POV Author"Pa, harusnya Papa malu. Udah tau tapi masih suka sama daun muda, lagian cewek murahan itu cuman mau harta Papa doang!" seru Stevan yang langsung dihadiahi tamparan keras oleh ayahnya."Jaga bicaramu, Stev! Dia istriku, hormati dia!" bentak Leo."Hormati? Aku tidak sudi mengormati wanita rendahan kayak dia, cuman modal selangkangan aja dia bangga!" cibir Stevan, ia seolah tidak peduli jika sang ayah kembali akan mendaratkan tangannya di pipi yang kini sudah memerah."Kalau kedatanganmu hanya untuk menghinanya lebih baik kamu pergi!" usir Leo."Oke, aku pergi. Tapi ingat, Pa. Suatu saat Papa pasti menyesal telah menyakiti Mama!"Stevan keluar dari rumah itu dengan perasaan marah yang memuncak, meskipun ia baru berada di Indonesia namun kabar sang ayah yang sudah menikah lagi tentu sampai di telinganya. Ia tidak bisa kembali dengan cepat saat itu karena ingin menyelesaikan studinya yang hanya tinggal beberapa bulan selesai."Ikuti jal*ng itu kemanapun dia pergi!" titah Stevan
POV Author"Wanita itu terlihat mengintai sebuah rumah dari jauh, dia bahkan hampir setengah jam berada di sana," jelas orang suruhan Stevan."Cari tahu orang yang dia intai itu siapa!" titah Stevan."Dari orang-orang kantor, terdengar desas-desus jika dulu dia mengincar seorang lelaki yang bekerja di sana, Tuan. Dan saat ini dia mengintai lelaki yang sama," Joni."Siapa lelaki itu?" tanya Stevan penasaran. Mendengar semua itu memang bukanlah hal aneh bagi Stevan, ia tahu karakter wanita seperti Marcella itu seperti apa. Marcella akan pergi mencari lelaki idamannya setelah habis menguras harta milik Leo."Namanya Lukman, dia keluar dari perusahaan setelah wanita itu menggodanya. Lukman memiliki istri dan seorang anak yang baru saja lahir," ungkap Joni."Jangan biarkan jal*ng itu menyentuh atau menghancurkan keluarga orang lain. Kekalahannya adalah saat dia tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya."Stevan akan membuat hidup Marcella hancur, sehancur hancurnya. Bahkan Marcella tid
POV AuthorMalam itu Leo tiba-tiba harus pergi ke Hongkong karena ada masalah besar di perusahaan yang tidak bisa di tangani oleh orang lain selain lelaki itu. Perusahaan itu baru saja didirikannya disana, jelas Leo tidak akan memberikannya hancur begitu saja."Kamu beneran harus pergi, ya?" tanya Marcella dengan raut sedih."Iya, sayang. Nggak lama kok paling seminggu," jelas Leo."Seminggu itu lama, aku nggak bisa jauh dari kamu," tuturnya dengan nada manja."Kalau gitu kamu ikut aja," ajaknya."Nggak bisa, aku punya tanggung jawab di perusahaan, sayang."Akhirnya Leo berangkat diiringi drama Marcella yang memagis seolah benar-benar tidak ingin ditinggalkan. Dari balik kamarnya di lantai dua, Stevan memantau. Ia tersenyum kemenangan melihat ayahnya pergi.Setelah memastikan mobil yang membawa Leo sudah keluar dari pekarangan, Marcella langsung mengusap bibirnya yang tadi dicium oleh Leo, wanita itu bahkan meludah."Cuih … kalau bukan karena duit, gue ogah disentuh bandot tua kayak d
POV AuthorMarcella terbangun dan merasakan perih di sudut bibirnya, ia melihat tubuhnya yang masih dibalut handuk yang sama saat Stevan datang ke kamarnya tadi malam. Ternyata yang dialaminya tadi malam ternyata bukan mimpi belaka."Sialan, ternyata anak ingusan itu bahaya juga," gumam Marcella. Ia bangkit dan melihat pantulan wajahnya di cermin. Jejak merah tangan Stevan masih berbekas di pipinya, Marcella bahkan meringis Saat menyentuh pipinya sendiri.Tok … tok … tok ….Pintu kamar Marcella diketuk dari luar, ia hanya menyahut tanpa membuka pintu. Ternyata asistennya yang mengatakan jika Stevan sudah menunggu di bawah untuk sarapan pagi. Meskipun enggan bertemu lelaki itu tapi Marcella harus turun, ia akan membuktikan pada Stevan jika ia tidak akan bisa kalah begitu saja apalagi oleh anak bau kencur seperti Stevan.Selesai berganti pakaian dan merias wajahnya juga menutupi luka di pipi dan sudut bibirnya ia langsung turun. Stevan sudah lebih dulu menikmati sarapannya dengan santai
POV Author"Mas, tolong ya. Kamu tuh tegas dikit dong, aku nggak suka kalau mantan istri kamu tuh sering dateng ke sini," seru Lana dengan perasaan kesal. Bagaimana tidak, dalam satu minggu Najla datang kadang dua atau tiga kali ke rumah mereka. Mungkin jika alasannya karena ingin melihat anak-anak itu tidak masalah tapi Lana merasakan jika wanita itu memiliki niat lain."Mas nggak mungkin larang Najla buat dateng, anak-anaknya di sini.""Ya udah, suruh aja anak-anak dia bawa. Lebih bagus kalau kita yang mengunjungi mereka kalau memang Mbak Najla membawa anak-anak," saran Lana."Iya, nanti Mas ngomong ke dia," balas Aditya.Ia harus mengalah demi keharmonisan rumah tangganya dan Lana. Saran yang diutarakan Lana memang tidak salah. Jika Najla datang hanya karena beralasan ingin bertemu anak-anak lebih baik Najla membawa mereka ke rumahnya. Aditya akan memberikan pada wanita itu yang untuk membeli semua kebutuhan anak-anak mereka.Ini memang kali pertama Lana protes seperti ini, sebelum
POV Author"Jadi anak-anak tinggal sama aku selama kamu pergi?" tanya Najla meyakinkan."Iya, nggak ada yang urus mereka di rumah. Lana masih sibuk urus kuliahnya sedangkan kamu tahu 'kan kalau orangtuaku nggak sanggup kalau ngurus mereka," jelas Aditya."Ya udah, ngga apa-apa kok. Tapi kamu jangan lama-lama di sana, aku juga nggak bisa ngurus tiga anak cuman sendirian," ungkap Najla berbohong, padahal di rumahnya ada adik dan juga ibunya yang bisa membantu Najla mengurus anak-anak."Iya, aku juga nggak mau kelamaan jauh dari anak-anak. Nanti uang jajan mereka aku transfer aja ya."Aditya langsung pamit setelah mengantarkan kedua anaknya. Lana tidak ikut karena ia tidak ingin bertemu dengan Najla. Wanita itu akan merasa amarahnya terus memuncak jika Najla ada di hadapannya. Najla tinggal bersama adik dan ibunya setelah berpisah dengan suami keduanya.Ia membiarkan anak-anak bermain dan masuk ke kamar karena mendengar tangisan anak bungsunya. Najla tidak memiliki anak dari suami keduan
POV Author"Mas, hati-hati nyetirnya. Rayhan pasti nggak apa-apa kok." Lana mencoba menenangkan Aditya agar ia bisa sedikit mengurangi kecepatan mobil yang membuat Lana harus memegang kuat-kuat sabuk pengaman karena takut."Gimana aku bisa tenang kalau Rayhan jatuh dari tangga! Dia jatuh dari tangga lantai dua, Lana!" bentak Aditya.Untuk pertama kalinya Lana dibentak oleh sang suami. Hatinya terasa sakit tapi mencoba mengerti karena saat ini Aditya sedang panik. Siapa yang tidak panik saat mendengar anaknya jatuh dari tangga. Entah bagaimana cara Najla menjaga anak hingga bisa teledor seperti itu. Saat bertemu nanti Aditya pasti akan marah besar pada wanita itu.Lana tidak berani lagi berbicara setelah dibentak oleh Aditya. Ia hanya diam dan berdoa dalam hati agar dirinya dan Aditya selamat sampai tujuan dan juga Rayhan baik-baik saja. Tidak ada kekuatan yang lebih besar daripada doa.Mereka sampai di rumah sakit dengan waktu cepat dan langsung mencari keberadaan Rayhan. Najla dan ib
POV Author"Bagaimana keadaan anak saya, Dokter?" tanya Aditya."Anak anda mengalami cedera kepala berat, itu yang membuat dia masih belum sadarkan diri sampai saat ini. Kemungkinan anak anda koma," jelas Dokter itu.Jelas saja kondisi Rayhan separah ini, ia terjatuh dari tangga lantai dua. Orang dewasa saja sudah pasti luka parah apalagi Rayhan yang masih kecil. Najla yang melihat langsung saat itu tidak bisa melakukan apa-apa karena Rayhan berguling dengan cepat dari atas ke anak tangga terbawah. Saat itu darah menggenang di sekitar kepala Rayhan dan anak itu sudah tidak sadarkan diri.Najla mengaku dirinya salah karena teledor, andai saja ia mendengar Rayhan yang saat itu meminta dibuatkan makanan mungkin semua ini tidak akan terjadi. Rayhan keluar dari kamar Najla dengan perasaan marah dan berlari, ia tidak bisa menyeimbangkan diri saat berada di tangga atas dan langsung terpeleset.Aditya yang tidak terima langsung menarik kerah jas dokter itu dan mengatakan jika yang dokter itu
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorMata Lukman kini sudah berembun jika mengingat masa lalu Lukman merasa dirinyalah lelaki paling b*jingan lelaki paling brengsek dan lelaki paling tidak tahu diri di dunia karena ia tega menyakiti istri yang baik dan setia seperti Kanaya. Waktu memang tidak bisa diputar tapi apa yang sudah terjadi pasti akan membekas di benak dan pikiran apalagi sesuatu hal yang menyakitkan itu akan sulit untuk dilupakan."Tolong jangan bahas lagi masa lalu aku nggak mau lagi membuka kisah kelam kita di masa lalu itu bukan cuma nyakitin aku tapi juga nyakitin kamu juga, Mas." Kanaya mengerti dengan apa yang akan dikatakan oleh suaminya itu."Tapi, Yank–""Kalau kamu bahas itu lagi, aku bakalan marah!" ancam Kanaya."Oke, Mas minta maaf. Mas janji nggak bakal ngomong soal itu lagi," ujar Lukman."Jadi gimana, kamu udah telepon Shanum atau Trisha?" Kanaya mengulang pertanyaan yang tadi sudah keluar dari mulutnya."Nggak nelpon sih, Shanum cuman kiriman video Zian la
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorKeesokan harinya Lana mendatangi pengacara untuk membahas soal perceraian, ia tidak ingin menunda terlalu lama. Lana paling tidak suka berlarut-larut dalam kesedihan, hidupnya harus tetap berjalan apalagi ada Asha yang membutuhkan curahan kasih sayang dari ibunya. Lukman dan Rangga menemani Lana sedangkan Rania berada di rumah bersama Kanaya menjaga Asha."Apa ibu sudah yakin dengan keputusan ini?" tanya pengacara itu memastikan, Rangga sengaja membawa Lana menemui pengacara keluarga yang mengetahui mengenai perjanjian pra nikah antara Lana dan Aditya."Ya, saya sudah yakin, Pak!" jawab Lana tegas."Baiklah, sebelumnya saya akan membacakan perjanjian pra nikah yang pernah dibuat oleh Pak Aditya atas kesepakatan kalian berdua."Lana menarik nafas panjang, ia mencoba menenangkan perasaannya saat pengacara itu mulai menjelaskan. Jika seluruh harta Aditya akan berpindah tangan pada Lana saat Aditya ketahuan berselingkuh, Aditya sendiri yang membuat i
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorWanita jika sudah didapatkan kelemahannya seperti Anika tentu ia tidak akan melepaskan lelaki yang sudah menggagahinya itu. Ia memang tidak menggoda Aditya tapi lelaki itu yang memaksa tapi paksaan itu malah membuat Anika menjadi egois dan tidak ingin melepaskan Aditya.Baru saja akan keluar dari grup, telepon Anika berdering. Panggilan masuk dari ibunya yang berada di kampung, Anika memang seorang diri. Ia tinggal di salah satu kontrak dan rencana akan membeli apartemen tahun ini setelah uangnya cukup. Anika bahkan sudah dua tahun tidak pulang karena ia malas mendengar keluarga besar dan tetangganya menanyakan mengenai dirinya yang masih belum menikah."Iya, Bu," sapa Anika dengan tidak bersemangat, ia masih merasa kesal karena orang-orang membicarakannya di grup."Kenapa kamu melakukan hal menjijikkan itu, Nak?" tutur sang ibu dengan Isak tangis. Jantung Anika berpacu lebih cepat dari sebelumnya, ia takut jika ibunya tahu mengenai masalah ini.
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Apa bedanya sama lo? Lo juga kawin sama setiap cowok yang lo pacarin!" sahut Anika karena tidak terima dikatai murahan oleh Raya."Jelas beda dong, Say. Gue mah jelas pacaran sama cowok yang nggak ada bininya, lah elo? Udah tahu ada bininya masih di embat aja, kayak nggak ada cowok lain aja di dunia ini!" sungut Raya."Udah ah! Jadi ini gimana solusinya?" tanya Anika."Lo tinggalin Pak Adit, dia udah jelas nggak bakalan milih lo, Nik. Jagan berharap lo bisa jadi istri keduanya, mending lo susun lagi hidup lo dan jangan inget masa lalu. Wkatu itu berharga, jangan lo sia-siain buat nunggu laki orang."Anika terdiam, ia mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Raya. Sisi egosi dalam dirinya tetap tidak ingin kalah, sebelum mundur Anika akan mencoba dulu untuk mendekati Aditya dan meminta pertanggungjawaban lelaki itu. Meskipun tidak hamil tapi Aditya sudah merenggut kesucian Anika. Jika seseorang sudah dikuasai ambisi tentu tidak akan pernah
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Tolong tinggalkan kami di sini!" pinta Lukman.Kanaya masih belum beranjak, ia takut suaminya akan menghajar Aditya yang wajahnya saja bahkan sudah sangat menyedihkan seperti ini. Mengerti dengan kecemasan sang istri kini Lukman menatap Kanaya sambil memegang pundak wanita itu."Mas ….""Kamu percaya 'kan, Yank?" Lukman menatap Kanaya sambil tersenyum.Kanaya mengangguk lalu meninggalkan Lukman dan Aditya berdua. Aditya merasa bingung sekaligus takut saat tadi Mbok Tin mengatakan jika Lukman datang. Sudah pasti jika Lukman akan menanyakan perihal masalah rumah tangga Aditya dan Lana."Gue nggak tahu alasan lo sebenarnya apa Tapi gue nggak nyangka lo bisa ngelakuin hal bodoh kayak gue dulu!" tutur Lukman. Ia sadar, tidak mungkin menghakimi Aditya karena Lukman juga pernah melakukan kesalahan yang sama di masa lalunya yang bahkan masalah yang ditimbulkannya bergulir sampai anak-anaknya tumbuh dewasa.Aditya menunduk, "Gue bener-bener nyesel, tolon
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorLana mencoba untuk mengatur nafasnya, menenangkan perasaan berharap Lukman tidak mencurigai apapun. Rania masuk ke dalam kamar membawa Asha, hotel itu memiliki dua kamar tidur dan sebuah ruang tamu dan juga dapur. Rangga sengaja memesannya untuk beberapa hari kedepan."Mas ….""Kamu nggak mau cerita apapun?" tanya Lukman tiba-tiba membuka tubuh Lana menegang. Wanita itu mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri, mungkinkah jika Lukman mengetahui semuanya."Cerita soal apa, Mas?" Lana mengepalkan tangannya dengan kuat, menahan gejolak dalam dadanya."Tolong jangan sembunyikan apapun lagi, Lan. Masalah sebesar ini kamu tanggung sendiri? Mas masih ada di sini, Lan." Suara Lukman melemah, samar-samar Lana bisa mendengar suara isak tangis dari ujung telepon."Mas ….""Mas sama Mbak kamu sekarang lagi di jalan. Tunggu kita datang!"Belum sempat Lana buka suara, sambungan telepon itu lebih dulu terputus. Lana langsung gusar, ia takut jika kakaknya datan
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Lo kenapa, Nik? Kok muka lo pucet gitu?" tanya Raya heran karena melihat tadi Anika biasa saja.Anika diam hingga membuat Raya langsung merebut benda pipih itu dari tangan wanita itu. Mata raya membelalak melihat isi pesan yang membuat Anika jadi pucat. Rayq bahkan membacanya berulang-ulang untuk memastikan apa yang dibacanya itu salah."Apa ini keluarga istri cowok lo, Nik?" tanya Raya.Anika menggelengkan kepalanya, "Gue nggak tahu, kenapa hidup gue jadi nggak tenang gini sih," gerutunya."Salah lo sendiri, siapa suruh main sama laki orang!" tutur Raya dengan entengnya, ia seolah tidak mengerti bagaimana perasaan Anika saat ini. Selain bingung, Anika juga takut dengan ancaman dari orang tidak dikenal itu. Tapi Anika sempat berpikir jika Rangga yang melakukannya, karena lelaki itu pula yang tiba-tiba memecatnya tanpa sebab. Jika iya Rangga yang melakukan itu semua, Anika lebih was-was karena bisa saja Rangga nekat menyebarkan rahasia ini dan An
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorRangga masuk tanpa permisi dan membuka pintu dengan begitu kerasnya. Ia berjalan dengan langkah lebar mendekati kedua orangtuanya."Saya tidak akan membiarkan Anda menyakiti ibu saya lagi, Tuan Adityawarman!" Rangga bicara begitu formal dan itu terdengar sangat menyakiti bagi Aditya."Rangga–""Saya tidak ingin mendengar alasan sampah anda, Tuan!" tegas Rangga lalu membawa Lana keluar dari kamar itu.Saat Aditya akan mengejar, Reyhan dan Rania menghalangi. Mereka sama marah dan kecewanya pada sang ayah. Aditya memohon pada kedua anaknya agar membiarkan dirinya untuk mengejar Lana. Aditya masih belum selesai bicara pada istrinya itu, ia tidak ingin sampai Lana meninggalkan dirinya. Hidupnya akan benar-benar hancur, harta yang dimilikinya juga tidak akan terasa berharga jika Lana tidak ada. Aditya berharap jika masalah ini belum sampai di telinga Lukman, Aditya ingin menyelesaikan masalah rumah tangganya tanpa campur tangan orang lain selain iparny
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Becanda lo nggak lucu, Bang!" Reyhan terlihat tidak percaya.Bukannya menjawab pertanyaan sang adik, Rangga melemparkan ponsel yang sedang memutar rekaman cctv itu ke atas ranjang. Reyhan dengan cepat mengambil ponsel itu, detik pertama melihat itu Reyhan terbelalak begitu pula Rania. Mereka tidak percaya jika lelaki di dalam video itu adalah ayah mereka. Reyhan dan Rania tidak bisa berkata apa-apa, saat ini yang mereka pikirkan adalah Lana. Sama seperti yang dilakukan Rangga."Ini beneran video asli, Bang?" Kini Rania buka suara meskipun terdengar lirih."Gue dapet itu langsung dari ruang keamanan, gue bukan orang bodoh yang nggak bisa bedain mana video asli atau editan!" tutur Rangga, tangan lelaki itu mengepal di samping tubuhnya. Ia bahkan belum puas meluapkan amarahnya tadi, saat ini ia sedang berpikir cara mengatakan semuanya pada sang ibu."Papa jahat banget sih!" Mata Rania mulai berkaca-kaca, sebagai seorang perempuan ia pasti bisa mera