Ferdi terlihat malas saat sang ibu memanggilnya untuk makan pagi. Semalam saat memarkirkan mobil ia melihat kendaraan milik Bastian. Ia pikir pria itu sudah membawa istrinya pulang. Namun, ternyata keduanya malah menginap.
Bastian dan Sandrina sudah menunggu untuk sarapan. Bu Hana pun baru saja turun dari kamar atas. Sementara, Ferdi yang tak berselera makan terpaksa duduk melihat dua pasangan di hadapannya dengan perasaan tidak karuan.
“Kalian menginap, aku pikir sudah pulang. Bukannya, kau bilang akan menjemput istrimu untuk pulang?” Ferdi mengambil piring lalu memasukkan nasi goreng.
“Sudah malam, lagi pula Sandrina masih mau menginap di rumah Ibu, ya, kan Sayang?” Bastian menoleh ke arah Sandrina yang terkesiap mendengar Bastian memanggilnya dengan sebutan Sayang.
Ferdi pun menghentikan makannya, tidak biasanya Bastian bersikap manis pada Sandrina. Lalu, kakak iparnya itu pun terlihat sangat kikuk. Ferdi curiga jika mereka seda
Sesuai janjinya, Bastian menjemput Sandrina di rumah sang ibu. Hari ini ia ada janji makan malam sembari mengenalkan istrinya pada kedua sahabatnya. Sebelum pulang, Indah berpesan untuk mengajak Sandrina makam malam dengan mereka di rumah.Sandrina terlihat anggun dengan dress hitam, rambut di keriting gantung membuat ia semakin cantik. Bastian langsung memalingkan wajah karena takut sang istri tahu ia tereposa melihatnya.Dalam perjalanan, keduanya tak tegur sapa, hanya lagi lawas yang menemani perjalanan mereka. Sementara, Sandrina pun sibuk menatap jalan ibu kota dari kaca mobil. Sesekali ia melirik ke arah sang suami, lalu kembali menatap jalan.“Mau mampir ke swalayan dulu nggak? Beli apa gitu buat tentengan, nggak enak tangan kosong ke sana,” tutur Bastian memecahkan keheningan.“Iya, aku terserah kamu saja.” Sandrina menjawab pelan.“Perempuan kalau di tanya terserah. Nanti salah, nyalahin,” keluhnya kesal
Kesalahan masa lalu Ferdi adalah seringnya berpaling hati juga bermain api. Menurutnya kesetiaan itu setelah menikah. Sebelumnya, nikmati masa muda. Slogan itu selalu ia sematkan dalam otaknya. Hingga saat Sandrina tahu perselingkuhan pria itu, wanita itu meminta untuk mengakhiri hubungan yang sudah berjalan 3 tahun lamanya.Saat Ferdi tak sengaja melakukan dosa terindah bersama Anita pun dalam keadaan masih berstatus kekasih Sandrina. Esoknya ia tanpa dosa menjemput sang kekasih untuk bertemu karena Sandrina sedang berlibur di Jakarta rumah orang tuanya.Sandrina bekerja di Kota Bandung, sedangkan Ferdi tinggal di Jakarta karena sejak sang ayah sakit-sakitan, ia pun harus ikut mengurus perusahaan bersama Bastian. Sejak ia pindah ke Jakarta, ia merasa bosan dengan hubungan yang sangat sulit di jangkau.Ferdi beranjak dari duduknya, sepertinya ia merasa sangat lapar. Menghadapi Anita yang keras kepala membuatnya tak sabar.Ferdi melewati ruangan Anita, ia
Anita sudah sampai di kontrakan Alika. Ia sudah sampai saat Alika pun sampai. Keduanya langsung masuk dan langsung berbincang.Alika memesankan makanan lewat online untuk keduanya makan.Anita langsung merebahkan tubuh di kasur, pekerjaannya kali ini membuatnya suntuk dan bosan. Apalagi saat mengingat Ferdi, rasanya semakin sumpek.“Kamu bete kayanya, Nit?” Alika bertanya saat sang sahabat terlihat sangat suntuk.“Banyak kerjaan, suntuk jadinya.” Anita tidak mungkin menceritakan masalahnya pada Alika, ia merasa malu.Masa lalu ia simpan rapi dan tak ada yang mengetahuinya. Apalagi kedua orang tuanya. Beruntung ia tak hamil setelah melakukan hubungan dosa itu. Namun, ia takut untuk menikah karena banyak mendengar saat suami tahu kita sudah tak suci, maka akan diceraikan saat itu juga.“Bastian belum ada kabar, sejak tadi aku telepon dan kirim pesan nggak di balas. Kalau sudah begini mikin sebel,” ujar Alika
Sandrina menyiapkan sarapan tanpa kata, Bastian pun duduk dan menyesap kopi dengan santai seolah-olah ia sedang tidak bersalah.Sepulang dari rumah Agam, Sandrina kebingungan mencari sang suami. Tak ada kabar hingga membuatnya panik, tapi setelah ia tahu Bastian baru saja pulang dari rumah sang kekasih, ingin sekali ia meracuni dengan sianida.Rasa keram di perut membuat aktivitasnya melambat. Perlahan ia duduk sembari memegangi perutnya. Suasana hening, hingga akhirnya Bastian beranjak dan pamit untuk pergi.Bastian melangkah, tapi terhenti di ambang pintu. Ia berpikir, mungkin Sandrina masih marah. Jika tidak, ia mungkin sudah menghampirinya dan melihat dirinya hingga ke luar halaman.Pria itu melanjutkan langkahnya, ia langsung menuju mobil. Lagi, ia seperti sedang kehilangan sesuatu. Ia menoleh ke arah rumah, tapi tak ada Sandrina yang berdiri di ambang pintu.Bastian langsung melajukan mobilnya, kali ini ada meeting di kantor cabang yang
“Suamiku sedang di dalam,” ujar Sandrina. Mantan kekasih Ferdi menatap wanita di sampingnya.“Kamu di sini, dia di sana? Memang, nggak punya hati.” Ferdi kembali mengoceh saat melihat Sandrina menunggu suaminya di luar, sedangkan Bastian berada di dalam restoran.“Aku yang terlalu cepat datang, aku tidak mau mengganggu pekerjaannya.” Sandrina mencoba membela Bastian walau sebenarnya cerita ia berada di tempat itu tak sama dengan yang ia ceritakan.Ferdi tidak jadi makan di tempat itu, ia mengajak Anita untuk mengikutinya. Sebelum ia bertatap muka dengan Bastian, Ferdi memilih menjauh dan mencari tempat makan lain.Anita yang mengikutinya merasa lelah, perutnya sudah lapar karena sejak tadi Ferdi tak kunjung menemukan tempat makan.“Kamu pikir aku nggak lapar, tahu gitu aku nggak mau ikut kamu,” ujar Anita kesal.Ferdi menarik Anita masuk ke restoran cepat saji. Lalu, memberikan menu
“Aku sama sekali nggak menyentuh Alika dan nggak pernah menyentuhnya.” Bastian kembali menegaskan.“Kalau cium, sering, kan?”Bastian melongok dengan pertanyaan Sandrina kali ini. Apa yang membuat wanita di hadapannya begitu marah, hingga semua di pertanyakan.“Alah, jangan munafik. Kamu pernah melakukan apa saja dengan Ferdi saat pacaran, hah?” Bukan menjawab, ia malah berbalik bertanya.“Loh, kok kamu jadi membahas aku dan Ferdi. Kalau satu masalah, ya fokus bahas itu. Bukan malah mencari masalah aku yang akhirnya kamu bahas.” Sandrina mengerucutkan bibir.Untuk apa membahas ia dan Ferdi, saat ini yang sedang mereka bahas adalah hubungan keduanya. Bastian dan Alika. Bukan dirinya dan Ferdi.“Kamu sendiri nggak mau, kan masalah pribadi diceritakan ke orang. Mana bisa aku bahas masalah pribadi aku dengan kamu? Kalau aku bilang sering mencium Alika, kupastikan kamu nggak akan bisa tidur.&r
“Hati-hati, cepat buatkan aku makan. Kamu pikir dengan perut lapar aku bisa tidur?” Bastian malah mencari alasan agar dapat memarahi sang istri. Karena jantungnya tak juga berhenti berdetak, pria itu mengambil minum dan meneguknya.“Kamu pikir, aku bisa cepat memasak dengan luka di tangan ini?” Sandrina membalas apa yang dikatakan sang suami.Ia tidak mau kalah dengan sikap Bastian yang semena-mena apalagi saat dia sedang membutuhkan bantuan orang lain. Harusnya pria itu bersikap lebih lembut saat akan meminta tolong pada sang istri.Meski kesal, Sandrina tetap saja membuatkan apa yang diminta sang suami. Perutnya juga ikut lapar karena mengomel sejak tadi. Setelah selesai, ia ikut duduk menyantap makan tengah malam itu.Bastian mengunyah perlahan, penyedap masakan di telur bisa di bilang cukup merata. Langsung saja pria itu kembali melahap makanannya.“Aku sudah selesai, terima kasih.” Bastian meninggalkan meja
Sandrina tak menyangka jika wanita yang ia tahu sebagai seorang Dokter Kandungan adalah selingkuhan suaminya. Ia sangat bodoh karena tidak mengetahuinya sejak awal. Ia hanya menduga jika hanya sebuah nama yang sama dengan Dokter itu.Otaknya penuh dengan ide untuk membuat keduanya tak bisa berkelit. Apalagi dengan santai Alika meminta Bastian untuk tidak membawa Sandrina kembali kontrol ke tempat praktiknya.Tidak semudah itu pikir Sandrina, ia akan tetap datang kontrol dan akan kembali bersama Bastian pastinya.Sandrina menarik napas, ia sejujurnya lelah menghadapi semuanya. Apalagi tingkah Bastian yang selalu membuat ia naik darah. Tidak ada yang sanggup saat melihat suaminya bermai serong.Bu Hana sudah menunggunya di mobil, wanita tua itu tak tahan berada di tempat umum yang baik asal rokok. Ia akhirnya memilih menunggu Sandrina di mobil.***Ferdi kembali mengacak-acak beberapa dokumen. Ia merasa tidak fokus karena kini di pikirannya hanya ad
Bastian membantu Sandrina beranjak dari lantai walau dengan tangan satu terinfus. Ia panik karena sejak tadi sang istri memegangi perutnya. Bastian mencoba mengelus perut Sandrina agar lebih tenang.“Bu, periksa ke Dokter Kandungan saja,” ujar Bastian.“Enggak apa-apa, Mas. Ini hanya keram sedikit saja nanti hilang,” tolak Sandrina.“Kamu bilang enggak ada masalah, memang kamu bisa lihat anak kamu di dalam? Aku enggak mau tahu, nanti aku temani kamu ke Dokter Kandungan,” ucap Bastian memaksa lagi.“Bas, biar ibu saja. Kamu tetap di kamar, istirahat.” Bu Hana memerintahkan Bastian untuk tak pergi ke mana-mana.Bastian malah mencemaskan Sandrina, bukan dirinya. Melihat sang istri kesakitan ia merasa sangat bersalah karena tak bisa melakukan apa pun. Seperti yang di katakan sang ibu, Sandrina pun di ajak ke Dokter Kandungan.Sepertinya Sandrina, ia menatap sekeliling. Ia merasa betapa bodohnya selama ini telah menyia-nyiakan wanita seperti Sandrina. Matanya tertutup oleh cinta buta pada
Kondisi Bastian belum stabil, ia masih tertidur akibat obat bius yang diberikan oleh Dokter. Sandrina begitu cemas dengan kondisi sang suami yang menghawatirkan. Sepetinya Bastian mencoba mengingat beberapa kenangannya. Namun, bukan pulih malah membuat ia merasa kesakitan hingga pingsan.“Fer, Nit, kian pulang saja. Istirahat,” ujar sang ibu.“Ibu bagaimana,” tanya Ferdi.“Ibu menemani Sandrina. Kalian pulang saja, bagaimana?”“Kalau itu yang ibu mau, kita istirahat dan nanti gantian saja.”Bu Hana setuju, Ferdi langsung mengajak Anita pulang karena ia merasa sang istri sudah sangat lelah. Anita pun terlihat memang sangat pucat, mungkin efek kurang tidur sampai membuat mata panda di kantung mata.“Kamu mau makan dulu apa nanti di rumah?” tanya Ferdi.“Di rumah saja, aku lelah,” ujar Anita.Ferdi pun langsung mengikuti langkah sang istri untuk pulang. Sudah beberapa hari ia mengurusi masalah sang kakak dan lupa dengan kebahagiaannya sendiri. Apalagi sampai lupa dengan kesehatan Anita y
Dimas memegangi pipinya yang terkena hantam Bastian. Sementara, Bastian sudah sejak tadi sudah tak tenang mendengar penjelasan Dimas.Bastian benar-benar kecewa dengan Alika. Wanita itu sudah membuat hidupnya kacau. Apalagi saat dia datang dan mengaku hamil anaknya. Tangis Alika pecah saat Dimas menceritakan semua. Kekhilafan dirinya hingga bisa hamil anaknya Dimas.“Berengsek!” teriak Bastian.Ferdi menahan sang kakak yang begitu emosi. Bastian geram karena ulah Alika juga murka dengan apa yang mereka berdua lakukan. Ferdi menahan Bastian kembali karena ia hampir saja menghantam Dimas.“Aku tidak salah karena ingin bertanggungjawab saat itu. Hamil atau tidaknya Alika, tapi dari menolak. Awalnya aku tidak tahu kalau Ferdi tak bercerita tentang ulah Alika. Dari sana, aku curiga dan memutuskan menemui Alika. Dia berlari hingga jatuh dan keguguran.”“Bohong, dia bohong!” pekik Alika histeris.“Cukup, jangan mengelak Alika!” Dimas tak kalah bersuara.Bastian memegangi kepalanya yang teras
Saat sampai di rumah, Bastian di kagetkan dengan kedatangan Alika yang sudah menunggunya sejak tadi. Wanita itu sempat menghilang, tapi datang kembali dan membuat pria itu begitu terkejut.Sepintas ia menoleh ke arah Sandrina yang sudah merenggut. Ingin rasanya langsung menenangkan sang istri. Akan tetapi, ada Alika yang sejak tadi menatapnya.“Sayang, aku nungguin kamu. Kamu baru pulang?” Alika langsung mendekat dan menyingkirkan Sandrina.“Kamu jangan kasar sama Sandrina dia sedang hamil.” Sergah Bastian.Alika menganga mendengar Sandrina di bela Bastian. Kesal mendengar hal itu, Alika pun menarik Bastian untuk berdiri di sampingnya.“Heh, kamu itu jangan bikin ulah. Terjadi sesuatu sama calon cucu saya, saya buat hidup kamu menderita,” ancam Bu Hana.“Bu, sudah. Biar aku bicara dengan Alika dulu.”“Aku hamil, kamu ikutan hamil. Jangan-jangan kamu hamil bohongan untuk menarik simpati Bastian,” cecar Alika.“Heh, kamu tuh yang hamil pura-pura. Coba cek saja kalau memang kamu benar ha
Bastian memukul kaca mobil dengan kesal, ia merasa kali ini sangat mencemaskan Sandrina. Namun, ia masih bingung bagaimana bisa ia begitu mencemaskan sang istri. Apalagi dulu dirinya sangat mencintai Alika.“Apa yang di perbuat Sandrina sampai aku merasa sangat takut kehilangan dia!”Sandrina terlihat menghampirinya, Bastian pura-pura biasa kembali. Bastian kembali cemas saat sang istri seperti memegangi keningnya.“Kamu sakit?” tanya Bastian.“Harusnya aku yang tanya sama kamu, kamu sakit atau otak kamu habis kepentok apa? Tiba-tiba menjadi baik sama aku. Lalu, mengakui aku di depan umum,” ujar Sandrina.“Eh, itu, aku hanya enggak suka lihat kamu di perlakukan seperti pesuruh. Kamu ini istri aku, jadi tidak ada yang boleh memperlakukan kamu seperti itu. Lagi pula kamu lagi hamil, mengerti?”Sandrina langsung memeluk sang suami. Tidak peduli di tempat umum, sedangkan Bastian merasa risi mendapat perlakuan dari Sandrina. Ia berusaha melepaskan tangan sang istri dari tubuhnya.“Aduh, ka
“Pergi kamu!” teriak Alika.Alika begitu syok saat ia mengalami keguguran. Hal itu membuat dirinya gagal dinikahi Bastian jika pria itu tahu sudah tak ada janin di dalam kandungannya. Alika menyalahkan Dimas yang tiba-tiba saja menandatangani surat untuk melakukan operasi.“Lik, harusnya kamu sadar, kamu seorang dokter kandungan dan pasti tahu kalau bayi itu enggak akan bisa terselamatkan dan harus di keluarkan. Lagi pula, untuk apa kamu pertahankan kalau kamu tak meminta pertanggung jawaban aku?” tanya Dimas.Alika bergeming, Dimas tidak tahu kalau ia mempergunakan kandungannya untuk menipu Bastian dan keluarganya. Jika ia keguguran, maka tidak ada pernikahan yang akan terjadi di antara keduanya.“Itu bukan urusan kamu.” Alika kembali emosi dengan apa yang ditanyakan Dimas.“Itu menjadi urusan aku. Itu anak aku, kan?” tanyanya lagi.Alika memalingkan wajah, tidak mungkin ia menjawab anaknya Bastian. Pria itu tidak akan mungkin percaya dan malah akan bertanya pada Bastian. Apalagi ked
“Hei,” ujar Bastian. Ia pun bergegas menyusul Sandrina ke luar.Setelah semalam ia tak bisa tidur memikirkan dirinya, Bastian mengejar Sandrina dan menarik lengan sang istri untuk berangkat bersama dengannya. Sandrina tetap menolak, tapi Bastian malah menggendong dirinya dan langsung memasukkannya ke mobil.“Aku bilang enggak mau,” ujar Sandrina.Sandrina tak bisa ke luar karena pintu mobil sudah terkunci otomatis. Bastian tetap tenang walau suara sang istri membuatnya pening. Sandrina terdiam saat tiba-tiba Bastian melumat bibirnya dengan lembut. Ia tak bisa berkutik dan malah menikmati ciuman itu karena sudah lama tak menerima sentuhan lembut sang suami.“Diam, kalau terus bicara, terpaksa aku buat kamu enggak berkutik di mobil.”Sandrina langsung diam karena tangan Bastian sudah siap membuka kancing bajunya. Bastian kembali duduk dan fokus menyetir setelah meluapkan kepenatan yang ia rasakan semalam. Bahkan, kali ini rasanya ia ingin sekali menyentuh Sandrina dan menciumi seluruh t
Cintanya pada Bastian membuatnya semakin menjadi, Alika pun tak malu untuk meminta sang kekasih untuk segera menikahinya walau ia tahu bukan pria itu yang harus bertanggung jawab atas kehamilannya. Sementara, Sandrina mulai kesal, ia pun berdiri di depan Alika.“Keluarga macam apa ini, aku hamil loh, Mas. Apa kamu lupa janji kamu saat meniduri aku?”Apa yang terlontar dari mulut Alika benar-benar membuat Bastian muak. Apalagi ia sama sekali tak melakukan hal itu. Pikirannya tak sebejat itu jika hanya ingin mendapatkan restu orang tua. Bastian pun menarik napas dalam, ia harus menjalani rencananya agar Alika tak banyak bicara.“Baik, aku akan menikahi kamu. Asal, setelah anak ini lahir, kamu harus tes DNA.”Alika bergeming, tapi kembali ia tak memedulikan apa perkataan Bastian. Ia akan mencari cara agar tak ketahuan kalau ini bukan darah dagingnya. Alika pun tersenyum lebar karena keinginannya akan terwujud.Sandrina meremas ujung baju, ia kecewa walau tahu sang suami hanya berpura-pur
Ruangan itu terasa sangat menegangkan. Apa yang di katakan Bastian membuat Sandrina tak tahan jika pria itu akan menikahi Alika. Ia tak mau berbagi hati dengan wanita lain, apalagi Kebahagiaan yang bagus saja ia dapat harus begitu saja terenggut.Bastian duduk dan memperhatikan Sandrina, ia pun ingin sekali memeluknya tanpa tahu alasannya apa. Setelah kecelakaan itu, ia merasa bingung dengan keadaan. Apalagi saat ia merasa dirinya sudah tak merasa ada yang spesial dengan Alika.Pria itu bangkit dan menuju kamarnya. Ia menahan semua gejolak di jiwa saat melihat Sandrina. Ia pun kembali ke kamar Sandrina dan langsung memeluknya. Sandrina merasa aneh dengan sikap Bastian, begitu juga Bu Hana.“Aku enggak tahu, mendengar kamu hamil perasan aku beda dengan saat aku mendengar Alika hamil. Bahkan, sejak tadi aku menahan untuk tidak memeluk kamu, tapi aku tak kuat dan kembali ke kamar ini,” ujar Bastian.Sandrina terharu dan ia menangis saat sang suami lupa dengannya, tapi hatinya tidak perna