PoV SerenaAku malu karena menjadi pusat perhatian."Ternyata kamu turut mendukung perbuatan adikmu, Irwan! Ternyata kamu masih miskin ya, tak sanggup membiayai biaya hidup keluargamu. Sehingga adikmu harus menjual diri, sebagai istri kedua Papaku!" cerca perempuan bernama Sani itu."Beruntung aku tak menikah dengan dia!" timpal Tania dan menatap sinis pada kami."Aku yang harus bersyukur tidak jadi menikah dengan adikmu, sadar diri! Siapa yang mengacaukan pernikahan Amira, yaitu Tania. Dia memang suka barang bekas!" ucap mas Irwan mencerca Tania. Karena tampak sangat kesal di tuduh oleh Sani. "Jadi kamu mendukung adikmu menikah, dengan suami saya?" cicit Istri Pak Lurah. "Aku tidak tahu dengan pernikahan Amira, dan juga suami anda!" jawab Mas Irwan.Kami memang tidak mengetahui apapun, dan ikut diseret dalam masalah ini."Asal kamu tahu, adikmu ini jalang, perempuan sundal, murahan. Karena telah merebut suami saya, setiap hari menghabiskan uang suami saya!" ucap Istrinya Pak Lurah
PoV Amira"Kakakmu tidak mau peduli dengan hutang itu, Amira. Ibu tidak tahu lagi harus meminjam uang sebanyak itu dari mana! Untuk membayar hutang, tak ada lagi yang bisa Ibu gadaikan!" ujar Ibu padaku kala itu.Saat ia baru saja pulang dari rumah Mas Irwan. Untuk meminta Kakakku , membayar hutang Ibu pada rentenir.Karena Ibu mengeluarkan biaya banyak, ketika acara lamaran dan juga resepsi pernikahanku. Hingga ratusan juga. Akan tetapi pernikahan yang aku harapkan tidak sesuai yang dengan bayanganku selama ini.Aku sudah merancang masa depanku dengan Rizki. Dan sudah merencanakan apa saja yang akan aku lakukan nanti, setelah menjadi istrinya Terlebih Mas Rizki itu berasal dari keluarga orang yang berada. Tapi semuanya hancur karena Tania.Dia menyabotase pernikahanku. Bisa-bisanya dia menikah di hari yang sama dengan calon suamiku, walaupun saat itu dia juga sudah menjadi suamiku. Tapi mirisnya aku menjadi istri kedua, dan dia sudah merebut posisiku. Sebenarnya mas Irwan sudah mem
PoV Amira (2)**Jantungku berdegup ketika membaca pesan dari Om Darmawan.Aku menekan icon gagang telpon, untuk menghubunginya. Pasti ini bukan Om Darmawan yang mengirim pesan, bisa saja dia di tekan oleh Istri dan kedua anaknya. Sekilas aku melihat mobil Mas Irwan berlalu pergi. Bahkan dia tak mau mampir ke rumah ini. Sombong mereka, benar-benar tidak menghargai Ibu lagi.Hanya menyambungkan saja. Aku mencoba mengirim pesan, dan hanya centang satu warna abu-abu.Perasaanku menjadi gelisah dan berjalan lunglai menuju rumah Ibu."Mbak Iza, kenapa?" aku bertanya pada Mbak Iza yang sudah masuk ke dalam rumah bersama Ibu.Kakak sulungku itu terduduk lemas. Ibu menyodorkan segelas air minum padanya."Kamu minum, biar tenang!" ucap Ibu dan mengusap bahu Mbak Iza."Mbak, kenapa Bu?" tanyaku. Yang tak biasa melihat Mbak Iza gelisah seperti ini. Dia selalu ceria, dan hobi menghabiskan uang. Itulah Kakakku. Apalagi semenjak ikut menjadi anggota senam, bersama teman-temannya dia selalu sibuk
PoV (3)Amira sangat terpukul dengan kematian Darmawan. Pria yang menjadi sumber uang baginya, dan bisa membuat Amira merasa tercukupi. Sekarang sudah terbujur kaku.Terakhir kali mereka bertemu. Darmawan tidak menderita penyakit apapun, setahu Amira.Darmawan juga tidak memiliki riwayat penyakit yang kronis, karena semasa hidupnya. Dia rajin berolahraga dan menjaga makanan. Walaupun sudah berusia 50 tahun. Ia termasuk pria yang jarang sakit.Pihak rumah sakti akan segera mengurus kepulangan, jenazah Darmawan. Menuju rumah duka.Amira memperhatikan mereka dengan seksama. Tak jauh dari ranjang, di mana anak dan istrinya mengelilingi ranjang itu.Sekilas Amira melihat Sani yang tersenyum tipis. Dia merasa janggal dengan senyuman Sani. "Om Darmawan sakit apa? Kenapa ia bisa meninggal secepat ini?" tanya Amira memberanikan diri. Karena ia juga tidak di beritahu penyebab kematian Darmawan."Kami dalam keadaan berduka, dan kamu bertanya seperti itu!" hardik Tania menatap Amira dengan tatap
PoV (3)Dari awal menikah. Amira meminta rumah itu menjadi miliknya, dan tanpa tunggu lama. Darmawan menyetujui. Pria itu meminta Beni orang kepercayaannya untuk membalik nama sertifikat tanah. "Kamu berbohong! Aku tidak percaya, dasar wanita pembual dan ingin menguasai harta Papaku. Kamu tak akan mendapatkan apapun!" "Buktinya aku sudah dapatkan, semua sudah di urus oleh Beni. Untung Om Darmawan sudah menyetujuinya!" ucap Amira percaya diri. Setidaknya jika ia mendapatkan rumah, maka dia tidak akan di buang begitu saja setelah kematian Darmawan.Sani tersenyum sinis, memandang Amira. Membuat Amira keheranan. Kenapa Sani tidak syok, hanya dia yang santai sedari tadi. Berbeda dengan adik dan Mamanya. "Sayangnya Amira, kamu tidak sepintar yang kamu duga! Beni itu pacarku, semua yang di lakukan oleh Papa, dia akan laporan padaku." "Maksudmu?" tanya Amira. Wajahnya yang tadi senang berubah gantian syok. "Beni tak melakukan yang di suruh Papa. Secuil pun, kamu tak dapat apapun, ngerti
PoV SerenaAku melihat pada jam dinding, menunjukkan pukul 2 dini hari. Dan Amira datang ke rumah, ketika aku melihatnya yang duduk sambil menangis, merasa heran apa yang terjadi pada dirinya. Keluar kata maaf terlontar dari bibir Amira. Aku tidak tahu untuk apa ia meminta maaf. Atau minta maaf untuk semua yang telah ia lakukan, selama ini padaku, dan sikapnya yang menyebalkan. Aku ambilkan minuman untuk Amira. Agar merasa tenang, seperti apapun sikapnya padaku. Namun rasa empati, masih bisa mengalahkan egoku. "Apabila nanti keluarga Om Darmawan terbukti yang membunuhnya, aku akan melaporkan mereka!" ucap Amira."Membunuh! Siapa yang dibunuh?" tanyaku, karena tidak tahu apa yang dia bahas dengan Mas Irwan. "Suamiku meninggal Mbak, om Darmawan saat kejadian tadi pulang dengan keluarganya. Ketika aku tiba di rumahnya, dan menyusul. Om Darmawan sudah tidak sadarkan diri, dan dia dibawa ke rumah sakit. Aku tidak tahu dia terkena penyakit apa, dan meninggalnya seperti mendadak." jelas
PoV Serena [Mas, aku minta uang besok ya. 2 juta untuk ke salon, karena udah gak betah rambut panjang, pengen potong sebahu terus di smoothing sekalian. Tapi jangan bilang Mbak Serena, takut Mbak salah paham.] pesan darinya yang kubaca. Kenapa di akhir kalimat dia harus menulis seperti itu. Jikapun dia minta terang-terangan aku izinkan, kenapa harus terkadang sembunyi. **Karena pesan Amira ini membuatku semakin penasaran, dan menggulir lahir untuk membaca riwayat pesan mereka sebelumnya.Sekilas pesan dari Amira membuatku terperangah dan syok."Apa pesan yang dikirim oleh dirinya ini, kenapa dia memfitnahku?" gumamku kesal. Memang Amira kurang ajar. Ingin sekali aku berkata kasar padanya. Kembali lagi aku berusaha menahan diri. Namun emosiku kembali memuncak, ketika membaca pesan ini semakin ke bawah.[Aku sedih Mas, Mbak Serena sembunyikan makanan.] pesan dari Amira yang mengadu pada suamiku.[Yang bener? Mbak Serena itu gak pelit.] balas Mas Irwan. [Maaf Mas, aku bukan mau me
PoV (3)"Yang lebih membuat ibu sedih dan kecewa. Iza juga habis beli mobil baru dan motor baru yang mahal, itu si Gunawan!" "Gak bisa di biarin, ibu datang kesana bersamaku. Aku yang akan menagih pada Mbak Iza!" ucap Amira seperti menggebu. "Tapi aneh deh! Kenapa tiba-tiba Mbak Iza banyak uang? Bukannya kemarin dia habis nangis, katanya ketipu investasi. Apa dia itu pesugihan?" ujar Amira menyelidik.2 minggu yang lalu. Amira masih mengingat dengan jelas. Iza menangis, karena rumahnya akan di sita oleh Bank."Pesugihan? Enggak mungkin, Iza melakukan itu. Sesat, dan dosa besar! Kamu ngaco Amira," ucap Puspa menepis tuduhan Amira pada putri sulungnya. "Patut dicurigai Bu, karena Mbak Iza dia kaya instan, dalam sekejap. Gak masuk akal, suaminya saja gaji gak sampai 5 juta sebulan!" "Heh, benar juga ya. Tapi Ibu sulit percaya. Jika memang dia pesugihan siapa, yang akan Iza tumbal kan?" cicit Puspa yang mulai menilai ucapan Amira masuk akal juga. Perempuan paroh baya itu bergidik n
TamatPoV (3)"Mbak Iza, tunggu kamu. Kamu tidak akan lolos!" pekik Amira dan perasaan bencinya pada Iza. Sudah tak bisa di ungkapkan lagi. Tak ada kata maaf lagi, karena ia tak mau memberikan kebaikan pada Iza. Seorang penghianat. Yang meminta tolong ketika ada butuh saja. **Amira menggunakan video yang dikirimkan oleh Rizki. Sebagai laporan pada polisi. Agar pelaku yang merencanakan pembunuhan Darmawan bisa segera ditangkap. Rizki pada akhirnya meninggalkan Tania. Dia sengaja melakukan itu, agar Tania masuk penjara dan minta kembali pada Amira. Karena kebaikan yang dilakukan oleh Rizki. Membuat Amira luluh dan mau kembali, menerima pria itu. Namun ia belum mau menikah dengan Rizki.Amira masih ingin meyakinkan diri, jika Rizki adalah orang yang tepat atau tidak. Mengingat saat mereka akad nikah dulu. Pernikahan itu tidak sah, di dalam keadaan Amira yang sedang hamil. Rizki ikut sedih dengan apa yang menimpa Amira yang kehilangan, bayinya. Yang meninggal di dalam kandungan. Riz
Pov (3)"Sayang, kenapa?" Irwan menepuk bahu Serena dari belakang, membuat istrinya itu reflek menoleh. Serena meletakkan telunjuknya di ujung bibir. "Kenapa?" tanya Irwan lirih dan mengerutkan dahinya. Melihat respon istrinya."Kamu sedang menguping?" ucap Irwan yang melihat gelagat aneh dari Serena. "I-Iya Mas, aku sedang. Hem.. Sini deh, Mas!" Serena justru menarik tangan suaminya, untuk menjauh dari depan kamar Iza. "Mas tahu, apa yang aku dengarkan tadi?" ujar Serena."Tidak tahu-lah! Apa sih sayang? Ada hal penting?" "Ada sesuatu yang mencurigakan, Mas!""Apa yang mencurigakan?" Irwan mulai serius. "Ucapan Mbak Iza sangat mencurigakan, sepertinya kakakmu itu ada di balik kematian Pak Lurah, yang mendadak itu!" tukas Serena. "Maksudmu? Jelaskan dengan benar sayang, aku tidak mengerti ucapanmu, yang sepotong-potong!" "Kamu ini mas, susah sekali menangkap maksud ucapanku. Aku tadi mendengar Mbak Iza bicara, dari telepon. Ketika aku membantu menyisir rambutnya, dia mendapatk
PoV SerenaAku mencari warga, yang mungkin kebetulan sedang lewat. Untuk meminta pertolongan, agar Mbak Iza segera di selamatkan.Siapa yang menyangka ini bisa terjadi pada Mbak Iza. Tiba-tiba saja mendapatkan kabar, dia akan dibunuh oleh suaminya sendiri.Sungguh kejam Mas Gunawan melakukan KDRT pada istrinya, bukan lagi KDRT tapi rencana pembunuhan.Jangan sampai itu terjadi. Di malam seperti ini pasti banyak orang yang ada di rumah, waktunya bersantai dengan keluarga. Dengan membawa perut yang sudah mulai membesar, dan membuatku kesusahan berjalan cepat. Untuk meminta pertolongan.**Beberapa saat aku kembali membawa beberapa warga, yang memang tadi aku panggil, untuk membantu Mas Irwan mendobrak pintu itu. Aku belum sempat ke rumah pak RT. Yang terpenting sekarang adalah, menyelamatkan Mbak Iza. Dari kengerian suaminya sendiri.Bagaimana tetangga akan bisa mendengar, permintaan tolongnya. Suara jeritan Mbak Iza saja terdengar samar-samar, mungkin dia berada di belakang rumah. Sed
PoV (3)"Bayiku meninggal, Mas!" jawab Amira dan terdengar terisak. Irwan belum mengetahui tentang ini."Maksudmu, bagaimana. Kamu sudah melahirkan Amira, kapan?" tanya Irwan yang baru saja mengetahui, tentang meninggalnya bayi Amira."Aku mengalami pecah ketuban sebelum waktunya, dan harus menjalani operasi untuk menyelamatkan bayiku. Tapi bayiu tidak selamat Mas, dia sudah meninggal di dalam rahim. Sebelum dikeluarkan, kamu tidak ada datang ke sini, justru sedang berbelanja dengan istrimu. Apa kamu tidak mempunyai empati lagi Mas, padaku? Aku baru saja kehilangan anakku, dan kalian sedang bersukacita membeli perlengkapan bayi!" cerocos Amira yang menyudutkan Irwan.Membuat Irwan seolah menjadi kakak yang kejam padanya."Sungguh Amira, mas tidak tahu dengan apa yang menimpamu. Nanti mas dan Mbak Serena akan ke sana, untuk menjenguk kamu," ujar Irwan."Tidak perlu kamu jenguk aku, jika kamu membawa istrimu itu!" tolak Amira masih bersikap angkuh."Cukup Amira! Di keadaan seperti ini
PoV (3)"Sadar Iza! Apa yang kamu lakukan ini salah!" teriak Gunawan mencoba menyadarkan Iza yang kalap. "Harusnya kamu Mas yang sadar! Dirimu yang melakukan kesalahan, menikah lagi tanpa izinku. Aku tidak pernah akan mau dipoligami, sampai kapanpun itu!" Iza menunjuk wajah suaminya menggunakan pisau, sedikit lagi pisau itu sudah mengenai kulit wajah Gunawan.Membuat pria itu tertegun dan gugup."Kamu maju selangkah saja, maka aku akan melukaimu!" ancam Iza dengan matanya penuh kilat kemarahan."Turunkan pisau itu Iza," pinta Gunawan dengan suara yang hampir tercekat. "Aku tidak akan menurunkannya! Jangan berani bergerak!""Kita bisa bicarakan ini dengan baik-baik," Gunawan mencoba menegosiasi. "Bicarakan dengan baik? Apa yang baik, kamu mau mengusirku dengan Vino dari rumah ini. Kamu tidak bisa melakukan itu Mas, aku tidak akan mau mengalah dengan perempuan ini. Siapa dia, yang baru saja datang ke rumah ini dan ingin merebut semua milikku. Kamu mengancamku kan Mas, ingin melaporka
Untukmu, Mas!Amira dibawa ke rumah sakit, setelah mengalami pecah ketuban di usia kandungan yang yang masih berjalan 7 bulan. Ada kendala pada kehamilan Amira. Yang ng disampaikan oleh Dokter. Secepatnya ia harus di operasi Caesar demi keselamatan ibu dan bayi. Puspa menghubungi Irwan. Agar putranya itu datang ke rumah sakit. Namun ponsel Irwan tidak aktif."Kenapa nomornya tidak aktif, di saat genting seperti ini!" Puspa menggerutu, kemudian mencoba menghubungi kembali.Tetap saja nomor Irwan masih tidak aktif. Perempuan paruh baya itu, tangannya mulai berkeringat karena gugup.Kali ini Puspa mencari nomor Serena.Reva berjalan tergesa-gesa menuju rumah sakit."Di mana Amira, Bu?" tanya Reva dengan raut wajah khawatir. "Amira sedang di IGD. Dia akan segera dioperasi!" jawab Puspa. "Operasi?" ulang Reva memastikan."Keadaan janinnya mengkhawatirkan, ketubannya sudah pecah dan dikhawatirkan, akan semakin mengering jika tidak dilakukan tindakan operasi secepatnya. Ibu takut terjadi
KarmaAmira dan juga keluarganya merasa curiga, dengan apa yang dilakukan oleh Iza. Namun mereka tidak bisa menemukan bukti apapun.Dan sekarang hubungan Iza dengan keluarganya, semakin menjauh. Dia tidak pernah lagi menemui Puspa.Seperti orang yang tidak saling mengenal, sehingga Puspa men-cap Iza sebagai anak durhaka yang sudah melupakan ibunya sendiri.Berulang kali Amira menuntut uangnya, tapi sama saja jawabannya. Bahkan sangat menyakiti Amira dengan caranya yang tidak mau membayar uang itu, dan merasa tak punya hutang. **Sudah hampir 4 bulan ini. Serena tidak ada bertemu dengan keluarga suaminya. Karena mereka juga tidak ada datang ke rumah itu, namun beberapa kali Ibu mertuanya menelpon untuk meminta uang pada Irwan.Puspa tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, karena putranya itu naik jabatan dan gaji Irwan juga banyak. Bagaimanapun Puspa akan memanfaatkan sang putra.Bahkan Puspa menarget agar Irwan mengirim sebanyak 5 juta, setiap bulan. Kadang di tengah bulan dia minta tra
Kedekatan Iza maju dan merebut paksa tas wanita itu. Yang ia sandang. Iza menarik paksa hingga wanita itu merasa sakit, pada lehernya."Mir, itu Gunawan masih hidupkan?" bisik Puspa ada rasa ketakutan."Ibu jangan takut, dia itu cuma pingsan!" jawab Amira."Ibu takut jika dia mati, nanti Ibu bisa dipenjara, Mir!" "Ibu apa sih, cuma dipukul gitu doang masa dia mati? Lemah banget!" ucap Amira dan ia mengalihkan pandangannya pada Iza.Iza sedang mengecek isi tas wanita itu, mengeluarkan dompetnya, dan dia mendapatkan banyak lembaran uang cash di dalamnya. "Apakah ini uang bayaran dari suamikum?" tanya Iza dan memukulkan uang itu pada wajah si wanita. "Siapa namamu, pelakor, jawab!" hardik Iza."Cantika!" jawabnya."Apa yang kamu lakukan dengan suami saya, benar kalian sudah tidur berdua dan melakukan hal itu?" cecar Iza. Hatinya sakit mendapati Gunawan main perempuan. "Aku hanya di booking oleh suamimu, kita hanya kenal lewat aplikasi. Aku bukan pelakor, ini memang pekerjaanku. Aku
HukumanWarga mulai berdatangan."Kenapa Mbak?" tanya salah seorang dari warga. "Ini, kakak ipar saya berzina dengan perempuan lain. Ketika istrinya tidak ada!" jelas Amira.Gunawan dan wanita itu panik. Mereka ketakutan akan di habisi karena ketahuan.Tak hanya pria, para wanita yang bertetangga dengan Iza ikut berkumpul. Lebih banyak wanita yang hadir, karena di jam seperti ini, banyak pria yang sedang bekerja. "Kamu berbuat zina, di sini!" tunjuk seorang perempuan bernama Sella. Rumahnya tepat di sebelah Iza. "Kita bisa kebagian dosa, jika membiarkan ini terjadi!" ujar salah seorang warga."Bubar kalian, saya tidak melakukan hal buruk! Ini hanya fitnah, perempuan ini tadi mengantarkan makanan!" ujar Gunawan memberi penjelasan."Makanan, apa yang dia antarkan? Pakaian sexy, makeup menor, makanan atau mengantarkan tubuhnya!" cecar Amira yang geram melihat Gunawan. Berusaha mengelak."Kamu udah mengkhianati putriku, b*jingan!" Puspa mengambil sapu lidi yang ada di samping rumah, da