Share

Bab 6

Author: Nursholehah
last update Last Updated: 2023-07-07 13:08:49

Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan antara Yuni dan Rafael. Rafael yang duduk di kursi kemudi terlalu fokus dengan kemudinya, sedangkan Yuni yang sedang duduk di sampingnya merasa gugup, awalnya Yuni menolak untuk duduk di samping Rafael namun Ibu Tari memaksa seraya bilang Rafael bukan supir Yuni jadi dia menyuruh untuk duduk berdampingan.

"Emm.. Usia kamu berapa?" tanya Rafael tiba-tiba membuat Yuni merasa kaget.

"A-aku 16 tahun Kak." Jawab Yuni dengan menunduk, dia memanggil Rafael dengan sebutan "Kak" karena bingung panggilan apa yang harus diucapkannya.

"Ternyata kamu masih muda sekali ya, tetapi kenapa kamu memilih bekerja.?" Tanya Rafael lagi sebenarnya penasaran dengan hidup Yuni yanh begitu miris.

Yuni langsung menunduk dengan pertanyaan Rafel, sungguh sudah banyak ribuan bahkan jutaan kali orang yang heran dengan dia kenapa memilih bekerja daripada melanjutkan Sekolah alasannya yaitu karena ekonomi.

Yuni menghela nafas kasar dan mulai mengatur kata-kata untuk menjawab pertanyaan dari Rafael.

"Diusia saya yang masih muda memang seharusnya berada di Sekolah, tetapi melihat keadaan Orangtua yang pas-pasan secara ekonomi maka saya memutuskan keluar dari Sekolah untuk berkerja." Jawab Yuni dengan memandang jalanan yang mulai sepi lewat jendela mobil Rafael.

"Apa kamu masih ingin meneruskan sekolah atau bekerja,!" Timpal Rafael sambil melirik Yuni dari samping.

"Sebenarnya aku ingin Sekolah tetapi siapa yang akan mencari makan untuk kedua Orangtuaku." Lirih Yuni dengan mata yang sudah berembun.

Rafael tidak berani bertanya lagi, dia sudah cukup paham dengan kondisi keluarga Yuni.

Ingin rasanya dia membantu Yuni, namun Maminya tentu saja akan merasa curiga.

Tetapi jiwa kemanusiaan Rafael membuncah begitu saja.

"Kalau kamu sekolah lagi dan ikut kelas karyawan bagaimana?" tanya Rafael dengan hati-hati takut Yuni akan kembali tersinggung dengan pertanyaannya barusan.

Yuni langsung tertawa terbahak-bahak, dan langsung saja membuat Rafael terheran. Kenapa Yuni tertawa sampai seperti itu apakah pertanyaan Rafael ini lucu pikirnya.

"Kak Rafael menyuruhku untuk sekolah, pagi dan sore aku kan kerja di tempat Ibu Tari

Mana ada waktu aku untuk sekolah." Jawab Yuni dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kalau begitu bagaimana kamu memilih salah satu saja pekerjaannnya biar ada waktu untuk sekolah, dan bisa bekerja di tempat yang lebih layak daripada kerja di tempat Mami." Usul Rafael memberikan ide yang menurutnya bagus.

Namun Yuni hanya tersenyum tipis seraya berkata.

"Permasalahanku tidak sesimpel itu, aku membutuhkan uang yang cukup banyak makamya aku bekerja siang dan malam seperti ini." Jelas Yuni dengan panjang lebar.

Yuni tak habis pikir dengan pemikiran Rafael yang menurutnya begitu entengnya berbicara.

"Memangnya kamu menopang berapa orang dirumahmu?" Tanya Rafael lagi.

Mendengar pertanyaan Rafael yang terlalu blak-blakam membuat Yuni terhenyak.

"Aku tinggal bersama Ayah, Ibu dan kedua kakakku." Ucap Yuni singkat dia berpura-pura memegang handphone agar tidak ada pembicaraan lagi antara mereka berdua.

"Oh...." Ucap Rafael singkat, entah apa lagi yang harus dia bicarakan dengan Yuni agar suasana di mobil jadi tidak canggung.

Tak terasa perjalanan yang memakan waktu sekitar 30 menit akhirnya mereka telah sampai di rumah Yuni yang sangat sederhana.

Dinding rumah yang masih menggunakan batu bata dan atap yang masih menggunakan genteng murahan serta asalnya terdapat.

Rafael memarkirkan mobilnya di tempat yang tak jauh dari halaman rumah Yuni.

Yuni keluar dari mobil tampak ketakutan, entah apa yang akan Ibunya katakan bila Yuni tiba sekarang. Dia pun mengeluarkan barangnya yang diberi oleh Bu Tari dan menaruhnya di teras rumah.

"Kak, sekali lagi saya ucapkan terima kasih. Maaf sudah merepotkan, hati-hati dijalan." Ucap Yuni sambil celingkukan ke arah belakang takut Ibunya tiba-tiba muncul dan memarahinya.

"Oh, ya sama-sama. Terima kasih kembali sudah memasakkan makanan untuk teman-temanku." Timpal Rafael sambil tersenyum manis ke arah Yuni.

Yuni yang melihat senyuman dari Rafael sejenak terhipnotis oleh ketampanan Rafael, namun cepat-cepat Yuni kembali sadar karena Rafael adalah anak dari majikannya.

Rafael pun membalikkan badannya dan berjalan ke arah mobilnya dan dia pun masuk ke dalam mobil. Yuni menunggu Rafael sampai pergi dari rumahnya karena jangan ibunya tahu kalau Yuni diantar oleh laki-laki malam hari.

Deru mobil Rafael pun menyala dan dia meninggalkan pekarangan rumah Yuni dengan melambaikan tangan sejenak ke arah Yuni.

Yuni menarik nafas lega, karena akhirnya Rafael tidak tahu kemarahan Ibu Yuni saat nanti Yuni masuk ke dalam rumah.

Membuka pintu rumah dengan pelan Yuni melangkahkan kakinya dengan mengendap-endap karena takut langkahnya akan mermbangunkan seisi rumah apalagi rumah sudah dalam keadaan gelap, namun Yuni dikejutkan dengan lampu ruang tengah yang tiba-tiba menyala. Ibunya berdiri dengan sorot mata tajam melihat ke arahnya.

" Dari mana saja kamu?" bentak Ibu Nina kepada anaknya Yuni dengan berkacak pinggang.

"A-aku habis pulang kerja Bu," jawab Yuni dengan wajah ketakutan melihat ke arah ibunya, kalau begini Yuni tidak akan selamat pikir Yuni dari dalam hati.

"Kamu habis keluyuran paling, jam segini baru pulang!" teriak Bu Nina dengan geram melihat ke arah Yuni. Entah mengapa dia merasa membenci Yuni menurut Bu Nina, Yuni adalah biang sial. Ayahnya kecelakaan sewaktu bekerja adalah kesialan buat Bu Nina dari Yuni karena telah melahirkannya.

"Tidak Bu, Yuni tidak berbohong. Coba tanyakan langsung ke Ibu Tari, justru aku diajak kerja paruh waktu di rumahnya untuk mencari tambahan." Jelas Yuni sambil penuh kesabaran menjelaskan ke Ibunya yang berdiri ddi depannya seperti ingin memakannya hidup-hidup.

"Ya sudah, mana beras yang Ibu minta. Terus ini kita belum makan, cepat masak nasi." Titah Bu Nina dengan tidak punya perasaan kepada Yuni, padahal Yuni sudah merasa lelah bekerja seharian.

"Padahal disini banyak orang, Kak Radit dan Kak Gino ngapaen saja seharian di rumah? Apakah tidak ada yang bisa mereka kerjakan." Ucap Yuni di dalam hati, dia tidak berani berkata langsung seperti itu karena pasti Ibunya membela mereka berdua dengan jawaban "kamu ini wanita satu-satunya harusnya melayani Orangtua dan kedua kakakmu!" itulah selalu kata-kata yang diucapkan oleh Orangtuanya terutama Sang Ibu.

Yuni hanya menghembuskan nafas kasar saat melihat lantai yang kotor dan cucian piring yang bertumpuk di tempat cucian. Urusan mencari uang dia yang harus mencari bahkan urusan pekerjaan rumah juga Yuni yang mengerjakan semuanya.

Yuni segera menyelesaikan pekerjaan mencuci serta menyapu lantai rumah. Lalu Yuni menanak nasi untuk anggota keluarganya. Setelah nasinya matang Yuni segera memanggil Ayahnya untuk makan, karena Sang Ibu sedang duduk manis di meja makan dengan memainkan gawainya.

"Kamu gila ya, Yun. Kedua kakak kamu kenapa kamu tidak panggil mereka juga ingin makan." Teriak Bu NIna menyuruh untuk memanggil kedua kakaknya.

Dengan langkah malas Yuni pun memanggil mereka berdua dan dengan lahapnya mereka makan tanpa menyisakan satu apapun kecuali piring kosong. Yuni pun segera mengambil untuk bersiap untuk makan namun betapa kagetnya apa yang dilihat di depannya. Semua lauk yang Yuni bawa telah habis tak bersisa.

Yuni pun terduduk lemas di lantai seraya menahan tangis.

Related chapters

  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 7

    Melihat Yuni yang menangis sesengukan di lantai Sang Ayah duduk menghampiri."Kamu kenapa Nak? jangan menangis di lantai, ayo bangun." Titah Pak Doni pada anaknya Yuni yang sedang menangis di lantai.Yuni segera menyeka air matanya dan memeluk sang Ayah, saat ini hanyalah Ayahnya yang mengerti dirinya."Tidak apa-apa Yah. Yuni hanya kecapean saja," ucap Yuni berbohong karena tidak mau menambah pikiran Sang Ayah apalagi barusan Yuni melihat Ayahnya makan dengan lahap dan penuh gembira karena makanan yang Yuni bawa sangat enak dan mewah menurut Ayahnya."Ya sudah kamu sekarang istrirahat, biarkan Ayah saja yang membersihkan sisa makannya." Ucap Pak Doni penuh pengertian pada Yuni, dia sebenarnya merasa iba dengan Yuni di usia yang sangat muda harus membanting tulang demi mencukupi keluarga."T-tapi, Pak" ucapku ragu, takut kalau Ayah yang melakukannya beliau akan kelelahan."Sudahlah Nak, jangan risaukan Ayahmu. Ayah sudah sehat dan kuat," jawab Ayah Yuni sambil memperlihatkan otot tubu

    Last Updated : 2023-07-07
  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 8

    Melihat tasnya yang berserakan di lantai membuat Yuni lemas tak berdaya, dia tak menyangka uang yang selama ini dia kumpulkan raib tak bersisa karena diambil paksa oleh Ibunya."Nak, kamu sebaiknya istirahat tidak usah menyesali yang sudah terjadi." Ucap Sang Ayah menenangkan hati Yuni yang sedih."Ayah, maafkan Yuni tidak bisa membawa berobat Ayah. Uang itu untuk biaya berobat Ayah yang selama ini Yuni kumpulkan." Timpal Yuni kembali terisak karena dia merasa menyesali dirinya yang begitu bodoh tidak menyimpan uangnya dengan baik hingga bisa diketahui oleh Ibunya."Tidak usah bersedih lagi, Ayah tidak apa-apa. Berobat bisa kapan saja, yang terpenting kamu selalu sehat buat Ayah." Ujar Sang Ayah yang sebenarnya menaruh amarah pada istrinya yang selalu pilih kasih pada Yuni. Dia selalu memeras tenaga Yuni untuk mendapatkan uang, sedangkan kedua kakaknya dibiarkan malas-malasan dirumah.Yuni mengangguk menuruti keinginan Ayahnya untuk beristirahat. Selepas kepergian Pak Doni dari kamar

    Last Updated : 2023-07-07
  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 9

    Yuni berangkat kerja pagi ini dengan hati yang sedih dia tidak bernafsu untuk makan pagi kali ini."Yun, kamu makan yang banyak. Apalagi kamu kerja di dua tempat pasti lelah." Ujar Sang Ayah yan sedang mengunyah makan dengan lahap di atas meja makan.Sementara Ibu Nina sedang berada di kamar bersama kedua anaknya."Iya Pak, Yuni cuma belum nafsu makan mungkin nanti makannya pas ada ditoko." Jawab Yuni dengan wajah menunduk ke arah makanan nya.Pak Doni tidak melanjutkan untuk menyuruh Yuni untuk makan, dia tahu Yuni sedang bersedih jadi dia memilih untuk diam.Tak lama kemudian Gio keluar dari kamar Ibunya dengan wajah yang masam."Gio, kamu kenapa mukanya kaya ditekuk begitu?" Tanya Pak Doni pada Gio yang sedang melangkah ke kamarnya untuk kembali tertidur. Gio tidak menjawab pertanyaan dari Bapaknya, dia hanya melirik sekilas dan kembali melangkah ke depan.Pak Doni hanya menggelengkan wajahnya melihat tingkah Gio dan Radit yang begitu manja dan malas bekerja. Mereka mewarisi sikap

    Last Updated : 2023-07-07
  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 10

    Yuni langsung tersadar kala pria itu menepuk bahu Yuni pelan."Ehhh..." teriak Yuni terperanjat tidak siap karena pria itu membuatnya kaget."Kamu tidak apa-apa? kalau ada yang sakit saya akan bawa kamu ke Rumah sakit?" tanya pria itu ingin mengobati Yuni jikalau dia ada luka saat jatuh tadi."Tidak usah, saya baik-baik saja. Maaf ya Tuan saya terburu-buru hingga tidak melihat ada orang di depan saya." Jawab Yuni seraya menunduk karena dia merasa bersalah.Pria itu menatap tajam ke arah Yuni, tersungging senyum yang hanya pria itu yang tahu."Tuan Andrew... Apakah anda tidak apa-apa?" Tiba-tiba saja seseorang pria yang juga memakai jas datang memeriksa pria yang ternyata bernama Andrew."Saya tidak apa-apa, hanya nona ini terlihat terluka." Tunjuk Andrew yang melihat Yuni berdiri dengan luka lecet di tangannya.Yuni yang sadar dirinya diperhatikan, langsung tidak enak karena dirinya yang bersalah."Maaf Tuan, saya tidak apa-apa. Justru saya yang merasa bersalah." Ucap Yuni yang mengig

    Last Updated : 2023-07-07
  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 11

    "Mereka semalam pergi ke Rumah sakit Neng. Gak tau Ibu siapa yang sakit." Jawab Ibu itu yang sontak membuat Yuni merasa kaget.Yuni nampak kaget mendengar penuturan Ibu itu, dia tidak menyangka sakit yang diderita Erin serius hingga harus dilarikan ke Rumah Sakit."Kalau begitu terima kasih ya Bu infonya, maaf membuat Ibu terganggu karena saya memanggil nama Erin berulang kali." Ucap Yuni menundukkan kepalanya dengan hormat dan bersalaman dengan Ibu itu."Sama-sama Neng, tidak apa-apa." Jawab Ibu itu seraya tersenyum dan membalas jabat tangan Yuni.Yuni lalu beranjak meninggalkan rumah Yuni dengan langkah yang gontai, sahabat yang sangat baik itu sedang sakit yang cukup serius dan Yuni tidak tahu entah penyakit apa yang dideritanya.Dia mencoba beberapa kali menelepon Erin namun teleponnya tidak aktif, Yuni pun melangkah ke Tokonya kembali tanpa mendapatkan informasi apapun dan hanya mendapat berita Erin dilarikan di Rumah Sakit.Sesampainya di Toko, Yuni kembali bekerja dan Siska men

    Last Updated : 2023-07-07
  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 12

    Yuni melangkahkan kakinya menuju rumah saat dia kembali dari Rumah Bu Tari untuk bekerja. Dia merasa kesepian karena tidak mendapatkan sahabatnya sedang terbaring sakit di Rumah Sakit. Bahkan Yuni ditempat kerja dia sempat bertengkar dengan Siska."Huft... Aku bosan sekali hari ini, aku tidak ingin pulang cepat rasanya." Ujar Yuni berkata di dalam hatinya.Yuni pun duduk di bangku taman sambil minum es teh yang telah dibelinya. Dia ingin menghilangkan penatnya pekerjaan dan masalah di rumahnya.Dia termenung di bawah pohon yang dibawahnya terdapat kursi yang dibuat dari semen dan beton. Dia memperhatikan orang-orang yang lalu lalang dan orang yang sedang berkunjung di taman malam ini.Ditemani cahaya rembulan yang sangat sinarnya sangat terang malam ini, Yuni melihat ada seorang anak kecil berlarian bersama kedua Orangtuanya. Hati Yuni merasa sedih karena dia tidak pernah diperlakukan dengan baik oleh Ibu dan Kakaknya biarpun Yuni selalu banting tulang untuk mereka.Anak kecil itu beg

    Last Updated : 2023-07-07
  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 13

    Yuni segera membersihkan dirinya saatnya dirinya telah sampai dirumah, suasana rumah tampak lenggang. Ayahnya sudah tertidur dan kedua kakaknya sedang berada di kamar, mereka tengah bermain game melalui gawainya.Yuni mencari-cari keberadaan Sang Ibu yang tidak berada dikamarnya, kemana Ibunya pergi Yuni tidak mengetahuinya.Ada terbesit rasa khawatir apalagi jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam namun tidak ada tanda-tanda Ibunya akan pulang."Kemana sebenarnya perginya Ibu." Ucap Yuni didalam hatinya, meskipun Ibunya tidak pernah berkata lembut padanya tetapi tetap saja Yuni menyayangi Ibunya melebihi apapun juga.Yuni beranjak dari kamar menuju ruang tamu untuk melihat apakah Ibunya sudah datang atau belum."Nak, kamu sedang apa disitu?" tanya seseorang yang ternyata Pak Doni, ayah Yuni itu tampak heran dengan tingkah Yuni yang tidak langsung tidur dikamarnya namun duduk di ruang tamu. Apa yang sedang dikerjakan oleh Yuni, Ayahnya begitu penasaran."Eee... Ini Yah, aku lagi men

    Last Updated : 2023-07-07
  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 14

    Setelah kejadian semalam, yang Yuni tengah memergoki Ibunya diantar pulang dengan Pria lain. Yuni dan Ibunya tidak saling menyapa, bahkan cenderung perang dingin.Ibunya mengancam akan meninggalkan rumah jika Yuni memberitahukannya pada Ayahnya. Dan Yuni juga tidak bermaksud untuk mengatakan pada Ayahnya karena khawatir Ayahnya akan jatuh sakit dan kepikiran, jadinya Yuni menyimpan rahasianya sendiri.Pagi ini Yuni tengah mempersiapkan sarapan untuk Ayahnya, biasanya dia akan membuatkannya untuk Ibunya juga. Namun karena melihat Ibunya berselingkuh Yuni tidak mau membuatkan Ibunya sarapan."Punya Ibu kok tidak ada," ucap Bu Nina berkata pada Yuni.Yuni yang mendengar Ibunya berkata padanya hanya melengos pergi. Dia sama sekali muak untuk berbicara pada Orang yang telah melahirkannya itu.Yuni menghampiri kamar Ayahnya untuk membangunkannya dan menyuruhnya untuk sarapan. Dia mengetuk pintu kamar Ayahnya berulang kali namun tidak ada sahutan dari dalam. Yuni merasa khawatir dan membuka

    Last Updated : 2023-07-07

Latest chapter

  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 80

    Setelah semua prosesi pernikahan telah selesai, Rio dan Diana melaksanakan bulan madunya di sebuah hotel mewah. Mereka berdua sedang membuka kado dari relasi mereka."Sayang, ini kira-kira hadiah dari siapa?" tanya Diana pada Rio yang tengah merebahkan tubuhnya di ranjang.Rio nampak menghampiri istrinya untuk melihat dari siapa kado yang di maksud oleh istrinya itu."Oh ini dari Rafael, coba lihat apa yang berinya?" jawab Rio dengan duduk di samping istrinya.Diana tampak membuka kado yang diberi oleh Andrew dengan perasaan bahagia, momen membuka kado adalah hal yang paling disenangi setiap orang."Wah, dia kasih kita jam tangan couple yang bermerk ini sayang." Ucap Diana dengan mata berbinar."Ini pasti mahal loh, dek. Ya Allah ternyata dia orangnya baik meskipun terkadang ketus." Timpal Rio memperhatikan jam tangan yang ada di hadapannya dengan padangan takjub.Diana lalu meletakkan jam tangan mahal itu di sebuah lemari oerhiasan, lalu dia kembali ingin membuka kado yang lainnya."

  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 79

    Pagi ini seakan hari yang paling indah untuk Rio dia merasa bahagia karena saat ini dirinya akan menikahi sang pujaan hati yaitu Diana, wanita yang mau menerima kekurangannya karena Diana tahu masa lalu Rio yang dahulu tidak bahagia karena harus menjadi yatim piatu sejak kecil, kedua orang tua Rio mengalami kecelakaan tunggal dan mereka meninggal dunia di tempat kejadian.Maka dari itu dia hidup sebatang kara di sebuah panti asuhan, karena kegigihannya dan kepintarannya akhirnya Rio bisa menyelesaikan sekolahnya dan dirinya mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Dan disana dia bertemu dengan Andrew dengan tidak sengaja menabraknya, karena kejujuran Rio yang mengembalikan dompet milik Andrew yang berisi kartu debit puluhan miliar jadi membuat Andrew merasa bahagia bisa bertemu dengan orang yang jujur, karena selama ini orang-orang yang berada di sekita Andrew kebanyakan tidak jujur dan munafik.Setelah Andrew lama mengenal Rio, akhirnya dia menjadikan Rio bekerja di perusahaanya sekaligu

  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 78

    Setelah kedua keluarga selesai menyantap makan malamnya, lalu mereka beranjak ke ruang keluarga untuk membicarakan hal yang lebih serius.Mereka duduk dengan perasaan gelisah dan perasaan gugup, terlebih lagi bagi Yuni dan juga Andrew."Terima kasih atas jamuan makan malam yang begitu lezatnya, saya baru pertama kali memakan masakan Indonesia yang ternyata sangat enak." Ucap Pak Ali dengan senyum berkembang karena perasaan bahagiannya.Ibu Tari yang berkali-kali masakannya dipuji langsung membalasnya dengan senyuman."Makanan kampung saja kok, pak. Tidak ada masakan western yang biasa Pak Ali dan Ibu Agnes makan karena jujur saja saya dan Yuni tidak bisa membuatnya," Jawab Ibu Tari dengan perasaan bahagia karena bisa bertemu dengan kedua orang tua Andrew."Itu saja sudah sangat enak kok, Bu. Justru kalau makanan seperti itu saya bosan karena setiap hari makan, tapi kalau makanan Indonesia rasanya sangat enak dan membuat aku ketagihan." Ujar Agnes seraya mengenggam tangan Ibu Tari deng

  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 77

    Agnes dan Ali telah sampai di kediaman Ibu Tari dan juga Pak Andi, mereka tampak takjub dengan rumah Yuni yang begitu asri dan sejuk karena banyak di tumbuhi tumbuhan yang sangat indah."Andrew benarkah ini rumahnya?" tanya Agnes seraya mencolek lengan anaknya, dirinya heran karena rumah Yuni terlihat lenggang dan sepi. Agnes juga tampak terkejut dengan rumah Yuni yang disangka sederhana tetapi pas mereka sampai dirumahnya begitu terpesona dengan suasana rumah Yuni."Bener, kok mom. Memangnya kenapa?" tanya Andrew dengan memandang lekat ke arah mommynya."Tidak apa-apa, rumah keluarga Yuni begitu asri dan sejuk. Nanti kalau pulang ke Dubai aku ingin merubah taman di belakang rumah seperti ini." Jawab Agnes dengan menunjuk ke arah tumbuhan yang bunganya sedang bermekaran warna-warni.Andrew tersenyum lebar ke arah mommynya, kesan pertama tentang keluarga Yuni tergambar jelas pada Agnes dia sangat menyukai rumah Yuni yang begitu nyaman dan membuat orang betah berlama-lama di rumahnya."

  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 76

    Malam itu Agnes dan Ali tampak rapih dengan pakaian terbaiknya, Ali dengan jas kebesarannya dan Agnes dengan gaun mahalnya yang memperlihatkan lengannya yang terbuka. Andrew yang sedang dalam perjalanan hendak menjemput kedua orang tuanya untuk datang ke rumah Yuni.Tok...tok...tokAndrew mengetuk pintu apartemen orang tuanya.Ceklek..Ali membukakan pintu untuk Andrew, dia sudah tidak sabar ingin berjumpa dengan besannya itu."Hai, nak. Kamu dengan siapa kesini? Apa dengan Rio?" tanya Ali menoleh ke arah belakang badan Andrew mencari keberadaan Rio."Rio sedang sibuk, dad." Jawab Andrew melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen mencari keberadaan mommynya."Tumben dia sibuk, biasanya dia tidak akan pergi kemana-mana selalu berada di samping kamu." Timpal Ali dengan mengeryitkan keningnya, dia heran Rio tak berada di samping Rio karena dia biasanya adalah asisten yang sangat setia."Dia besok akan menikah, dad. Oh ya jangan lupa besok kita semua akan menghadiri acara ijab kobulnya

  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 75

    Siang itu Agnes dan Ali sedang mempersiapkan berbagai barang untuk di bawa ke Indonesia, baju-baju mereka dan juga barang belanjaan yang akan diberikan untuk Andrew sudah dipersiapkan oleh Agnes dan telah dimasukkan ke dalam koper mereka."Sayang, apa ini tidak terlalu banyak koper yang akan kita bawa?" Tanya Ali memandang pening ke arah lima koper yang akan mereka bawa.Agnes yang tengah sibuk memasukan bajunya ke dalam koper seketika menghentikan aktifitasnya, dia memandang ke arah suaminya yang berdiri tak jauh dari dirinya."Tentu saja tidak banyak sayang, justru ini masih kurang barang yang mommy beli." Jawab Agnes dengan singkat, lalu dirinya menyibukkan kembali kegiatannya memasukkan barang ke dalam kopernya.Ali tampak tersentak mendengar jawaban dari istirnya, bagaimana bisa dia membawa koper sebanyak ini tanpa asisten seperti Rio.Dia pun duduk di atas kursi tamunya dengan memijat pelipisnya, kalau istrinya memiliki keinginan sulit untuk di bantah apalagi di tolak.Dering po

  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 74

    Setelah mendengar permintaan Andrew untuk datang ke Indonesia untuk melamar Yuni. Agnes tampak termenung sambil berpikir, apakah dia akan menerima Yuni yang seorang wanita Indonesia yang entah seperti apa wajahnya ataukah dia akan menolak mentah-mentah keinginan Andrew.Agnes tampak berpikir alasan apa yang akan dia lakukan untuk mengurungkan niatnya Andrew untuk menyuruhnya datang ke Indonesia."Honey kenapa kamu melamun saja dari tadi?" Tanya Ali tampak keheranan melihat istrinya sedang melamun di atas meja makan.Agnes tampak terkejut meliha kedatangan suaminya yang secara tiba-tiba, dia hampir terjatuh dari tempat duduknya."Ya ampun, sayang. Kenapa buat aku kaget aja sih, kamu ingin aku jantungan apa," ucap Agnes dengan nada marah.Ali langsung memeluk istrinya itu dengan sayang, karena dia tidak ingin membuat istrinya itu marah."Jangan marah dong sayang," ujar Ali dengan nada merajuk."Ih, daddy. Kan yang marah aku kok sekarang yang manja kok kamu?" tanya Agnes dengan mencubit

  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 73

    Setelah Ibu Tari, Pak Andi, Rafael, Yuni dan Andrew telah menyelesaikan sarapannya. Mereka melanjutkan obrolan serius mereka di ruangan keluarga."Terima kasih sekali, Bu. Sudah mengundangku untuk datang sarapan disini, makananya begitu enak dan aku sampai nambah berkali-kali.Ibu Tari senang Andrew menyukai masakannya, dia pun merasa bahagia memiliki calon menantu yang sopan pada orang tua seperti Andrew."Rasanya tentu saja enak, karena Ibu membuatnya dengan perasaan bahagia." Ujar Ibu Tari dengan tersenyum lebar ke arah Andrew.Andrew hanya tersenyum menganggukkan kepalanya berulang kali, lalu dia pun menghembuskan nafasanya untuk memulai pembicaraan yang lebih serius."Bagaimana bisnis kamu, Andrew? Kudengar akan mmbangun pabrik lagi di Amerika?" tanya Pak Andi berbasa-basi, dia ingin terlihat antara dirinya dan Andrew tidak kaku saat awal mereka bertemu."Ya lumayan saja, Pak. Saya lagi ingin mencoba melebarkan sayap ke sana." Jawab Andrew dengan tersenyum tipis ke arah Pak Andi.

  • Mesin Pencetak Uang untuk Ibu   Bab 72

    Pagi ini Andrew tampak ceria, dia sudah mandi setelah dirinya selesai shalat subuh. Dirinya memohon ampun atas kesalahannya meminum alkohol semalam serta bersyukur pada Tuhan dengan diterimanya lamarannya oleh Yuni dan keluarganya.Rio yang sedang berada di ruang tamu nampak heran dengan apa yang di lakukan oleh Andrew, karena sebelumnya Andrew sedih dan terpuruk sekarang dia sudah kembali ceria dengan wajah berbinar.Andrew sudah memakai pakaian terbaiknya celana berwarna hitam dan kemeja berwarna putih membuatnya tampak terlihat tampan dan gagah. Setelah selesai merapihkan diri Andrew lalu berjalan ke arah ruang tamu dengan senyum yang merekah."Rio, menurutmu bagaimana penampilanku hari ini? Apakah ada yang kurang?" tanya Andrew sambil berkacak pinggang di depan Rio.Rio yang tengah membaca koran langsung terpana melihat penampilan Andrew yang terlihat tampan dan tampak berwibawa."Tuan mau kemana? Kok sudah rapi tumben," Rio balik bertanya pada Andrew, karena heran sepagi ini suda

DMCA.com Protection Status