hanya menggelengkan kepala, malu kalau sampai Mami tahu tentang perasaanku pada Yuni."Eh, Mami ini yang melahirkanmu, tahu kalau anaknya sedang ada masalah. Ayo dong cerita." Paksa Mami padaku, sebenarnya aku tidak ingin membicarakan tentang Yuni pada Mami. Namun, karena aku sangat penasaran kenapa akhir-akhir ini kenapa Yuni tidak datang ke rumahku lagi. Apakah Mami sudah memecatnya ataukah Yuni mengundurkan diri dari Pekerjaan di tempat Mami."Mam, aku mau bicara. Tapi, Mami janji jangan meledek aku." Titahku pada Mami yang tengah memandangiku, mendengar ucapanku dia langsung duduk di kursi sebelahku."Ada apa memangnya Raf? tumben b
Siang itu saat Rafael selesai berbicara dengan Maminya dan dia mendapatkan angin segar, lantas dia pun dengan terburu-buru pergi ke rumah Yuni. Dia hafal betul jalan kerumah Yuni meskipun dirinya hanya satu kali mengantarkan Yuni kerumahnya.Dengan hati yang berbunga-bunga karena sudah mendapat lampu hijau dia melangkah dengan langkah lebar ke arah pintu rumah Yuni."Assalamualaikum." Salam Rafael pada sang empunya rumah.Tak berselang lama, nampak pria menjawab salamnya Rafael."Walaikumsalam, maaf mencari siapa ya?" Tanya Jaka dengan menatap heran lelaki tampan di hadapannya, apakah ini temanya Radit dan Gino atau bukan."Saya mencari Yuni, apa Yuni ada didalam?" Tanya Rafael hormat, dia menyalami tangan Jaka. Karena Rafael pikir Jaka adalah Ayahnya Yuni."Sebentar saya tanya dulu Ibunya, mari masuk dulu di dalam." Jawab Jaka dengan mempersilahkan Rafael masuk kedalam. Dirinya akan bertanya dulu pada Nina tentang kehadiran Rafael dirumahnya.Dengan tergesa-gesa Jaka menepuk bahu Nin
Aku menyimpan nomer ponsel Ayah Yuni, dan aku berharap bisa mendapatkan kabar keadaan Yuni yang sebenarnya. Pantas saja perasaanku tak enak dari kemarin, orang bilang katanya kalau kita mencintai seseorang apapun yang terjadi di orang itu akan terasa pada kita."Terima kasih banyak ya, kalau begitu saya pamit dulu." Ucapku undur diri. Aku ingin memberitahu Mami tentang keadaan Yuni dan aku ingin mengajak Mami menengok Yuni di Rumah Sakit.Wanita itu hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, biarlah aku tidak peduli.Dengan perasaan kalut dan was-was aku mengendarai mobilku dengan kecepatan tinggi, aku harus memberitahukan keadaan Yuni pada Mami. Aku merasa Yuni sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja."Ya Allah selamatkan Yuni, aku tidak ingin terjadi hal buruk yang menimpanya." Doaku di dalam hati.Akhirnya aku telah sampai di depan rumah, aku klakson pintu pagar agar Pak Untung Satpam rumah membuka pintu.Tak lama pintu pagar pun terbuka. Aku segera memasukkan mobilku