"Mas Jeremy kenapa minta maaf sama aku? Memangnya Mas Jeremy punya salah?"Alka mengerutkan keningnya bingung dengan sikap Jeremy. Pria yang merupakan ayah dari putranya, sekaligus masih berstatus suami, menangis ketika mengangkat panggilan telepon darinya. Dan entah mengapa Jeremy meminta maaf kepadanya.[Naufal.] Diseberangi telepon, Jeremy hanya mengucapkan sepatah kata dan menyebut putra mereka. Seketika Alka diserang perasaan tidak nyaman. Dari hari kemarin, Alka memang kerap bersedih ketika mengingat putranya. Dengan adanya sikap yang didengar oleh Alka melalui sambungan telepon, Alka menduga bahwa terjadi sesuatu buruk menimpa Naufal. Tapi Alka tidak ingin berburuk sangka terlebih dahulu. Ia mencoba menunggu Jeremy menjelaskan apa yang terjadi. Namun karena Jeremy tak kunjung bersuara, Alka tidak sabar mengetahui.[Naufal kenapa, Mas?] tanya Alka tidak sabar.Hening. Tak ada satupun jawaban yang diutarakan oleh Jeremy. Yang dapat Alka dengar, hanya suara Isak tangis yang memil
Iqbal sedang asyik bersantai sambil menikmati secangkir kopi mengikuti acara televisi yang menayangkan berita terkini. Reporter sedang meliput berita di lokasi panti asuhan yang ambruk dua hari yang lalu. Garis polisi masih terpasang di area TKP. Melihat lokasi dimana bangunan panti yang telah ambruk itu, iqbal tahu panti asuhan itu ditangani oleh siapa. Pada hari dimana ambruknya panti tersebut, Hasan menghubungi Iqbal lewat Irwan --- sekretaris nya. Iqbal sudah tahu bahwa sahabat yang kini sudah menjadi mantan besannya itu, meminta bantuan padanya agar terlindungi dari hukum yang akan menjeratnya. Dan Iqbal meminta Irwan untuk menyampaikan pesan kepada Hasan, bahwa Iqbal tak mau lagi ikut berkecimpung dengan masalah yang dibuat oleh Hasan. Cukup sudah Iqbal selalu membantu Hasan selama ini. Baik itu urusan bisnis, maupun politik.Diana yang baru saja keluar dan ikut bergabung dengan sang ayah menonton televisi sambil membawa sepiring buah potong. Wanita hamil itu mengerutkan kenin
Jeremy tengah berdiri dengan sabar menunggu di lorong terminal bandara Soekarno Hatta. Yang ia tunggu, adalah seorang wanita yang telah lama pergi dari hidupnya, dan kini kembali untuk dia bersama putra mereka. Jeremy menunggu kedatangan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya dengan dada yang berdebar. Rasa rindu yang selama ini membuncah, sebentar lagi akan mencair dengan sebuah pertemuan. Tak lama kemudian beberapa penumpang penerbangan internasional berjalan beriringan. Alka terlihat dari kejauhan bersama dengan para penumpang yang satu pesawat dengannya. Aura bahagia seketika terpancar dari wajah Jeremy. Pria itu terlihat menghembuskan nafas lega setelah lebih dari 5 tahun dapat melihat kembali sosok yang selama ini sangat ia rindukan hingga dalam mimpinya. Tak bedanya dengan Alka, wanita itu berhenti sejenak ketika melihat dari kejauhan sosok yang menunggu kedatangan dirinya. Ada sebuah perasaan bahagia menjalar di hati. Ia pernah memikirkan, siapa yang akan menyambu
"Bangun, Sayang. Ini ada ibu di samping kamu. Buka mata kamu, Nak." Alka mengusap lembut rambut putranya yang tengah tertidur dengan damai dengan mulut terpampang oksigen. Sedari awal Alka tiba di samping putranya, Alka tak henti-hentinya mengajak Naufal berbicara. Sesekali, Alka mendekatkan wajahnya ke telinga putranya, dan membisikkan kalimat untuk menguatkan sang putra. Meskipun Naufal dalam keadaan tertidur, Alka tahu bahwa dibawah alam sadarnya, anak laki-laki itu dapat mendengar suaranya. Wanita berambut panjang itu, menggenggam erat tangan kecil dengan kehangatan, berharap dapat memberikan sebuah kekuatan untuk sang putra. Tangan kecil itu, telah lama sekali tidak ia genggam. Terakhir kali Alka menggenggamnya, saat akan berangkat ke luar negeri, dan menitipkan Naufal ke Bu Nani. "Saat ia aku beritahu akan ku ajak untuk menjemput kamu ke luar negeri, dia sangat bahagia. Tapi maaf karena kamu pulang sendiri," kata Jeremy yang berdiri di samping Alka. "Dia pasti bangun kan, M
Pintu ruang rawat VIP terbuka oleh seseorang. Alka menduga, yang datang adalah dokter untuk melihat keadaan Naufal. Namun ternyata bukan. "Mama!" Alka terkejut dengan kedatangan Wilda ke rumah sakit siang ini. Alka sendirian menjaga Naufal. Sedangkan Jeremy, pergi tadi pagi untuk menyelesaikan pekerjaan kantor. Walaupun Kelvin sebenarnya bisa mengatasi, tetapi kehadiran Jeremy juga penting untuk sebuah rapat pertemuan.Jeremy sebenarnya tak tega meninggalkan Alka sendiri, meskipun sudah ada beberapa bodyguard yang ditugaskan oleh Jeremy untuk berjaga di luar ruangan. Tapi, sebuah pertemuan penting untuk kepentingan masa depannya bersama alkati perlu ia lakukan. Maka dari itu kedatangannya dibutuhkan. Jeremy berjanji kepada istrinya akan kembali setelah siang hari.Wilda yang baru saja datang, menatap Alka dengan sinis. "Aku pikir Jeremy ada di dalam. Ternyata kamu."Alka menaikkan alisnya. "Kenapa Mama tidak suka? Aku ibunya. Apa aku salah, menjaga anakku yang sedang sakit?"Alka ta
Alka melebarkan matanya ketika melihat video yang ditunjukkan oleh Jeremy melalui ponsel milik pria itu. Terdapat sebuah video, lengkap dengan suara saat Alka bertengkar dengan Wilda, di cafe tempatnya bekerja di Warsawa sana. Ketika Alka mencoba mengelak bahwa Wilda menemuinya, Jeremy segera menunjukkan kiriman video, dan rekaman suara di media sosial miliknya, yang dikirimkan oleh seseorang."Seseorang mengirimkan rekaman ini? Siapa, Mas?" tanya Alka penasaran dengan pelaku yang mengirim pesan tersebut kepada Jeremy.Jeremy menggeleng. "Aku tidak tahu itu siapa."Alka kemudian mengingat bahwa ia memang sengajanya merekam hasil percakapannya bersama Wilda di sana menggunakan ponsel miliknya. Tepat sebelum ponsel Alka dihancurkan oleh Wilda, terlebih dahulu Alka mengirimkannya kepada Nur. Tapi ia tidak menyangka bahwa rekaman itu bisa sampai pada Jeremy bahkan beserta videonya juga. Hanya Nur yang Alka kirimi rekaman suara itu. Dan otomatis, yang memiliki rekaman itu, hanya Nur send
Begitu mengetahui sang anak sadar, Jeremy menekan tombol di dekat ranjang Naufal untuk memanggil dokter. Alka menitikkan air matanya terharu melihat sang anak yang sadar setelah beberapa hari memejamkan mata. Tak bedanya dengan Jeremy, pria itupun merasakan kelegaan dalam hati setelah beberapa hari mencemaskan Naufal. Beberapa menit kemudian, dokter yang merawat dan memantau keadaan Naufal datang memasuki ruang VIP. Sang dokter kemudian dengan sigap melakukan pemeriksaan terhadap Naufal. "Syukurlah. Tidak ada masalah dengan keadaan adik Naufal, " kata Dokter memberitahu setelah selesai melakukan serangkaian pemeriksaan. "Terima kasih, Dokter." Jeremy mengucapkan terimakasih terhadap dokter. Dokter mengangguk ramah. Ia kemudian pamit untuk keluar. Diikuti oleh Jeremy dibelakangnya."Ibu!" panggil Naufal lirih. "Iya, Sayang." Alka berjalan mendekati putranya. "kamu mau apa nak?""Aku mau dipeluk ibu, " jawabnya dengan suara lemah. Alka mengangguk. "Iya." Alka naik ke atas ranjang
"Amplopnya jatuh," gumam Alka. Ia kemudian merendahkan tubuhnya untuk memungut amplop itu. Namun karena amplop itu terbuka dan isinya berceceran ke lantai. Dan ternyata isi dari amplop tersebut adalah beberapa lembar foto yang tercetak. Alka memunguti satu persatu foto-foto itu, dan mengamatinya. keningnya berkerut ketika melihat sosok wanita yang berpose mesra dengan seorang pria. Bahkan beberapa dari foto itu, buat alka melebarkan matanya."Ini foto-foto Diana bersama dengan pria siapa?" Foto tersebut adalah foto-foto Diana bersama Rangga yang telah digunakan oleh Jeremy sebagai bukti di persidangan perceraian mereka. Dan yang membuat Alka bergidik ngeri, terdapat foto Diana tanpa busana di hotel bersama pria itu."Apa karena ini mereka bercerai?" duga Alka.Alka hampir lupa bahwa ia pernah membaca berita bahwa Jeremy bercerai dengan istrinya. Dan perceraian itu, disebabkan oleh Diana yang berselingkuh. "Berarti berita itu benar? Dan ini selingkuhannya Diana?" Tak ingin memanda
Alka terbangun ketika merasakan usapan hangat di kepalanya. Saat pertama kali ia membuka mata, wajah tampan sang suami, berada di dekatnya. Jeremy menatapnya dengan tatapan yang sendu, dan juga dalam. "Mas! Apa yang terjadi padaku?" lirih Alka. Jeremy menghela napas, dan menampilkan senyum. Ia kemudian meraih tangan istrinya, dan mengecup dengan lembut. "Ada kabar baik untuk kamu, Sayang," beritahu Jeremy. Alka mengerutkan kening. "Kabar baik apa, Mas?" Jeremy diam cukup lama sambil menatap wajah cantik istri. "Kamu hamil, Sayang." "Ha-hamil?!" Alka terkejut dan membelalakkan matanya. Jeremy mengangguk. "Iya benar. Dokter bilang, kandungan kamu sudah berusia 12 Minggu. Ada malaikat kecil kita di dalam perut kamu." Alka menggigit bibirnya dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Ia bukan tak senang dengan kehamilan ini. Kabar ini mengejutkan, sekaligus membuat ia bimbang. Alka tak menyadari bahwa ia mengalami keterlambatan datang bulan. Namun dengan kondisinya yang sakit,
"Segera lakukan apa yang saya perintahkan sekarang juga!" Jeremy memerintahkan seseorang lewat ponsel terkait dengan misi yang dia laksanakan. "Kamu atur bagaimana caranya dengan rapi dan tidak ketahuan. Setelah selesai laporkan kepada saya!" Tut.Jeremy mengakhiri panggilan tersebut diiringi dengan senyuman menyeringai. Ia menatap ke luar jendela dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Di saat yang bersamaan, pintu ruangan terbuka. Hasan, sang ayah, menghampiri Jeremy dan melayangkan sebuah tinju kepada putranya hingga tersungkur ke sofa. "Dasar anak durhaka!" maki Hasan."Kamu tega mengkhianati ku seperti ini? Apa salahku padamu? tidakkah cukup aku memberi kamu pendidikan dan juga kehidupan yang layak? Bahkan aku dan ibumu melewati jalan yang terjal untuk menjadikanmu pewaris satu-satunya." Hasan mencaci maki sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Jeremy. Setelah ia melayangkan sebuah pukulan kepada putranya, dadanya terlihat kembang kempis naik turun dibarengi dengan
Alka tengah belajar di ruang tamu. Aktivitasnya terus sih ketika mendengar seorang pria masuk ke dalam rumah tanpa permisi dan berteriak-teriak memanggil suaminya. Ketika menyadari siapa yang datang, ternyata itu adalah ayah mertua."Dimana Jeremy?" tanya Hasan dengan marah.Alka menutup laptop dan bangkit dari duduknya. "Suamiku sedang pergi ke Surabaya. Ada apa?"Alka melihat sorot mata, dan raut wajah Ayah mertuanya dipenuhi kemarahan. Kemungkinan ada sesuatu hal yang tidak beres membuat pria itu murka. Dan maksud kedatangannya mencari Jeremy, pasti ada hubungannya dengan sang suami. "Beritahu kepada suamimu untuk membersihkan namaku." Hasan mengangkat jari telunjuknya ke wajah Alka."Apakah dia sudah gila ingin menjerumuskan ayahnya sendiri? Atau mungkin, karena kamu dendam kepada kami jadi kamu meminta suamimu melakukan itu padaku?" Hasan memberondong pertanyaan tak masuk akal kepada Alka yang mengarah ke sebuah tuduhan. "Atas dasar Papa menuduhku?" Alka bertanya sambil mengeru
"Jadi, adanya kamu membiarkan Diana tetap bisa berkeliaran dari kasus pembunuhannya yang direkayasa, dan dilemparkan ke orang lain, karena kamu tahu ini akan terjadi?" tanya Kelvin pada Jeremy. Jeremy sedang menyandarkan punggung di kursi kerja nya. Mata pria itu menatap langit-langit ruangannya. Hembusan napas lelah ia keluarkan dari sela-sela bibirnya. "Iya benar," jawab Jeremy sambil memejamkan mata, "aku tidak semata-mata membiarkannya tanpa satu alasan yang jelas. Dan inilah alasannya sekarang. Kamu tahu sendiri."Kelvin mematikan cerutu nya dengan meletakkan nya di asbak. "Dari mana kamu tahu kalau, mereka akan menyerang ayahmu hingga ke dalam kesulitan seperti saat ini?"Jeremy memajukan badan nya, dan mengambil cangkir berisi kopi. "Jaksa yang ikut dalam penyidikan bersamaku, memberitahuku jauh hari sebelum Diana membunuh istri Rangga."Saat ini, berita mengenai kasus korupsi yang menyeret nama Hasan Arthur, menghiasi layar televisi, dan dunia maya setiap harinya. Bahkan beb
"Apa kamu mencurigai saya?" tanya Hermin kepada Alka.Alka menghela nafas sejenak, kemudian menggeleng pelan. "Saya hanya merasa aneh saja. Jeremy, adalah putra dari wanita yang telah merebut suami Anda. Dan anda sangat membenci ibu mertua saya." "Itu benar. Lalu?" Hermin tersenyum manis "Dengan kebencian besar yang tertanam dalam diri anda kepada Nyonya Wilda, Anda mendekati Jeremy. Anda tidak berniat untuk menjerumuskan Jeremy ke jalan yang salah bukan?" tanya Alka dengan hati-hati.Hermin menunduk dalam, dan kemudian mengangkat kepalanya kembali lalu tersenyum. "Saya bukan orang yang seperti itu."Alka menggigit bibirnya. "Mohon anda jangan menyeret suami saya ke dalam kesulitan. Dan anda, sebaiknya tidak perlu melakukan pendekatan atas nama keluarga kepada suamiku. Jika hendak melakukan pendekatan dan ingin menganggap suamiku sebagai putra anda juga, harusnya anda lakukan itu sejak dulu."Semenjak Jeremy mengatakan kepadanya bahwa Hermin sering menemui pria itu, serta berkomunik
Alka tengah berjalan menuju ruangan suaminya dengan senyuman yang mengembang. Jeremy memintanya untuk segera datang dan membawakan makan siang. Namun, ketika Alka berada tepat di depan ruangan Jeremy, terdengar dari dalam suara seorang wanita sepantaran dengan ibu mertuanya. khawatir membicarakan masalah penting, Alka memilih untuk diam sejenak sebelum masuk ke dalam."Wilda tentu saja tidak mau mengaku. Karena dia berusaha membersihkan namanya." Alka menaikkan kedua alisnya. Ia pernah mendengar suara itu. Dan sepertinya itu adalah ibu tiri Jeremy. Sebab, wanita tersebut juga menyinggung nama Wilda."Dan lagi, seseorang yang tidak diketahui identitasnya yang menyuruh Alda itu, bersembunyi di belakang layar. Dan tidak ingin ketahuan dan melemparkan kesalahan dengan mengkambing hitamkan orang lain. Menurutku dia adalah ibu kamu. Bukankah istri kamu pernah bilang saat bersaksi di pengadilan bahwa ia pernah diancam oleh Wilda mengenai keselamatan anak kalian?""Nyonya Hermin! Wanita ya
["Bagaimana hasilnya? Apa kamu bisa membujuk menantumu?"] tanya Hasan menelpon istrinya. Wilda mengeram kesal mendengar pertanyaan dari Hasan yang menyebut Alka sebagai 'menantunya'. Walaupun, pada kenyataannya memang wanita itu adalah istri putranya. Namun ia masih belum bisa menerima wanita itu menjadi bagian dari keluarganya. "Aku tidak berhasil," jawab Wilda dengan kesal. ["Bagaimana bisa kamu tidak berhasil? Apakah dia wanita yang sepintar itu bisa menolak permintaanmu?"]Wilda menghembuskan napas dalam-dalam. "Jeremy mengikuti istrinya pergi dengan ku. Aku juga tidak tahu bagaimana Jeremy bisa mendengarkan pembicaraan kami berdua."Hasan di seberang telepon terdengar mendesah kesal. Bahkan, Wilda sampai memejamkan matanya karena mendengar suara seperti piring atau barang berbahan kaca dibanting. Sepertinya, pria itu tengah melampiaskan amarahnya.["Bagaimana bisa? Masa kamu tidak bisa mempengaruhi wanita itu? Apakah kamu rela melihat suamimu ini dipenjara?"] cerca Hasan. Wil
Wilda dan Alka sama-sama terkejut melihat kedatangan Jeremy yang entah kapan berdiri di dekat mereka. Jeremy menatap lekat wajah sang istri."Jangan kamu turuti apa kata ibuku, Alka!""Mas Jeremy sejak kapan di sini?" tanya Alka heran."Bahkan sejak kamu masuk ke tempat ini, aku sudah tahu. Jadi, aku mendengar semua apa yang kalian bicarakan," ucap Jeremy dengan datar.Alka terdiam mendengar jawaban suaminya. Sedangkan Wilda menghela napas sembari memejamkan mata. Wanita paruh baya itu, mengepalkan kedua tangannya dengan erat. "Orang tuamu sedang mengalami kesulitan," ujar Wilda menggertakkan giginya, "mengapa kamu tidak mau membantu ayahmu? Kamu bahkan dengan sengaja menyebutkan nama ayahmu di depan jaksa.""Papa memang pantas mendapatkan itu. Karena Papa memang bersalah," jawab Jeremy dengan santai.Entah apa dan bagaimana tujuan Hasan mengkorupsi sebagian dana pembangunan smelter, dan hingga terseret saat ini, Jeremy memang sudah menyelidikinya sebelum kasus ini tercium oleh media
"Ada salah satu mahasiswi yang magang di perusahaan mu. Dia dari salah satu mahasiswi berbakat dari Universitas ternama di negeri ini, " beritahu Kelvin pada Jeremy sambil menyerah kan map berisi dokumen. Jeremy segera membuka map tersebut, dan mengerutkan kening ketika membaca nama yang tak asing baginya. "Riska Anastasya?" "Iya." kelvin mengangguk. "Kalau kamu tidak lupa, dia hampir saja menjadi istri ketigamu waktu dulu masih bersama Diana. "Jeremy menatap lekat wajah sahabatnya. Pria itu kembali beralih menatap lembaran dokumen berisi data-data pribadi atas nama Riska Anastasya. Gadis muda belia yang dulu hampir saja menjadi istri ketiganya jika Jeremy tidak dengan cepat bertindak. Ingatan Jeremy tertarik ke masa lalu sebelum akhirnya sang ibu menyerahkan sepenuhnya apa yang menjadi impian kebahagiaan Jeremy. Dan Jeremy bersyukur bisa melakukan itu sendiri. Membatalkan pernikahan ketiganya diam-diam di belakang wilda. "Dia kuliah jurusan ekonomi," sambung Kelvin. "Berikan