Share

Mimpi

"Belum," jawabku singkat.

"Kenapa?"

"Biasanya kan Abang yang bayar ke bank. Aku nggak ada waktu untuk ke bank, sibuk di warung."

"Apa salahnya ke bank sebentar. Di warung kan ada Minah dan Warti."

Aku langsung menoleh ke arahnya.

"Kenapa bukan Abang yang pergi ke bank? Abang kan nggak sibuk."

"Abang nggak ada uangnya."

"Kenapa nggak ngomong sama aku? Abang terlalu sibuk ngurusin mantan, sampai-sampai istri sendiri diabaikan. Begitu berharganya sang mantan, selalu dibela di depan istri. Sikap Abang itu sangat melukai perasaanku."

"Abang kan ngomong tentang hutang bank kok merepet sampai masalah Narsih."

"Abang tuh punya otak apa enggak sih! Gara-gara mantan datang, semua berantakan. Sampai hutang bank lupa dibayar. Yang di pikiran hanya ada Narsih, Narsih dan Narsih. Aku nggak mau bayar hutang bank itu. Biarlah rumah ini disita, toh bukan rumahku. Aku disini kan hanya numpang," ketus aku menjawab ucapan Bang Jo.

Aku sudah sangat kesal dengannya. Dia tidak merasa melakukan kesalahan. L
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status