Share

Bab 57

Penulis: Rindu_Mentari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Miya tak segera pergi dari Cafe itu. Ia duduk kembali setelah tadi ia berdiri.

Tangannya merogoh tas slingnya dan mengeluarkan ponselnya.

Ia terlihat sedang mengulik ponselnya lalu menempelkannya di daun telingannya.

Miya sedang menghubungi seseorang terdengar suara dari seberang telepon menyapanya.

"Halo, ada apa?" tanya orang yang ada di seberang telepon.

"Mas!" panggil Miya tak melanjutkan.

"Ada apa?" tanya orang itu tak sabar.

"Mas Alan sudah tahu. Tadi pagi ia kembali menanyakan siapa kamu?" lapor Miya pada orang yang ada di seberang telepon itu.

"Lalu kamu jawab apa?" tanya orang itu.

"Aku jawab kalau kamu Kakakku," ucap Miya.

"Bodoh! Dia sekarang mungkin percaya tapi, lama kelamaan dia akan menuntut untuk bertemu, lalu apa yang akan kamu lakukan dan kamu katakan pada Alan?" orang itu memaki Miya.

"Aku meneleponmu agar memikirkan solusinya bukab memakiku," ucap Miya kesal dengan suara membentak.

"Kamu sudah berani membentakku, ha!" sentak orang itu marah.

"Bukan begitu. Hanya saj
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 58

    Miya tersenyum licik setelah tiba di dalam kamarnya.Alan menyusul Miya dan menumuinya yang sedang terisak di dalam kamar dengan menelungkupkan badannya."Jangan menangis lagi, maafkan aku. Sungguh aku tak bermaksud untuk menyakiti hatimu," ucap Alan.Miya bergeming, ia tak menghiraukan ucapan Alan. Bukan itu yang Miya inginkan. Miya menginginkan perhiasan lainnya sebagai ganti perhiasan dirinya yang sengaja ia hilangkan.Awalnya Alan tak ingin mengganti perhiasan Miya karena ia pikir nanti-nanti pun tak mengapa, tapi Miya terus saja menangis hingga akhirnya Alan menyerah."Aku akan mengganti perhiasan itu. Pergilah besok untuk membeli yang baru," ucap Alan sambil mengelus lembut punggung Miya.Miya langsung bangun dan duduk dengan mata yang berbinar. Dengan segera Miya langsung menghapus air matanya dengan punggung tangannya."Benarkah, Mas?" tanya Miya untuk memperjelas pendengarannya."Tentu saja benar!" tegas Alan dengan suara yang begitu meyakinkan."Uangnya mana?" tagih Miya samb

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 59

    Selesai makan Sani gegas ke kamar untuk mandi dan kembali lagi ke rumah sakit untuk menemani Kakak iparnya.Sani juga mengambil baju ganti untuk Prapty dan suaminya.Selesai mandi dan rapi, Sani kembali berniat meminta uang pada Miya.Sani naik ke atas dan baru saja akan mengetuk pintu dari luar ia mendengar suara Miya yang rupanya sedang menelepon seseorang."Mas, harus pastikan semuanya beres," ucap Miya."Ingat, Mas! Mereka akan menjadi penghalang bagi kita jika tidak segera di bereskan," lanjut Miya.Sani yang sedang menguping di balik daun pintu mengernyitkan dahinya hingga berkerut."Siapa yang Miya maksudkan sebagai penghalang? Apa yang akan dilakukannya?" gumam Sani dalam hati lirih."Pokoknya mereka berdua harus lenyap! Jika tidak maka kita yang akan mereka lenyapkan. Lebih baik mendahului dari pada didahului oleh mereka," ucap Miya masih bicara bersama orang yang ada di telepon."Apa yang Miya maksudkan dengan melenyapkan? Apa dia akan membunuh?" gumam Sani dalam hatinya. Ia

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 60

    Tas Mira terjatuh akibat ditarik kuat oleh Miya yang ada di belakangnya.Mira membalikkan badannya, menatap tajam ke arah Miya."Apa yang telah kamu lakukan padaku, ha?!" ucap Mira kesal dengan gigi bergemeletuk menahan amarah.Mira berjongkok untuk mengambil kembali tasnya yang terjatuh.Kesempatan ini Miya gunakan untuk melarikan diri, ia pergi dengan tergesa-gesa sebelum keributan menghampirinya.Miya bersembunyi di toiler, ia enggan keluar sebelum Mira pergi dari Mall.Mira berdiri dan mendapati Miya sudah tidak ada di tempatnya. Semakin geramlah ia, dalam hati Mira mengutuknya."Semoga saja cepat mendapatkan karma yang setimpal atas perbuatannya karena telah mendzolimi aku," ucap Mira mengutuk Miya. Lalu ia pun pergi dari sana untuk kembali ke cafenya.Sementara Miya masih ada di dalam toilet sedang bersembunyi. Bukannya ia tak berani hanya saja kali ini ia ada di tempat umum, akan sangat memalukan sekali jika ia harus menerima makian dari Mira apa lagi jika Mira menyinggung priha

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 61

    Alan yang melihat Mira meninggalkannya segera menyusulnya dengan langkah yang lebar."Tunggu!" panggil Alan. Ia dengan cepat meraih lengan Mira dan hal itu telah membuat Mira hampir jatuh ketarik ke pelukan Alan.Sebelum Mira masuk ke dalam pelukan Alan, dari belakang tangannya ada yang menarik dengan kuat dan akhirnya Mira masuk ke dalam pelukan orang itu.Mata Mira melotot tak percaya dengan penglihatannya, dalam hati ia menggerutu kesal."Apa-apaan ini? Kenapa ada dia di sini dan ikut campur urusan orang lain?" gerutu Mira dalam hati.Lama Mira berada dalam pelukan orang itu, mata mereka pun saling tatap dalam diam. Rasa terkejut Mira membuat ia lambat merespon apa yang terjadi."Mau sampai kapan kalian akan saling berpelukan seperti itu?! Apa kamu sudah begitu gatal sehingga begitu inginnya di peluk oleh orang yang baru kamu kenal?" ucap Alan dengan nada menyindir.Mira yang mendapat sindiran dari Alan justru malah semakin mengeratkan pelukannya pada orang itu yang ternyata adalah

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 62

    Miya mengeratkan pegangan pada kemudi stir, ia meremas kuat kemudi stir itu."Aku akan memberimu pelajaran yang tak akan bisa kamu lupakan selamanya!" sengit Miya bermonolog sendiri.Miya mengeluarkan handphonenya dan mulai menelepon seseorang."Mas, lakukanlah sesuatu pada Mira. Aku tak tenang selama Mira masih berdiri tegak dan bernafas," ucap Miya meminta pada seseorang yang ada di seberang telepon untuk melenyapkan nyawa Mira."Maskudmu kita harus melenyapkan Mira selamanya dari muka bumi ini?" tanya orang itu."Benar. Tapi, bukan kita. Melainkan kamu seorang, aku tidak mau terseret kedalamnya dan masuk penjara," ucap Miya."Jangan enak sendiri! Jika aku tertangkap maka kamu pun sama, kamu pikir aku mau meringkuk di jeruji besi yang dingin itu sendirian, ha?!" sentak orang itu marah.Miya terdiam, ia tak berkutik ketika orang itu sudah marah. Miya tak melanjutkan ucapannya, ia memilih untuk menghentikan sambungan telepon itu dari pada harus bertengkar dan ujung-ujungnya dirinya di

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 63

    "Jangan-jangan Miya adalah ... gawat jika benar!" ucap Sani ketakutan sendiri."Apa yang harus aku lakukan? Mengadukannya pada Alan atau menyelidikinya sendiri? Jika menyelidikinya sendirian kalau ketahuan sama Miya akan sangat berbahaya, apa aku cerita saja sama Mas Karto? Mas Karto tak bisa diandalkan, aahhh! Pusing!" ucap Sani bermonolog sendiri.Sani meninggalkan kamar Mira, ia pergi ke dapur sesuai rencana awalnya. Sepanjang jalan ia terus berpikir. Tanpa ia sadari, ia telah salah ambil jalan. Sani bukannya ke dapur justru malah pergi ke taman belakang.Begitu menyadari Sani menggerutu sendiri,"aduh kenapa malah ke taman? Dasar!" Sani memutar arah membalikan badan kembali ke dapur. Sesampainya di dapur tidak ada siapa-siapa."Kemana pembantu itu?" tanya Sani bergumam pada dirinya sendiri."Jadi pembantu di sini kerjanya enak banget, cuma beres-beres doang. Selesai beres-beres masuk kamar mainan HP. Bukannya nyiapin makanan buat Ibu mertuanya makan malam, malah pada enggak ada di

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 64

    Miya tersenyum lalu raut wajahnya berubah sedih. "Apa pun akan aku lakukan demi untukmu!" ucap Miya sendu. Tak terasa air matanya menetes."Kenapa hidupku seperti ini?" rintihnya dalam hati, ia meratapi perjalanan hidupnya yang tak seindah bayanganya."Bagaimana caranya agar aku bisa terlepas darinya?" kembali Miya bergumam dalam hatinya.Ia dengan cepat menyelesaikan mandinya dan bersiap untuk menyambut suaminya Alan.Miya gegas memakan baju rumahan dan memulas wajahnya dengan make up tipis.Miya mengambil ponselnya, ia menghubungi seseorang yang ada di kontak teleponnya."Halo," terdengar suara barito dari seberang telepon."Halo, bos," sapa Miya membalas sapaan laki-laki itu."Ada apa? Kupikir kamu sudah melupakanku setelah menikahi seorang CEO perusahan Real Estate," ucap laki-laki itu."Tentu saja tidak Bos, anda tetap ada dalam pikiranku," ucap Miya."Hahaha ... hanya dalam pikiranmu. Jadi ketika kamu membutuhkanku saja baru ingat aku, benar?" ucap laki-laki itu."Katakan ada ap

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 65

    Miya beringsut turun dari ranjang panasnya, ia membersihkan tubuhnya dengan mandi kembali.Miya keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang melilit di dadanya, rambut basahnya di tutupi handuk kecil yang di sanggul ke atas.Alan menatap mesum tubuh Miya yang hanya di balut oleh handuk saja, paha mulusnya nampak begitu menggoda, Alan menelan slavinanya seteguk demi seteguk.Alan turun dari ranjang menghampiri Miya, ia memeluk pinggang Miya dari belakang lalu mengecup tengkuk lehernya yang panjang dan mulus.Miya mengedikkan bahunya menahan geli."Kamu begitu menggoda, aku tersihir oleh pesonamu. Seandainya waktu maghrib masih panjang aku ingin kita melakukannya sekali lagi," rayu Alan sambil terus menciumi dan menghisap aroma tubuh Miya yang begitu segar."Kita lakukan nanti malam saja, bagaimana? Kamu bisa melakukannya sepuasnya," ucap Miya menghibur Alan dengan memberi angin segar padanya."Baik. Kalau begitu aku akan mandi sekarang," ucap Alan dengan nada senang.Miya

Bab terbaru

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 98

    Alan terus mundar mandir di depan rumah Mira, hingga sebuah mobil berhenti tepat di depan pintu gerbang tinggi menjulang itu.Alan menghampiri mobil itu dan mengetuk kaca jendelanya.Tok Tok Tok"Alan?" ucap Mira yang ada di dalam mobil bersama Valentino.Sepertinya mereka habis bepergian."Mau apa dia kemari? Bagaimana bisa dia tahu alamat rumah ini?" tanya Mira pada Valentino yang ada di sisinya.Dor ... Dor ... DorKetukan berubah menjadi gedoran.Meski ia menggendor tetap saja tidak dibuka oleh Valentino dan Mira."Jangan dibuka!" perintah Valentino. "Kita tidak tahu niat jahat apa yang hendak ia lakukan pada kita, terutama kamu!" ucap Valentino memperingati Mira dengan tegas.Mira tak menjawab dengan ucapan melainkan dengan anggukan.Mata Alan nyalang, ia memutari mobil. Tak berhasil di sisi sebelah kanan ia berpindah ke sebelah kiri.Mata Mira tak sengaja bertemu pandang dengan mata Alan secara tak sengaja. Namun tetap saja hal itu membuat Mira terkejut, sampai ia merapatkan pun

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 97

    Alan terpaku menatap jasad di hadapannya. Ia tak terlihat seperti orang linglung. Baru saja kemarin ia menemuinya, kini dia sudah ada di hadapannya sudah menjadi jasad."Miya," ucap Alan lirih.Salah satu petugas ambulance menoel Alan."Pak, maaf tolong tandatangani dokumen ini," ucap salah satu petugas pengantar jenazah itu pada Alan.Alan menoleh, ia melihat petugas itu kaku bagaikan tak bernyawa.Alan mengambil dokumen itu tanpa mengatakan sepatah kata pun. Ia langsung menandatanganinya dan menyerahkannya kembali pada petugas itu.Setelah petugas menerima kembali dokunen itu, ia pun bertanya pada Alan, "Maaf Pak, jenazahnya mau di letakkan di mana? Sekalian mau kami turunkan." Mata Alan masih terfokus pada jasad Miya yang terbaring di atas brangkar."Benarkah itu kamu Miya?" tanya Alan masih tak percaya.Ada rasa penyesalan yang begitu dalam di hati Alan."Andai aku tak menjatuhkan talak padamu, apakah kamu masih tetap hidup sampai saat ini, Miya?" tanya Alan.Tentu saja Miya tak

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 96

    Mira kembali lagi ketika tahu rumah Alan kosong tak berpenghuni.Mira mencari tahu kemana Alan membawa ibunya dengan bertanya pada orang yang memposting berita duka itu.Ternyata Alan telah pindah rumah, Mira baru tahu kalau rumah mewah yang pernah ia tempati ternyata telah dijual oleh Alan."Ternyata rumah itu telah dijual, Bu," ucap Mira pada Carolina."Oh, iya? Aku tidak tahu kabar itu," balas Carolina."Mungkin Alan membawa Prapty ke kampungnya," ucap Mira."Iya sepertinya begitu," balas Carolina.Mira akhirnya tidak pergi melayat, justru malah main di rumah Carolina.Sementara itu Alan membawa jasad Prapty ke rumahnya yang ada di perkampungan warga. Alan telah membeli sebuah rumah yang kecil di pinggiran kota.Mobil ambulance itu masuk ke sebuah pekarangan yang bercat merah muda. Cat itu sudah memudar.Alan membuka kunci pintu rumah itu, dan meminta pada Susi untuk membersihkan rumah itu dengan menyapunya.Susi menyapu ruang tengah dan juga ruang tamu."Pak, ada karpet atau perm

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 95

    Alan meremas jari jemarinya, ia terlihat begitu gugup. Ada rasa tak rela dalam sudut matanya."Silahkan Pak tanda tangan di sini," ucap orang yang ada di hadapannya Alan.Alan meraih ballpoint yang ada di atas kertas itu. Ia tak segera menandatangani dokumen itu. Alan merasa ragu, hingga ia meletakan kembali ballpoint itu di tempat semula."Ada apa, Pak?" tanya orang itu pada Alan."Bolehkah saya menghela nafas sejenak," ucap Alan.Alan merasa berat hati melepas rumah yang selama ini menjadi impiannya bersama Mira. Tapi, Alan justru malah menghianati Mira begitu saja.Alan kembali meraih ballpoint itu, ia memejamkan matanya sejenak. Lalu, dengan berat hati Alan mulai membubuhkan tandatangannya di dokumen jual beli itu.Setelah selesai, Alan menyodorkan dokumen itu pada orang yang ada di hadapannya."Pak, uangnya sudah saya transfer ya. Silahkan anda cek terlebih dahulu!" ucap orang yang ada di sampingnya Alan."Baik, Pak." Alan mengambil gawainya, ia melihat ada sebuah notifikasi dar

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 94

    Kepala Sekolah itu terperangah. Wajahnya menunjukan keterkujatannya. Wanita pongah itu pun melakukan hal yang sama."Pak Valentino?" sapa Kepala Sekolah. Ia langsung berdiri saat melihat yang datang itu adalah Valentino."Pak?" sapa wanita itu sambil menganggukan sedikit kepalanya ke arah Valentino.Asya yang melihat Valentino datang langsung memanggilnya."Ayaaahh!" panggil Asya sambil berjalan menghampiri Valentino."Sayang, apa yang terjadi?" tanya Valentino sambil merengkuh kedua bahu Asya dan menatapnya penuh tanya dengan tubuh yang berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Asya.Mata Kepala Sekolah langsung melotot saat mendengar Valentino memanggil Asya dengan sebutan sayang.Kepala Sekolah itu pun bertanya-tanya dalam hatinya, 'ada hubungan apa antara anak itu dengan Pak Valentino?'Begitu pun dengan wanita yang arogan itu. Matanya sampai berkedip berkali-kali seperti orang yang kelilipan."Aku baik-baik saja Ayah. Tapi, Bunda tidak," ucap Asya."Kenapa dengan Bunda?" tan

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 93

    Mira melajukan mobilnya ke sekolahnya Asya setelah mengantar Carolina.Sepanjang jalan ia terus berpikir, ternyata hidupnya jauh lebih beruntung daripada Miya.Miya merebut Alan darinya, ketika Mira ikhlas melepaskan miliknya untuk orang lain Tuhan memberi pengganti yang jauh lebih baik dari sebelumnya.Tuhan tak pernah tidur, Ia Maha Melihat. Dan kini Miya maupun Alan telah menerima karmanya.Berbuat baik maka akan menghasilkan kebaikan untuk diri kita sendiri. Begitu pun sebaliknya.Mira memarkirkan mobilnya di pinggir jalan depan sekolahnya Asya.Bel pulang berdering. Anak-anak berhamburan keluar dari gedung sekolah menghampiri para orang tuanya yang sedang menunggu kepulangan mereka di depan gerbang. Mira melihat Asya yang sedang berjalan menggunakan tongkatnya.Mira melambaikan tangannya sambil berteriak memanggil namanya Asya."Asyaaaa!" teriak Mira memanggil Asya.Asya pun melambaikan tangannya ke arah Mira sambil menghentikan langkahnya."Bundaa!" teriak Asya.Mira melihat ke

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 92

    Mira terkejut ketika Belinda tiba-tiba pingsan. Rupanya ia begitu shock ketika menerima kenyataan bahwa Valentino lebih memilih Mira daripada dirinya."Tolong bawa dia ke Rumah Sakit segera," pinta Mira pada suster yang di bawa oleh Belinda."Baik, Bu," jawab suster itu patuh.Mira tidak ingin mengambil resiko dengan memasukan Belinda ke dalam rumahnya.Entah Belinda dapatkan dari mana alamat rumahnya Mira. Padahal Valentino sudah pindah dari rumahnya yang dulu.Mira kembali ke dalam rumah setelah Belinda dan susternya pergi.Di dalam mobilnya Belinda."Sial! Percuma sqja aku harus akting menjadi orang yang penyakitan!" ucap Belinda marah.Belinda menghapus riasannya, ia merias ulang wajahnya sehingga terlihat cantik dan fresh.Belinda juga melempar selimut yang menutupi kakinya ke sembarang arah."Huh! Sialan! Benar-benar sialan! Kenapa sih harus hadir wanita sialan itu!" maki Belinda sambil meninju jok mobil di sampingnya berulang kali.Ia marah karena Valentino mengabaikannya. Saat

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 91

    Mira pergi bulan madu bersama Valentino. Mereka sungguh menikmati waktu kebersamaannya.Mira tak pernah merasa sebahagia ini setelah lepas dari Alan.Mira benar-benar di manjakan oleh Valentino."Aku ke kamar mandi dulu," pamit Mira pada Valentino."Jangan lama-lama," jawab Valentino."Hmm," jawab Mira singkat.Valentino menunggu Mira kembali dari kamar mandi sambil memainkan gawainya.Ia berselancar ke dunia maya, ia melihat aplikasi biru. Betapa terkejutnya ia saat melihat sebuah berita."Bukankah ini Alan?" gumam Valentino."Tapi, sedang apa dia? Tunggu, istrinya Alan menjadi seorang pembunuh?" gumam Vqlentino lagi kali ini dengan alis yang saling bertaut.Mira yang sudah kembali dati kamar mandi melihat Alan sedang melihat ke arah gawainya. Tapi, wajahnya seperti orang yang terkejut.Valentino dulu sering mengikuti berita perceraian Mira dengan Alan. Jadi, ia mengenal Alan.Mira menghampiri Valentino, ia merebahkan tubuhnya di sisi Valentino."Sedang melihat apa?" tanya Mira."Oh,

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 90

    Beberapa hari berlalu tanpa harapan. Mata Miya kian sayu dan cekung.Ia sudah tak bersemangat lagi untuk hidup, ruang dingin dan lembab kini menjadi temannya dalam diam.Tak ada satu orang pun yang berniat untuk mendekat atau pun sekedar bertanya padanya.Semua orang menghindarinya, Miya selalu duduk di pojokan dengan memeluk lutut dan wajah yang terbenam.Mata semua orang memandangnya sinis, tak ada belas kasih. Seorang yang berstatus pembunuh selalu di anggap penjahat paling keji.Miya tak peduli dengan tatapan mereka, ia kini tak peduli dengan dunia. Harapan satu-satunya kini sudah tiada.Miya berjalan gontai saat namanya di panggil karena ada yang menjenguknya.Miya duduk di depan orang yang menjenguknya. Rini menatapnya iba tak ada jejak kebencian dalam sorot matanya."Mbah, maaf aku baru bisa berkunjung," sapa Rini. Tak ada riak kesedihan dalam raut wajahnya.Miya tak menjawab, ia diam."Aku akan menjual rumah itu dan pergi dari sini," lanjut Rini.Miya tetap bungkam, ia menatap

DMCA.com Protection Status