Kini Bram merasa terbuang setelah sekian tahun perjuangannya mempertahankan hubungan rumah tangga dengan Syahnaz kini dibalas di perceraian yang diminta oleh Syahnaz. Disini, di pengadilan telah ada banyak orang yang duduk dan menyaksikan detik-detik pengadilan hingga sekarang mereka telah resmi bercerai. Terlihat, Syahnaz terlihat sangat senang tanpa melihat kekecewaan Bram dan tangisan Vino.Anisa ikut hadir dan hanya bisa menggelengkan kepalanya. Baru kali ini ia melihat seorang istri dan seorang ibu yang setega itu. Meskipun Anisa belum menikah, namun ia bisa merasakan hawa kesedihan diantara Bram dan Vino. Semua orang mulai membubarkan diri termasuk Syahnaz. Setelah mereka keluar, mas Bram memanggil Syahnaz. Bram meraih tangan dan berlutut untuk yang terakhir kalinya ia meminta Syahnaz agar memikirkannya matang-matang. Nico yang berdiri di samping Syahnaz langsung menghempaskan tangan Bram dan mengatakan bahwa saat ini Syahnaz bukan lagi istri Bram. Rafatar yang ikut juga menyebu
Malam ini suasananya terlihat berbeda. Ada firasat yang buruk kini dirasakan Wilona terhadap putrinya. Dalam kegelisahannya, Wilona mencoba menghubungi Sofia dengan maksud untuk sekedar curhat. Wilona ingin mencurahkan isi hatinya yang sedang gusar dan ingin mendengarkan nasihat dari Sofia yang selalu berhasil membuatnya lebih tenang. Namun entah mengapa? Hari malam ini, Wilona sulit menghubungi Sofia. Padahal sebelum-sebelumnya tidak sampai gak diangkat hingga beberapa kalinya. “Apa Tante Sofia sedang sibuk?” tanya Wilona pada dirinya sendiri.Wilona merebahkan tubuhnya ke kasur dan melepaskan ponsel itu digenggaman tangannya. Wilona tanpa Sofia, bagaikan anak ayam yang sedang kehilangan arah. Wilona tidak mampu menghadapi masalahnya dengan seorang diri. Wilona mencoba untuk memejamkan kedua bola matanya dan berdoa dalam hati.“Tuhan, dimanapun putriku berada aku mohon padamu tolong lindungilah putriku dari orang-orang yang berniat jahat padanya” gumam Wilona dalam hati.Di lain sisi
“Kenapa di harus mati? Dimana dia sembunyikan anakku hiks” Wilona menangis sesenggukan karena tidak ikhlas bila Aris meninggal begitu saja tanpa mengembalikan Reyhan di pelukan Wilona. Tidak lama kemudian, Sofia datang dengan nafas menggebu-gebu. Terlihat, Sofia sangat ingin mendengarkan informasi lebih lanjut langsung dari mulut Wilona. Sofia terlihat pandai bersandiwara sehingga tidak satupun merasa curiga terhadap dirinya.“Apa yang terjadi?” tanya Sofia pada Wilona dan Reyhan.Wilona tidak sanggup untuk mengungkapkan sehingga Reyhan pun mewakilkan dirinya dalam berbicara. “Aris meninggalkan secara misterius dan Reyna masih belum diketahui keberadaannya” “Ah, seharusnya Wilona tidak perlu kembali lagi sini! Sekarang telah terlambat, Tante bingung harus ngapain” ujar Sofia.Wilona membenarkan perkataan tantenya tersebut. Seandainya saja Wilona tidak pulang mungkin Aris tidak akan kembali mengusik dirinya kembali dan Reyna tidak akan pernah mengalami penculikan ini.“Tante benar, ak
“Kakak cantik, terimakasih sudah memberikan aku air minum” Reyna sangat ceria dan ramah sampai-sampai kondisinya yang kelaparan seperti sekarang ini ia bisa tersenyum tanpa ada beban.Mutiara merasa kasihan melihat Reyna. Ia tahu, anak kecil dihadapannya kelaparan. Namun sayangnya, Mutiara hanya membawa air minum saja. Mutiara menyuruh Reyna untuk diam karena ia takut jika ada orang lain yang melihat persembunyian mereka. “Kak, Reyna boleh tidur?” terlihat, mata Reyna merah karena seharian menangis. Mutiara mengangguk pelan dan menyuruh Reyna untuk segera tidur. Reyna pun tertidur sementara dirinya tetap mengawasi sekitar. Mutiara sangat tahu sekali bahwa Tante Meriam sangat banyak ada mata-mata dan berkuasa di wilayah itu. Ia dapat belajar dari masa lalunya saat kabur. Ia hampir bisa meloloskan diri namun sayangnya, pria yang ia kira akan menolongnya ternyata salah satu bagian dari penjahat dan anak buah Tante Meriam.Kali ini, Mutiara tidak akan ceroboh lagi. Apalagi saat ini ia te
Persembunyian pun diketahui dan kini Mutiara harus berurusan dengan satu pria suruhan Meriam. Reyna ketakutan dan berlindung dibelakang Mutiara. Terlihat pria tersebut begitu meledek Mutiara dan mengatakan bahwa Mutiara adalah pelacur munafik.Mutiara tidak terima dikatakan sebagai pelaku hingga ia meraih pisau dan menancapkannya tepat di jantung penjahat itu. Reyna yang melihatnya berteriak-teriak. Mutiara bergetar ia tidak bermaksud untuk membunuh orang itu. Lalu, Mutiara pun meraih tangan Reyna agar segera pergi dari sana.Mereka berlari dan terus berlari hingga tidak terasa ada satu mobil dari arah belakang sedang mengejar mereka. Mutiara menggendong Reyna karena larinya sangat lambat. Namun, seberapa pun usahanya untuk berlari tidak akan mampu mengalahkan lajunya mobil kendaraan.Terlihat ada empat pria yang saat ini tengah menghampiri Mutiara. Lalu, Mutiara menurunkan Reyna dan menyuruhnya untuk tetap lari. Reyna menggelengkan kepalanya karena ia tidak mau meninggalkan Mutiara.
Beberapa hari ini Anisa begitu dekat dengan Vino. Karena saking keseringan melihat kedekatan Anisa dengan vino, Bram pun merasa memiliki perasaan lebih terhadap wanita yang masih berstatus lajang itu. Bram merasakan bahwa Anisa sangat baik dan mampu menggantikan sosok Syahnaz pada diri Vino. Karena terlalu serius memandangi Anisa, hingga Anisa merasakannya juga dan langsung menolehkan kepalanya ke arah bram. Seketika itu juga Bram langsung salah tingkah dan tidak sengaja menjatuhkan pot bunga sekaligus bunganya karena saat itu Bram berada dekat di pot bunga tersebut.Melihat hal itu, Anisa pun ingin menghampiri Bram dan sebelum itu Anisa tidak lupa meminta izin kepada Vino. “Vino, kamu main sendiri aja dulu ya. Tante mau menemui Papamu dulu” ujar Anisa.“Siap, Tante” sahut Vino dengan semangat.Anisa telah berada dihadapan Bram dan melihat kaki Bram tengah terluka akibat terkena pecahan pot bunga yang barusan Bram jatuhkan secara tidak sengaja.“Kaki kamu berdarah” ujar Anisa lembut.
Malam telah berganti dengan pagi. Anisa yang sudah merasakan mimpi indah kini harus membangunkan diri karena kewajiban sehari-hari. Anisa melirik jam di handphonenya yang kini masih menunjukkan pukul 6:12 Pagi. Anisa pun beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju kearah kamar mandi. Sementara itu, Dira datang dan masuk kedalam kamar Anisa. Ia tidak melihat keberadaan Anisa namun tetap berjalan hingga langkahnya mulai terhenti saat tepat di depan kasur. Matanya tertuju dengan handphone Anisa yang masih menyala. Dira pun meraihnya tanpa meminta izin ataupun menunggu Anisa kembali.Mata Dira melotot saat melihat salah satu kontak teman yang kini mengirimkan beberapa pesan kepada Anisa. Saat tengah asyik melihat dan membaca pesan, Anisa pun keluar dari kamar mandi dan melihat mamanya telah berada didalam kamar tidurnya.“Mama?” sapa Anisa.Dira menoleh dan melihat Anisa yang kini hanya berselimut handuk. Wajah cantik Anisa semakin terlihat jelas dengan didukung oleh kulitnya yang halu
Reyna telah dikembalikan di dekat Taman Bintang. Namun, melihat Reyna masih kecil ditambah lagi dengan suasana malam yang sepi membuat Reyna menangis ketakutan. Kedua sejoli itu pun kebingungan dengan Reyna. Dengan tanpa sengaja pihak pria malah membekap mulut dan hidung Nayla hingga Reyna kekurangan oksigen dan pingsan.Mengapa ketakutan lalu berniat untuk kabur namun sebelum berhasil meloloskan diri ada beberapa orang yang melihatnya dan menangkap mereka lalu di serahkan kepada pihak yang berwajib. Sementara Reyna, mereka mengenali wajah Reyna yang terkenal dimana-mana akibat dirinya hilang dan banyak yang mencari dengan cara memperlihatkan foto Reyhan ke media sosial.“Wah... Si anak yang hilang itu!” seru Wanita paruh baya dengan heboh.“Kita lapor ke polisi saja biar segera ditangani dan anak ini bisa dibawa ke rumahnya” ujar salah satu warga.Mereka pun setuju dan langsung membawa pasangan sejoli tadi ke polisi termasuk Reyna. Wilona yang sedang makan malam bersama Tante Sofia da
Rahandi membelokkan mobilnya ke arah kiri sementara Reyhan tetap mengikutinya. Hingga mobil Rahandi berhenti ketika suasana di sekeliling dipastikan sepi dari pemukiman. Terlihat sisi kiri ada banyak hutan dan didepannya ada lapangan kosong. Seakan Rahandi telah mempersiapkan sesuatu hal buruk pada Reyhan.Rahandi maupun Viona turun dari mobil dan secara terang-terangan memperlihatkan wajah mereka. Seakan mereka menantang Reyhan. Tanpa basa-basi, Rahandi pun memanggil Reyhan dengan suara angkuh.“Saya tau kau telah mengikuti saya sedari tadi. Kau... Putra pewaris dari kakakku Tuan Harizon!” seru Rahandi.“Cepat kau maju dan tunjukkan wajah kau!” tantang Rahandi pada Reyhan.Tidak berselang lama, Reyhan keluar dari persembunyiannya. Rahandi maupun Viona tersenyum sinis seakan mereka sedang meremehkan kehadiran Reyhan.“Rupanya kau cukup pemberani wahai keponakanku” ujar Rahandi.“Hai, apa kamu masih menganggap aku kakakmu? Upz... Aku memang kakak sepupu kamu karena Papa kamu dan Papa a
Reyhan sebelumnya sedang berdiri di pintu dapur. Melihat Viona begitu pucat, Reyhan pun menanyakan hal itu. Viona tertawa canggung karena dirinya tidak mungkin berkata hal yang sebenarnya. Dengan berbohong, Viona pun mengatakan bahwa salah satu temannya sedang masuk di rumah sakit. Reyhan melihat bola mata maupun bibir yang diucapkan oleh kakaknya terlihat bertolak belakang. Namun, Reyhan mengiyakan saja.Dengan cepat, Viona pun bergegas pergi. Sementara itu, tanpa Viona sadari Reyhan juga diam-diam mengikutinya. Selama diperjalanan, Viona mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi sehingga membuat Reyhan sedikit kewalahan untuk mengejar kakaknya tersebut. Dengan rasa penasaran yang sangat tinggi, Reyhan tidak ingin melepaskan Syahnaz yang sedang terburu-buru itu. Reyhan merasa hilangnya Wilona dan Reyna ada hubungannya dengan Syahnaz.Di lain sisi, Wulan mengantar Wilona ke rumah Reyhan. Sampai di sana, tidak ada Reyhan namun ada beberapa teman-teman Reyhan yang belum pulang dari sana
Ketika dokter mengatakan bahwa Reyna hanya mengalami syok ringan, membuat Wulan merasa lebih tenang. Dirinya tidak habis pikir jika Reyna tidak bisa diselamatkan, Wulan pasti benar-benar tidak apa bisa memaafkan dirinya sendiri. Sementara itu, Wilona masuk ke dalam ruangan UGD. Wilona hanya ingin melihat anak itu secara langsung dengan waktu yang lebih lama. “Kenapa aku seperti tidak asing melihat anak ini?” gumam Wilona dalam hati.Wilona meraih tangan Reyna dengan lembut seakan mereka memiliki ikatan batin. Seketika saja Wilona merasa pusing di kepalanya dan terlihat bayangan-bayangan tidak jelas kini muncul begitu saja. Di lain sisi, Wulan masih duduk di luar dengan maksud untuk menenangkan dirinya. Viona melintas dan mereka tidak sengaja saling berpapasan satu sama lain. Wulan yang melihat Viona, seketika dendamnya muncul. Dia berdiri lalu langsung menjambak rambut Viona dengan beringas hingga Viona meringis kesakitan. Andai saja Wulan tahu bahwa wanita yang saat ini dia lawan b
Anisa segera dibawa ke ruang operasi karena kini akan segera melahirkan. Bram dalam pikiran kacau, antara marah ataupun haru semuanya menjadi satu dalam hari yang sama. Reyna diam namun dalam hatinya mendoakan Anisa dan bayi yang dikandung Anisa dapat terselamatkan. Dokter yang telah memeriksanya meminta keputusan kepada bram selaku suami dari Anisa.“Kondisi istri anda sangat lemah dan kami takut air ketubannya kering jika terlalu lama tidak ditindaklanjuti. Apakah anda mengizinkan kamu untuk melakukan tindakan operasi pada pasien?” tanya dokter pada Bram.“Apapun itu dok, asalkan anak saya baik-baik saja” ujar Bram dengan tegas.Bram tidak memikirkan Anisa dan seketika itu juga cintanya telah kandas begitu saja. Viona telah berhasil membuat gram berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya. Viona hanya bisa tersenyum ketika melihat situasi yang sangat indah menurut dirinya. Viona meminta izin untuk keluar dari ruangan kepada Bram sementara Reyna mencoba mengikuti kemana pe
Sebelum Reyhan berangkat bekerja, Viona sudah menyiapkan susu dan roti tawar di meja. Sembari menunggu Reyhan datang, Viona mencoba mengatur senyumannya semanis mungkin. Viona masih berpura-pura menjadi Syahnaz dan ia berniat untuk menghabisi nyawa Reyhan.Setelah menunggu beberapa menit, Reyhan pun lewat dan Viona menyapanya. Matanya terlihat berniar seakan hari ini merupakan hari yang ia tunggu-tunggu sejauh hari.“Reyhan, ayo saran pagi” ajak Viona.“Maaf kak, aku lagi buru-buru” ujar Reyhan yang berjalan ke depan. Viona yang tidak terima lantas berdiri dan mengejar adiknya itu.“Tunggu... !” teriak Viona.Reyhan memberhentikan langkahnya karena Viona kini berada di depan dirinya. Reyhan mengernyitkan dahi seakan memikirkan tingkah laku kakaknya.“Ayo dong kita sarapan pagi!” ajak Viona yang kini terlihat memaksa dan menarik tangan Reyhan agar duduk di kursi.Viona menaruh susu tersebut di samping Reyhan agar Reyhan meminumnya. Dengan santai Reyhan meraih susu itu dan memberikannya
Wulan dan Wilona telah sampai di rumah Wulan. Wulan mempersilahkan Wilona untuk masuk ke dalam rumahnya dan mengajaknya untuk duduk terlebih dahulu di ruang tamu. “Bu Wilona mau minum apa?” tanya Wulan terlebih dahulu kepada Wilona.“Aku minta air putih saja” ujar Wilona yang masih kebingungan.“Baik, Bu. Aku ke dapur dulu” ujar Wulan.Setelah Wilona sendirian di ruang tamu, dia hanya bisa menatap beberapa foto yang terpanjang di tembok. Terlihat, foto seorang wanita sedang menggendong seorang bayi mungil yang lucu dan imut. Wilona dapat mengenali wajah wanita itu yang kini sedang bersamanya. Ya, foto itu adalah Wulan. Namun, Wilona kembali teringat ketika Wulan mengatakan bahwa dirinya tinggal seorang diri. Lantas, Siapa dan dimana anak itu? Wilona nampaknya mulai bertanya-tanya tentang hal itu. Bukan tanpa alasan, Wilona seakan melihat wajah si bayi seperti tidak asing dimatanya. Tidak lama kemudian, Wulan kembali dengan membawa hidangan. Dia memberikan Wilona air putih dan bebera
“Lepaskan aku!” teriak seorang Wanita yang diikat kedua tangannya. Wanita itu tidak lain adalah Syahnaz yang asli.“Inilah akibatnya kalau kamu melanggar perintah!” paman Rahandi berdiri tepat di wajah Syahnaz.Syahnaz menggelengkan kepalanya dan menangis. Ia menasihati papanya agar segera menyerahkan diri ke kantor polisi. Alih-alih Rahandi mau mendengarkan nasihatnya putrinya, yang ada malah menamparnya dengan keras.“Anak tidak berguna!” seru Rahandi.“Tapi untungnya kamu memiliki kembaran yang bisa Papa andalkan” ujarnya.“Pa, mengapa Papa seperti ini? Dulu, aku menjadi jahat itu juga karena didikan Papa. Sekarang aku sadar... Aku telah berbuat dosa dan aku menyesali semua perbuatanku” ujar Syahnaz.“Dulu Papa memuji kelicikanmu. Sekarang kamu telah menjadi wanita lemah... Papa berharap Viona akan menggantikan posisimu yang dulu” ujar paman Rahandi sembari berlalu.Di tempat yang berbeda, Viona yang kini menyamar sebagai Syahnaz tengah asyik bermain ponsel hingga ia tidak sadar ba
Hari sudah gelap dan kini Reyhan sudah berada didepan rumah. Sementara Syahnaz menghampirinya dengan tersenyum lebar. Setelah Reyhan sudah dekat dengan dirinya, Syahnaz pun menyapa.“Habis darimana kamu?” tanyanya santai.Reyhan tidak menggubris dan memilih masuk kedalam rumah. Terlihat, Syahnaz mengernyitkan dahinya ketika dirinya diacuhkan oleh Reyhan. Lalu dia menutup kembali pintu tersebut dan menuju ke dalam kamar tidur. Reyhan merebahkan tubuhnya ke kasur. Wajahnya lesu dan matanya menatap atap langit. Tak terasa butiran air mata jatuh membasahi pipinya. Reyhan yang hampir tidak pernah menangis kini berhasil mengeluarkan air matanya.Dia menatap foto pengantin yang terlihat begitu mesra. Reyhan ingat ketika itu ia begitu bahagia bersama diriku di hari istimewa mereka. Namun kini, semuanya pudar. “Wilona, dimana kamu berada? Maafkan aku bila aku tidak sempat menolongmu waktu itu. Wilona sungguh tidak becus menjadi seorang suami hiks” gumam Reyhan.Malam ini, Reyhan tidak bisa ter
Sudah satu bulan lamanya Wilona tinggal bersama ibu Tuti dan Adi. Selama satu bulan itu juga aku tidak kunjung mengingat ingatan Wilona kembali. Hingga ibu Tuti berkata secara terang-terangan kepada Wilona, beliau ikhlas bila menganggap Wilona sebagai anaknya. Hal itu berarti, Wilona harus mengikhlaskan masa lalu yang tidak Wilona ingat dan kembali membuka lembaran baru. Antara senang dan sedih kini bercampur aduk dihati Wilona. Senang karena ibu Tuti begitu baik padaku dan sedih karena Wilona meninggalkan keluarga kandung Wilona. Ibu Tuti menyisir rambut Wilona yang hitam dan lebat. Dia memuji rambut Wilona yang katanya bagus dan Wilona hanya membalasnya dengan senyuman terbaik. Wilona yang tidak ingat nama sendiri kini telah memiliki nama yang baru. Yakni Andini, nama yang anggun dan Wilona menyukainya. Ibu Tuti telah selesai mengikat rambutku dan sekarang menyuruh Wilona untuk beristirahat. Sementara dirinya kembali sibuk dengan urusan pertanian. Sebenarnya Wilona ingin membantu i