Share

Dua

Penulis: Galuh Arum
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-09 23:38:20

Sandrina tersadar dari pingsannya. Bu Hana segera memberikannya teh hangat dan Bibi Asih membantu mengompres luka lebam di pipi Sandrina. Wajah cantik itu kini sedikit berbeda dengan pipi yang membiru akibat salah sasaran dari Bastian.

Bu Hana membantu Sandrina duduk, ia sebenarnya ingin tahu apa yang sebenarnya tidak ia ketahui tentang kedua anaknya juga menantu kesayangannya.

“Maafkan Bastian, dia tidak sengaja memukul kamu. Sebenarnya, apa yang tidak ibu ketahui. Apa sebelumnya kamu dan Ferdi sudah saling mengenal?” tanya Bu Hana.

Sandrina terkesiap, ia berpikir apa yang terjadi saat dirinya pingsan hingga Bu Hana bertanya seperti itu.

“San, kenapa kamu tidak menjawab ibu?” Lagi, pertanyaan sang mertua membuat Sandrina terbangun dari lamunannya.

Sandrina gugup, sebelumnya tidak ada yang tahu tentang hubungan Ferdi dengannya sebelum ia menikah dengan Bastian.

“A—aku—“ Sandrina menatap ibu mertuanya lekat.

“Katakan saja pada Ibu kalau kau dan Ferdi pernah saling berhubungan. Dan jangan-jangan, anak kau akui sebagai anakku adalah anak Ferdi,” ujar Bastian yang tiba-tiba datang.

“Cukup, Mas. Ini anak kamu, aku dan Ferdi memang pernah saling berhubungan. Tapi, tidak sejauh yang kamu pikirkan.” Sandrina memberanikan diri berteriak pada Bastian.

Bu Hana mulai pucat, wanita itu tidak menyangka jika menantunya adalah wanita yang sempat ia tolak sebelum melihatnya.

“Ka—kamu, pernah berpacaran dengan Ferdi?” tanya Bu Hana.

“Iya, tapi Ferdi meninggalkan aku tanpa kejelasan. Aku pun tidak tahu jika pria yang di jodohkan Ayahku adalah saudara kandung Ferdi,” ujar Sandrina.

Bastian terus saja menatap penuh kebencian pada Sandrina. Apa yang dipikirkan pria itu adalah kalau bukan kehadiran Sandrina, dirinya akan tetap bersama dengan Alika. Menikah dengan Sandrina adalah keputusan sang ayah yang membuat wasiat sebelum ia meninggal.

“Kenapa kamu tidak cerita, San.”

“Untuk apa, Bu. Aku sudah melupakannya sebelum menikah dengan Mas Bastian.”

Bastian melangkah pergi dari ruang itu. Ia pun mencari Ferdi, tapi pria itu tak terlihat batang hidungnya. Jika Ferdi sebelumnya menikahi Sandrina, mungkin dirinya tak akan terperangkap dalam pernikahan dengan wanita yang tak disukainya.

Bu Hana menggenggam tangan Sandrina. “Apa kamu wanita yang berada di kelab malam saat ayah Bastian mencari Ferdi?”

Sandrina mengerutkan dahi. Ia yakin yang di maksud sang ibu adalah Resti, selingkuhan Ferdi yang bekerja sebagai DJ di sebuah kelab malam dan juga wanita penghancur hubungannya.

“Bukan aku, aku tidak pernah pergi ke tempat itu. Bahkan aku, sibuk menjaga ibuku saat ia sakit.”

“Kalau bukan kamu, lalu siapa?”

“Ferdi menjalin hubungan denganku cukup lama. Kami LDR, Bu karena Ferdi ke luar kota untuk bekerja di sana. Setelah itu, kami hanya saling telepon dan bertemu sebentar.”

Bu Hana tidak menyangka kejadian seperti itu. Ia sudah cukup pusing dengan keadaan di mana Bastian selalu meminta sang ibu mengurus perceraiannya.

“Aku tidak akan menyerah, Bu. Mas Bastian adalah suamiku. Tidak ada wanita lain yang bisa merebutnya dariku, termaksud Alika.”

“Bagus, Nak. Bastian suamimu, rebut dia walau harus berjuang dengan sekuat tenaga.”

Sandrina kini seperti mendapat kekuatan untuk mempertahankan harga dirinya sebagai seorang istri. Sejak menikah dengan Bastian, hidupnya seperti dalam neraka. Hinaan dan cacian tak lepas dari kesehariannya. Belum lagi saat Bastian sedang menelepon mesra sang kekasih.

***

Bastian memarkirkan mobil di sebuah kafe. Pria itu gegas masuk karena sudah telah dua jam dan Alika sejak tadi tak henti meneleponnya. Ia melihat wanita cantik dengan rambut ikal hitam yang membuatnya sangat cantik. Tangan Alika mengaduk-aduk kesal gelas di depannya.

Netra Alika tertuju pada pria berbaju hitam di depannya. Senyum manis Bastian tak bisa membuat senyum di bibir Alika kembali.

“Maaf, ada hal yang membuat aku sulit keluar,” ujar Bastian.

“Pasti si cewek kampung itu, kan?” Alika merajuk.

“Iya, ada Ibu. Jadi, aku pergi diam-diam.”

Bastian menggenggam tangan Alika, ia menatap netra kekasihnya itu dengan sendu. Pria itu berharap melihat kembali senyum di bibir tipisnya. Alika adalah salah satu Dokter di rumah sakit swasta.

“Aku sudah mengambil libur, sedangkan kamu seolah-olah tidak menghargai usaha aku untuk mencari waktu bersama kamu.”

“Maaf, ada saja ulah Sandrina yang membuat aku sulit untuk ke luar. Apalagi ibu datang tiba-tiba,” tutur Bastian.

Bastian kembali membujuk Alika dengan berbagai janji. Tidak lama senyum itu mengembang di bibir tipis sang kekasih. Akhirnya, luluh juga hati Alika yang beberapa menit sulit di taklukkan.

“Kita belanja, mau?” tanya Bastian lagi.

“Boleh,” jawab Alika dengan senyum mengembang.

Saat Bastian menawarkan untuk berbelanja, Alika seolah-olah melupakan kemarahannya dan juga status Bastian yang suami orang. Mereka berpindah ke sebuah mal tidak jauh dari kafe itu.

Bastian berulang kali melihat panggilan di ponselnya. Ia kembali menaruh di saku karena melihat nama sang ibu di layar benda pipih itu. Sudah pasti Sandrina mengatakan hal yang membuat dirinya di telepon.

“Sayang, sepertinya aku nggak lama. Ibu terus menelepon, nggak masalah, kan?”

Alika menghentikan langkah, ia menoleh ke Bastian yang sejak tadi tidak tenang.

Pasalnya ia tahu jika sang ibu marah, semua akan hancur. Apalagi harta yang menjadi miliknya terpaksa berpindah ke panti jompo sesuai wasiat yang dituliskan sang ayah.

Bagaikan memakan buah simalakama, jika tidak pulang saat itu juga, ibunya pasti murka. Namun, sebaliknya jika ia kembali pulang, Alika lah yang akan mengamuk. Bahkan, bisa membuat dirinya tidak bisa tidur berhari-hari.

“Kamu itu bagaimana, sih. Kamu lupa, saat meminta izin menikah dengan wanita kampung itu. Kamu bilang, seluruh waktumu nggak akan hilang untuk aku. Tapi apa nyatanya, hari beberapa jam ketemu saja sudah mau pulang. Mau kamu apa, sih, Bas?”

“Ya, aku tahu. Aku nggak akan lupa hal itu, Sayang. Ya, ini ibu yang memanggil, dia sedang di rumah.”

Alika kembali masam mendengar penjelasan Bastian. Tidak mungkin ia menjelaskan semua harta akan hilang jika ia bercerai dan memilih dirinya. Kepalanya semakin mumet, belum lagi mengingat Ferdi yang masih berkeliaran di rumahnya.

“Terserah kamu, silakan pergi dan jangan harap bisa bertemu aku lagi!”

Bastian tercengang mendengar ucapan Alika. Seperti yang sudah dibayangkan saat menikah dengan Sandrina, hubungan mereka tidak akan membuat drama FTV. Ini bukan pilihan, tapi suatu keharusan memilih antara harta dan cinta.

“Kamu diam? Berarti kamu nggak mau mempertahankan aku! Oke, baiklah!”

Bastian bergeming saat punggung Alika menghilang dari pandangannya. Ia tak bisa membohongi hatinya, memilih pun ia tak akan bisa.

"Apa harus melawan ibuku?" 

***

Bab terkait

  • Merebut Suamiku Dari Kekasihnya   Tiga

    Bu Hana membantu mengoles obat pada wajah Sandrina. Wanita tua itu masih saja mengomel karena ulah Bastian wajah menantu kesayangannya menjadi lebam.“Tenang saja, sudah ibu telepon suruh pulang. Setelah ini kita ke Dokter Kandungan.”“Iya, Bu.”Terdengar deru mobil memasuki halaman rumah. Suara kendaraan itu sudah sangat dihafal Sandrina, ia gegas ingin menyongsong sang suami.“San, biar ibu saja. Kamu di sini istirahat.” Bu Hana langsung menghampiri sang anak.Bastian berdiri di depan rumah saat sang ibu sudah menunggunya di ambang pintu. Pria dengan rambut cepak itu mengembuskan napas sebelum ia mendapat beberapa wejangan dari ibunya.“Kamu itu nggak punya pikiran, punya perasan nggak kamu?”Benar dugaan Bastian, sang ibu mulai memberikan ceramah padanya. Kali ini pasti akan panjang sampai ia lelah.“Ibu ngomong apa, sih?”Bastian berjalan melewati sang ibu.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-09
  • Merebut Suamiku Dari Kekasihnya   Empat

    Dimas membuat Ferdi terus berpikir untuk merebut hati Sandrina kali ini. Lagi pula Bastian juga tidak akan marah jika ia mendekati mantan istrinya itu karena sang kakak memiliki kekasih yang sulit ia tinggalkan. Hal itu mempermudah dirinya untuk kembali mendekati Sandrina karena ternyata dirinya masih sangat mencintai mantan kekasihnya itu. Kesalahannya membuat ia menyesal sekian lama. Meninggalkan Sandrina dan memilih wanita yang jauh berbeda darinya. Dengan senyum tipis, Ferdi pamit pada Dimas. Ia melambaikan tangan saat sang teman sedang melayani beberapa tamu. Dimas menanggung melihat Ferdi berjalan ke luar kafe. Sebelum pulang, Ferdi memiliki ide untuk membelikan beberapa barang atau makanan kesukaan Sandrina. Ia masih ingat dengan hal kecil yang menandai kebiasaan mantan kekasihnya. Ferdi membuka pesan masuk, ternyata sejak tadi sang ibu terus berusaha meneleponnya. Ia menarik napas, tangannya membuka cepat pesan masuk dari ibunya. [Cepa

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-09
  • Merebut Suamiku Dari Kekasihnya   Lima

    Bastian terus menghubungi Alika, tapi wanita itu sama sekali tidak menjawab teleponnya. Tangan pria itu bermain di ponsel dan mengetik beberapa pesan untuk sang kekasih. Alika masih marah sampai tidak mengangkat panggilan masuk dari Bastian.Pria itu menyimpan ponsel di nakas, wajahnya kesal penuh amarah. Kalau bukan karena sang ibu memintanya pulang, mungkin Alika tidak akan semarah itu. Sungguh buat hatinya menjadi kacau dan kalut.Bastian semakin kesal saat mendengar suara ibunya lantang memanggil. Terdengar kursi berderit saat pria itu beranjak dari duduknya. Gegas ia membuka pintu karena sejak tadi ketukan pintu dan suara ibunya sangat mengganggu.“Ada apa, Bu?” tanya Bastian.“Cepat ganti baju, kita ke Dokter Kandungan.”Bastian melongok karena ia kira tidak jadi mengantar Sandrina. Sang ibu langsung menunggu di ruang tamu, sedangkan Bastian masih berdiri mematung di ambang pintu.Tidak seperti bertemu dengan Al

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-09
  • Merebut Suamiku Dari Kekasihnya   Enam

    Bu Hana sudah kembali pulang setelah senang melihat hasil pemeriksaan sang menantu. Rumah itu kembali sepi, hanya tinggal dua orang yang saling diam tanpa kata. Apalagi Bastian yang terlihat jelas tidak mau menunjukkan simpati sama sekali pada Sandrina. Pria itu duduk di balkon sembari menyesap rokok.Sandrina memperhatikan dari kejauhan karena tidak berani mendekat, ada asap rokok yang bisa merusak dirinya. Apalagi ia sedang hamil, harus menjauhi berbagai hal yang membahayakan.Sejak pulang dari rumah sakit, Bastian terlihat sangat cemas. Sandrina sebagai seorang istri pun bisa merasakan apa yang sedang dialami Bastian. Pria itu gelisah, dan seperti ada yang membuatnya tidak fokus.Bastian terbangun dari lamunannya, ia gegas bangkit untuk menemui Alika. Tapi, ia terkesiap melihat Sandrina berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk. Merasa diawasi, Bastian menyenggol dengan sengaja hingga Sandrina hampir terjatuh.“Kamu nggak punya hati, aku sampai ham

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-14
  • Merebut Suamiku Dari Kekasihnya   Tujuh

    Dimas menegur Ferdi yang sejak tadi terdiam menatap Alika tanpa berkedip. Dimas berpikir jika temannya terpesona dengan wanita di depannya. Akan tetapi, dugaannya salah. Ferdi bukan terpesona, melainkan dia sedang berpikir apa wanita di hadapannya adalah kekasih sang kakak atau sekadar mirip nama.“Kalian sudah saling kenal?” tanya Dimas.“Belum.” Ferdi cepat menjawab.Dimas memperkenalkan mereka berdua. Keduanya bersalaman, sama halnya dengan Ferdi, Alika pun seperti sangat familier dengan wajah pria di depannya. Alika seperti pernah melihatnya dan ia malah lupa melihatnya di mana.Dimas memesankan minuman untuk Alika, tapi ia pamit sebentar untuk memeriksa dapur. Sementara, Ferdi dan Alika bingung harus bicara apa. Keduanya masih duduk sembari menyaksikan live musik. Sesekali Ferdi memerhatikan Alika, setelah itu ia semakin penasaran apa dia wanita yang membuat Bastian jatuh cinta.“Dari mana?” Pertanyaan basa

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-14
  • Merebut Suamiku Dari Kekasihnya   Delapan

    Ferdi sama dengan Bastian, pria itu pun terkesiap melihat sang kakak bersama dengan wanita yang sangat ia suka. Begitu juga Alika, hawa panas menyelimuti hatinya melihat Bastian bersama dengan sang istri.Sandrina menatap Ferdi, ia mengenali Alika sebagai Dokter Kandungan yang memeriksa dirinya. Akan tetapi, ia tidak tahu jika wanita itu adalah kekasih sang suami.“Kalian datang ke sini juga? Tumben?” Ferdi menyapa untuk mengurangi rasa gugup.Wajah Bastian sudah tidak bersahabat melihat sang kekasih kini bersama dengan Ferdi. Sejak tadi ia mencoba menghubungkan, ternyata Alika bersama Ferdi dan seperti sedang bersenang-senang.“Nggak usah basa-basi.” Bastian menarik Sandrina menjauh, tapi langkah terhenti saat Ferdi kembali memanggilnya.“Ka, tenang saja. Aku nggak akan mengganggu istrimu lagi, kenalkan calon istriku.”Wajah Alika langsung memerah, sama halnya dengan Bastian yang sejak tadi menatap dengan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-14
  • Merebut Suamiku Dari Kekasihnya   Sembilan

    “Aw!”Bastian menjerit kala Sandrina menendang keperjakaannya. Peria itu langsung melepas cengkeramannya dan terduduk sembari memegangi yang sakit. Sementara, Sandrina masih menatap bengis pria yang menjadi suaminya itu.“Sakit, kan?”Sandrina kembali tersenyum melihat Bastian yang tak bisa menjawab karena ia sedang merasakan nyeri di sesuatu yang paling berharga baginya. Sang istri tak peduli betapa sakitnya Bastian, sedangkan suaminya itu bersumpah akan membuat Sandrina menyesali perbuatannya kali ini.“Awas, ka—kamu!” Bastian mengucapkan kalimat terbata-bata juga hanya bisa menunjuk Sandrina dengan telunjuknya.“Rasakan, rasa sakit itu nggak sebanding dengan sakitnya hati aku saat suami bercinta denganku, mulutmu masih memanggil namanya!”Akhirnya Sandrina bisa mengutarakan apa yang ia rasakan kali ini. Walau pernikahan mereka berjalan karena perjodohan, bukan berarti Bastian bisa mela

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-15
  • Merebut Suamiku Dari Kekasihnya   Sepuluh

    Wajah Bastian memerah mendengar ucapan Sandrina. Entah apa yang merasuki sang istri hingga bisa berbicara seperti itu. Apalagi mengenai hal sensitif mengenai pria. Bastian menggebrak meja, tapi Sandrina tak kaget sama sekali.Sandrina masih terlihat santai, berbeda dengan ia yang dulu. Ia semakin kuat menghadapi Bastian yang berlaku seenaknya pada dirinya.Semenjak kehamilannya, Sandrina bertekad untuk mengembalikan Bastian pada kodratnya. Pria yang seharusnya menjadi suami dan ayah yang bertanggung jawab. Bukan pria yang masih bermain-main dengan wanita lain padahal tahu dirinya akan menjadi seorang ayah.“Anggap saja tidak terjadi sesuatu malam tadi.”“Terserah kamu, aku tidak peduli. Aku mau merapikan baju, ibu akan memesankan aku taxi jam 13.00.”“Sampai kapan?”“Mungkin sampai anak ini lahir.” Sandrina menjawab singkat.Bastian dibuat melongok dengan jawaban asal sang istri. Selama

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-15

Bab terbaru

  • Merebut Suamiku Dari Kekasihnya   Tujuh Puluh Dua

    Bastian membantu Sandrina beranjak dari lantai walau dengan tangan satu terinfus. Ia panik karena sejak tadi sang istri memegangi perutnya. Bastian mencoba mengelus perut Sandrina agar lebih tenang.“Bu, periksa ke Dokter Kandungan saja,” ujar Bastian.“Enggak apa-apa, Mas. Ini hanya keram sedikit saja nanti hilang,” tolak Sandrina.“Kamu bilang enggak ada masalah, memang kamu bisa lihat anak kamu di dalam? Aku enggak mau tahu, nanti aku temani kamu ke Dokter Kandungan,” ucap Bastian memaksa lagi.“Bas, biar ibu saja. Kamu tetap di kamar, istirahat.” Bu Hana memerintahkan Bastian untuk tak pergi ke mana-mana.Bastian malah mencemaskan Sandrina, bukan dirinya. Melihat sang istri kesakitan ia merasa sangat bersalah karena tak bisa melakukan apa pun. Seperti yang di katakan sang ibu, Sandrina pun di ajak ke Dokter Kandungan.Sepertinya Sandrina, ia menatap sekeliling. Ia merasa betapa bodohnya selama ini telah menyia-nyiakan wanita seperti Sandrina. Matanya tertutup oleh cinta buta pada

  • Merebut Suamiku Dari Kekasihnya   Tujuh Puluh Satu

    Kondisi Bastian belum stabil, ia masih tertidur akibat obat bius yang diberikan oleh Dokter. Sandrina begitu cemas dengan kondisi sang suami yang menghawatirkan. Sepetinya Bastian mencoba mengingat beberapa kenangannya. Namun, bukan pulih malah membuat ia merasa kesakitan hingga pingsan.“Fer, Nit, kian pulang saja. Istirahat,” ujar sang ibu.“Ibu bagaimana,” tanya Ferdi.“Ibu menemani Sandrina. Kalian pulang saja, bagaimana?”“Kalau itu yang ibu mau, kita istirahat dan nanti gantian saja.”Bu Hana setuju, Ferdi langsung mengajak Anita pulang karena ia merasa sang istri sudah sangat lelah. Anita pun terlihat memang sangat pucat, mungkin efek kurang tidur sampai membuat mata panda di kantung mata.“Kamu mau makan dulu apa nanti di rumah?” tanya Ferdi.“Di rumah saja, aku lelah,” ujar Anita.Ferdi pun langsung mengikuti langkah sang istri untuk pulang. Sudah beberapa hari ia mengurusi masalah sang kakak dan lupa dengan kebahagiaannya sendiri. Apalagi sampai lupa dengan kesehatan Anita y

  • Merebut Suamiku Dari Kekasihnya   Tujuh Puluh

    Dimas memegangi pipinya yang terkena hantam Bastian. Sementara, Bastian sudah sejak tadi sudah tak tenang mendengar penjelasan Dimas.Bastian benar-benar kecewa dengan Alika. Wanita itu sudah membuat hidupnya kacau. Apalagi saat dia datang dan mengaku hamil anaknya. Tangis Alika pecah saat Dimas menceritakan semua. Kekhilafan dirinya hingga bisa hamil anaknya Dimas.“Berengsek!” teriak Bastian.Ferdi menahan sang kakak yang begitu emosi. Bastian geram karena ulah Alika juga murka dengan apa yang mereka berdua lakukan. Ferdi menahan Bastian kembali karena ia hampir saja menghantam Dimas.“Aku tidak salah karena ingin bertanggungjawab saat itu. Hamil atau tidaknya Alika, tapi dari menolak. Awalnya aku tidak tahu kalau Ferdi tak bercerita tentang ulah Alika. Dari sana, aku curiga dan memutuskan menemui Alika. Dia berlari hingga jatuh dan keguguran.”“Bohong, dia bohong!” pekik Alika histeris.“Cukup, jangan mengelak Alika!” Dimas tak kalah bersuara.Bastian memegangi kepalanya yang teras

  • Merebut Suamiku Dari Kekasihnya   Enam Puluh Sembilan

    Saat sampai di rumah, Bastian di kagetkan dengan kedatangan Alika yang sudah menunggunya sejak tadi. Wanita itu sempat menghilang, tapi datang kembali dan membuat pria itu begitu terkejut.Sepintas ia menoleh ke arah Sandrina yang sudah merenggut. Ingin rasanya langsung menenangkan sang istri. Akan tetapi, ada Alika yang sejak tadi menatapnya.“Sayang, aku nungguin kamu. Kamu baru pulang?” Alika langsung mendekat dan menyingkirkan Sandrina.“Kamu jangan kasar sama Sandrina dia sedang hamil.” Sergah Bastian.Alika menganga mendengar Sandrina di bela Bastian. Kesal mendengar hal itu, Alika pun menarik Bastian untuk berdiri di sampingnya.“Heh, kamu itu jangan bikin ulah. Terjadi sesuatu sama calon cucu saya, saya buat hidup kamu menderita,” ancam Bu Hana.“Bu, sudah. Biar aku bicara dengan Alika dulu.”“Aku hamil, kamu ikutan hamil. Jangan-jangan kamu hamil bohongan untuk menarik simpati Bastian,” cecar Alika.“Heh, kamu tuh yang hamil pura-pura. Coba cek saja kalau memang kamu benar ha

  • Merebut Suamiku Dari Kekasihnya   Enam puluh delapan

    Bastian memukul kaca mobil dengan kesal, ia merasa kali ini sangat mencemaskan Sandrina. Namun, ia masih bingung bagaimana bisa ia begitu mencemaskan sang istri. Apalagi dulu dirinya sangat mencintai Alika.“Apa yang di perbuat Sandrina sampai aku merasa sangat takut kehilangan dia!”Sandrina terlihat menghampirinya, Bastian pura-pura biasa kembali. Bastian kembali cemas saat sang istri seperti memegangi keningnya.“Kamu sakit?” tanya Bastian.“Harusnya aku yang tanya sama kamu, kamu sakit atau otak kamu habis kepentok apa? Tiba-tiba menjadi baik sama aku. Lalu, mengakui aku di depan umum,” ujar Sandrina.“Eh, itu, aku hanya enggak suka lihat kamu di perlakukan seperti pesuruh. Kamu ini istri aku, jadi tidak ada yang boleh memperlakukan kamu seperti itu. Lagi pula kamu lagi hamil, mengerti?”Sandrina langsung memeluk sang suami. Tidak peduli di tempat umum, sedangkan Bastian merasa risi mendapat perlakuan dari Sandrina. Ia berusaha melepaskan tangan sang istri dari tubuhnya.“Aduh, ka

  • Merebut Suamiku Dari Kekasihnya   Enam Puluh Tujuh

    “Pergi kamu!” teriak Alika.Alika begitu syok saat ia mengalami keguguran. Hal itu membuat dirinya gagal dinikahi Bastian jika pria itu tahu sudah tak ada janin di dalam kandungannya. Alika menyalahkan Dimas yang tiba-tiba saja menandatangani surat untuk melakukan operasi.“Lik, harusnya kamu sadar, kamu seorang dokter kandungan dan pasti tahu kalau bayi itu enggak akan bisa terselamatkan dan harus di keluarkan. Lagi pula, untuk apa kamu pertahankan kalau kamu tak meminta pertanggung jawaban aku?” tanya Dimas.Alika bergeming, Dimas tidak tahu kalau ia mempergunakan kandungannya untuk menipu Bastian dan keluarganya. Jika ia keguguran, maka tidak ada pernikahan yang akan terjadi di antara keduanya.“Itu bukan urusan kamu.” Alika kembali emosi dengan apa yang ditanyakan Dimas.“Itu menjadi urusan aku. Itu anak aku, kan?” tanyanya lagi.Alika memalingkan wajah, tidak mungkin ia menjawab anaknya Bastian. Pria itu tidak akan mungkin percaya dan malah akan bertanya pada Bastian. Apalagi ked

  • Merebut Suamiku Dari Kekasihnya   Enam Puluh Enam

    “Hei,” ujar Bastian. Ia pun bergegas menyusul Sandrina ke luar.Setelah semalam ia tak bisa tidur memikirkan dirinya, Bastian mengejar Sandrina dan menarik lengan sang istri untuk berangkat bersama dengannya. Sandrina tetap menolak, tapi Bastian malah menggendong dirinya dan langsung memasukkannya ke mobil.“Aku bilang enggak mau,” ujar Sandrina.Sandrina tak bisa ke luar karena pintu mobil sudah terkunci otomatis. Bastian tetap tenang walau suara sang istri membuatnya pening. Sandrina terdiam saat tiba-tiba Bastian melumat bibirnya dengan lembut. Ia tak bisa berkutik dan malah menikmati ciuman itu karena sudah lama tak menerima sentuhan lembut sang suami.“Diam, kalau terus bicara, terpaksa aku buat kamu enggak berkutik di mobil.”Sandrina langsung diam karena tangan Bastian sudah siap membuka kancing bajunya. Bastian kembali duduk dan fokus menyetir setelah meluapkan kepenatan yang ia rasakan semalam. Bahkan, kali ini rasanya ia ingin sekali menyentuh Sandrina dan menciumi seluruh t

  • Merebut Suamiku Dari Kekasihnya   Enam Puluh Lima

    Cintanya pada Bastian membuatnya semakin menjadi, Alika pun tak malu untuk meminta sang kekasih untuk segera menikahinya walau ia tahu bukan pria itu yang harus bertanggung jawab atas kehamilannya. Sementara, Sandrina mulai kesal, ia pun berdiri di depan Alika.“Keluarga macam apa ini, aku hamil loh, Mas. Apa kamu lupa janji kamu saat meniduri aku?”Apa yang terlontar dari mulut Alika benar-benar membuat Bastian muak. Apalagi ia sama sekali tak melakukan hal itu. Pikirannya tak sebejat itu jika hanya ingin mendapatkan restu orang tua. Bastian pun menarik napas dalam, ia harus menjalani rencananya agar Alika tak banyak bicara.“Baik, aku akan menikahi kamu. Asal, setelah anak ini lahir, kamu harus tes DNA.”Alika bergeming, tapi kembali ia tak memedulikan apa perkataan Bastian. Ia akan mencari cara agar tak ketahuan kalau ini bukan darah dagingnya. Alika pun tersenyum lebar karena keinginannya akan terwujud.Sandrina meremas ujung baju, ia kecewa walau tahu sang suami hanya berpura-pur

  • Merebut Suamiku Dari Kekasihnya   Enam Puluh Empat

    Ruangan itu terasa sangat menegangkan. Apa yang di katakan Bastian membuat Sandrina tak tahan jika pria itu akan menikahi Alika. Ia tak mau berbagi hati dengan wanita lain, apalagi Kebahagiaan yang bagus saja ia dapat harus begitu saja terenggut.Bastian duduk dan memperhatikan Sandrina, ia pun ingin sekali memeluknya tanpa tahu alasannya apa. Setelah kecelakaan itu, ia merasa bingung dengan keadaan. Apalagi saat ia merasa dirinya sudah tak merasa ada yang spesial dengan Alika.Pria itu bangkit dan menuju kamarnya. Ia menahan semua gejolak di jiwa saat melihat Sandrina. Ia pun kembali ke kamar Sandrina dan langsung memeluknya. Sandrina merasa aneh dengan sikap Bastian, begitu juga Bu Hana.“Aku enggak tahu, mendengar kamu hamil perasan aku beda dengan saat aku mendengar Alika hamil. Bahkan, sejak tadi aku menahan untuk tidak memeluk kamu, tapi aku tak kuat dan kembali ke kamar ini,” ujar Bastian.Sandrina terharu dan ia menangis saat sang suami lupa dengannya, tapi hatinya tidak perna

DMCA.com Protection Status