“Mama... Tolongin Reyna, Ma. Reyna takut disini hiks” Reyna duduk bersender di pohon besar. Malam ini, semuanya serba gelap dan angin dingin yang menusuk ke hati. Nayla sendirian didalam hutan. Antara bertahan ataupun menangis terisak-isak. Hanya suara jangkrik yang kini menemani Nayla di sepanjang malam ini. Wilona yang gelisah tidak bisa tidur nyenyak. Seperti aku mendengarkan suara-suara Reyna yang meminta pertolongan dengannya.“Tuhan, aku mohon padamu yang maha tahu segalanya. Tolong lindungilah anakku, jaga dia dimanapun dia berada. Tolong... Berikanlah aku petunjuk agar aku bisa menemukan anakku secepatnya” Wilona berdoa kepada tuhan dengan harapan sebagai seorang mama.Wilona tidak enak hati rasanya tidur enak di rumah mewah dan belum tentu putrinya juga merasakan hal yang sama. Wilona benar-benar merindukan Reyna. Jam telah menunjukkan pukul 1:00 Tengah Malam dan mataku pun belum juga mau untuk di pejamkan. Hingga akhirnya Wilona bisa tidur di jam 3:00 Tengah Malam. Wilona t
Reyhan berusaha mengguncang-guncangkan tubuh Syahnaz yang telah dinyatakan meninggal itu. Wilona dapat memahami perasaan Reyhan yang kini terpukul itu. Walaupun rekam jejak Syahnaz yang buruk dengan keinginannya ingin menyingkirkan Reyhan yang akan menjadi penghambat bagi Syahnaz mendapatkan harta kekayaan dari orang tua angkatnya. Wilona menyentuh bahu Reyhan dengan maksud agar Reyhan ikhlas menerima kenyataan yang seperti ini. Reyhan mengusap beberapa kali air matanya yang terus berjatuhan membasahi mata dan bibirnya. “Wilona, Wilona sudah kehilangan Mama dan kali ini harus kehilangan Kakak” ujar Reyhan dengan pilu.“Kamu yang sabar Rey... Syahnaz sudah tenang di alam lain” ujar Wilona dengan kata-kata positif. Tidak mungkin aku menjelekkan Syahnaz yang sebenarnya pantas di maki-maki.“Seberapa jahatnya dia sewaktu hidup, namun aku hanya memiliki satu saudara didalam keluargaku. Aku tidak ingin membalas dendam terhadap orang jahat karena aku tidak ingin masuk kedalam kebencian” uja
Reyhan mempercayai Wilona dalam mengurusi Syahnaz. Padahal Wilona jelas-jelas menunjukkan ketidaksukaannya pada Syahnaz. Kata Reyhan, Wilona tidak mungkin ikut berbuat jahat seperti orang Syahnaz. Wilona tersenyum dan berterimakasih atas kepercayaannya pada Wilona. Setelah Reyhan mampu membujuk Reyna, Reyhan pun pamit pergi.Wilona mendorong kursi roda dan membawa Syahnaz masuk kedalam rumah. Wilona mengajaknya masuk kedalam kamar tidur yang kebetulan ada yang masih kosong. “Ayo, biar Wilona bantu kamu berjalan” ujarku. Wilona memegangi tangannya dengan erat sedangkan Reyna memegangi kursi roda. Syahnaz Wilona dudukan lalu perlahan Wilona bantu untuk tiduran di kasur empuk berwarna putih.“Reyna, ambilkan air putih!” perintah Wilona pada Reyna.“Baik, Ma” ujar Reyna yang kemudian menuju ke arah dapur.Wilona menatap Syahnaz dan Wilona memintanya untuk tenang lantaran Syahnaz terlihat gelisah. Tidak lama kemudian, Reyna datang dengan membawa secangkir air putih yang ia ambilkan dari air
Pagi hari, Reyhan duduk di teras rumah. Sambil membuka laptop dan mengerjakan tugas kantor di laptopnya. Padahal, hari ini adalah hari minggu. Wilona membawakan segelas teh hangat padanya. “Minum dulu Sayang” ujar Wilona sambil tersenyum manis. Reyhan meraih teh tersebut dan sedikit meniup karena agak panas.“Apa tidak sebaiknya kamu beristirahat? Apalagi hari ini kan hari libur” ujar Wilona.“Aku bosan berdiam diri” ujar Reyhan.“Daripada kamu sibuk sama pekerjaan saja mending kita liburan?” tanya Wilona.Reyhan terdiam dan sedikit berpikir lalu ia mulai teringat tentang Lisa. Seketika Reyhan tersenyum sumringah dan membuat aku keheranan. “Kok mendadak senyum-senyum?” tanyaku. Reyhan pun mulai berkata, “Kemarin... Sekretaris aku di kantor mengundang aku ke acara anaknya. Apakah kamu mau ikut sama Reyna?” tanya Reyhan.“Boleh saja sih... Tapi, kembali lagi sama Reyna” ujarku mengingatkan.“Iya, sekarang aku bilang sama Reyna” ujar Reyhan. Dia “Jangan sekarang! Reyna lagi tidur, jangan
Bram tengah berbahagia lantaran kini Anisa telah mengandung anak pertama dari pernikahannya bersama Anisa. Usia janin Anisa masih terhitung beberapa hari, hanya saja mereka tetap merasa syukur atas karunia yang telah Tuhan berikan. Terutama pada Anisa, ini adalah hal yang baru selama hidupnya. Rasa haru dan juga sedih kini menyelimuti hatinya yang paling dalam. Mamanya kini sudah tidak dapat berbicara lagi. Membuat Anisa bersedih setiap saat berjumpanya.Dira, mamanya Anisa sewaktu sakit ringan telah berpesan kepada Anisa, jikalau ia telah sakit keras ia ingin dirawat di rumahnya saja. Hal itu berarti Dira tidak ingin tinggal satu atap rumah dengan keluarga kecil Anisa. Dira begitu bukan karena ia tidak senang terhadap Bram. hanya saja, Dira merasa tidak ingin merepotkan kedua pasangan muda. Dia ingin menghabiskan sisa hidupnya berada didalam rumah kenangan bersama suaminya yang telah meninggal. Dira yang sedang tengah berbahagia itu ingin memberitahukan kehamilannya kepada Dira. Deng
Matahari telah terbenam dan kini Anisa mulai terbangun dari tidurnya. Rasa ngantuk seharian perjalanan itu telah hilang. Anisa mulai merenggangkan kedua tangannya agar lebih merasa enak karena bagaimana pun Anisa pasti merasa pegal-pegal lantaran tidak tertidur di tempat tidur yang empuk melainkan tidur di kursi dan bersender di kasur.Anisa mulai menyentuh pergelangan tangan mamanya dan hendak membangunkannya. Namun, sesuai hal yang tidak terduga pun terjadi... Dira telah terbujur kaku tanpa ada yang mengetahui di jam berapa mamanya meninggal dunia. Anisa langsung nangis histeris hingga kedua perawat yang merawat Dira pun langsung masuk kedalam kamar tidur.“Mbak! Tolongin Mamaku hiks...” Kedua perawat itu langsung memeriksa keadaan Dira. Sementara Bram masuk kedalam kamar dan bingung melihat ekspresi Anisa yang telah menangis. Ditambah lagi kedua perawat tengah serius memeriksa mama mertuanya. Bram pun menjadi mengerti lalu ia menghampiri Anisa dan Anisa pun menangis di pelukannya.
Setelah sekian lama saling bersama dan mencintai akhirnya Wilona dan Reyhan telah resmi melangsungkan pernikahan. Wilona juga telah melupakan masa lalu Tuan Harizon karena saat ini yang terpenting adalah kebahagiaan Wilona. Wilona ingin menikmati momen-momen berbahagia bersama suami Wilona. Wilona dan Reyhan sudah menjadi suami istri yang sah. Banyak wartawan yang datang untuk menyaksikan kami. Wajah Wilona yang bening dan cantik membuat daya tarik orang-orang menatapku dengan tatapan terpesona.Wilona juga mendengar bisik-bisik dari para tamu bahwa Wilona sangat cantik dan terlihat seperti usia belasan tahun. Wilona hanya tersenyum saja mendengar bisikan positif tersebut. Sementara Reyhan juga sangat tampan ditambah lagi ketika ia tersenyum serasa seperti Wilona ikut tersihir oleh gigi gingsulnya yang mungil. “Selamat ya atas pernikahan kalian” ujar Lisa.“Terimakasih, ya” ujar Wilona.Reyhan hanya membalasnya dengan senyuman tulus. Lisa yang datang ke pernikahan Wilona dan ia mengaj
Anisa duduk di sofa ruang tamu sambil menonton acara yang ada di stasiun televisi. Sambil menonton acara kesukaan Anisa pun juga sambil memakan makanan ringan yang terdiri dari pop corn, keripik singkong pedas, keripik pisang manis dan masih banyak lagi. Melihat Anisa yang bersantai, Vino hendak memintanya untuk membantu Vino dalam mengerjakan tugas menggambar. Sebenarnya Vino bisa mengerjakannya seorang diri. Hanya saja, Vino sangat ingin ditemani oleh sosok mama dibeberapa kesempatan. Dengan membawa buku gambar dan pensil warna, Vino pun memanggil Anisa. “Mama Anisa, bantu Vino mengerjakan tugas menggambar Ma” pinta Vino. Alih-alih menyambut hangat kepada Vino, Anisa malah semakin membesarkan volume suara televisi. Memang, Anisa tidak menggubris secara langsung hanya saja Vino mengerti penolakan Anisa untuk membantunya.Dengan wajah murung, Vino pergi dari hadapan Anisa dan duduk seorang diri di teras rumah. Jam masih menunjukkan pukul 1:00 Sore dan mas Bram masih bekerja di salah s
Rahandi membelokkan mobilnya ke arah kiri sementara Reyhan tetap mengikutinya. Hingga mobil Rahandi berhenti ketika suasana di sekeliling dipastikan sepi dari pemukiman. Terlihat sisi kiri ada banyak hutan dan didepannya ada lapangan kosong. Seakan Rahandi telah mempersiapkan sesuatu hal buruk pada Reyhan.Rahandi maupun Viona turun dari mobil dan secara terang-terangan memperlihatkan wajah mereka. Seakan mereka menantang Reyhan. Tanpa basa-basi, Rahandi pun memanggil Reyhan dengan suara angkuh.“Saya tau kau telah mengikuti saya sedari tadi. Kau... Putra pewaris dari kakakku Tuan Harizon!” seru Rahandi.“Cepat kau maju dan tunjukkan wajah kau!” tantang Rahandi pada Reyhan.Tidak berselang lama, Reyhan keluar dari persembunyiannya. Rahandi maupun Viona tersenyum sinis seakan mereka sedang meremehkan kehadiran Reyhan.“Rupanya kau cukup pemberani wahai keponakanku” ujar Rahandi.“Hai, apa kamu masih menganggap aku kakakmu? Upz... Aku memang kakak sepupu kamu karena Papa kamu dan Papa a
Reyhan sebelumnya sedang berdiri di pintu dapur. Melihat Viona begitu pucat, Reyhan pun menanyakan hal itu. Viona tertawa canggung karena dirinya tidak mungkin berkata hal yang sebenarnya. Dengan berbohong, Viona pun mengatakan bahwa salah satu temannya sedang masuk di rumah sakit. Reyhan melihat bola mata maupun bibir yang diucapkan oleh kakaknya terlihat bertolak belakang. Namun, Reyhan mengiyakan saja.Dengan cepat, Viona pun bergegas pergi. Sementara itu, tanpa Viona sadari Reyhan juga diam-diam mengikutinya. Selama diperjalanan, Viona mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi sehingga membuat Reyhan sedikit kewalahan untuk mengejar kakaknya tersebut. Dengan rasa penasaran yang sangat tinggi, Reyhan tidak ingin melepaskan Syahnaz yang sedang terburu-buru itu. Reyhan merasa hilangnya Wilona dan Reyna ada hubungannya dengan Syahnaz.Di lain sisi, Wulan mengantar Wilona ke rumah Reyhan. Sampai di sana, tidak ada Reyhan namun ada beberapa teman-teman Reyhan yang belum pulang dari sana
Ketika dokter mengatakan bahwa Reyna hanya mengalami syok ringan, membuat Wulan merasa lebih tenang. Dirinya tidak habis pikir jika Reyna tidak bisa diselamatkan, Wulan pasti benar-benar tidak apa bisa memaafkan dirinya sendiri. Sementara itu, Wilona masuk ke dalam ruangan UGD. Wilona hanya ingin melihat anak itu secara langsung dengan waktu yang lebih lama. “Kenapa aku seperti tidak asing melihat anak ini?” gumam Wilona dalam hati.Wilona meraih tangan Reyna dengan lembut seakan mereka memiliki ikatan batin. Seketika saja Wilona merasa pusing di kepalanya dan terlihat bayangan-bayangan tidak jelas kini muncul begitu saja. Di lain sisi, Wulan masih duduk di luar dengan maksud untuk menenangkan dirinya. Viona melintas dan mereka tidak sengaja saling berpapasan satu sama lain. Wulan yang melihat Viona, seketika dendamnya muncul. Dia berdiri lalu langsung menjambak rambut Viona dengan beringas hingga Viona meringis kesakitan. Andai saja Wulan tahu bahwa wanita yang saat ini dia lawan b
Anisa segera dibawa ke ruang operasi karena kini akan segera melahirkan. Bram dalam pikiran kacau, antara marah ataupun haru semuanya menjadi satu dalam hari yang sama. Reyna diam namun dalam hatinya mendoakan Anisa dan bayi yang dikandung Anisa dapat terselamatkan. Dokter yang telah memeriksanya meminta keputusan kepada bram selaku suami dari Anisa.“Kondisi istri anda sangat lemah dan kami takut air ketubannya kering jika terlalu lama tidak ditindaklanjuti. Apakah anda mengizinkan kamu untuk melakukan tindakan operasi pada pasien?” tanya dokter pada Bram.“Apapun itu dok, asalkan anak saya baik-baik saja” ujar Bram dengan tegas.Bram tidak memikirkan Anisa dan seketika itu juga cintanya telah kandas begitu saja. Viona telah berhasil membuat gram berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya. Viona hanya bisa tersenyum ketika melihat situasi yang sangat indah menurut dirinya. Viona meminta izin untuk keluar dari ruangan kepada Bram sementara Reyna mencoba mengikuti kemana pe
Sebelum Reyhan berangkat bekerja, Viona sudah menyiapkan susu dan roti tawar di meja. Sembari menunggu Reyhan datang, Viona mencoba mengatur senyumannya semanis mungkin. Viona masih berpura-pura menjadi Syahnaz dan ia berniat untuk menghabisi nyawa Reyhan.Setelah menunggu beberapa menit, Reyhan pun lewat dan Viona menyapanya. Matanya terlihat berniar seakan hari ini merupakan hari yang ia tunggu-tunggu sejauh hari.“Reyhan, ayo saran pagi” ajak Viona.“Maaf kak, aku lagi buru-buru” ujar Reyhan yang berjalan ke depan. Viona yang tidak terima lantas berdiri dan mengejar adiknya itu.“Tunggu... !” teriak Viona.Reyhan memberhentikan langkahnya karena Viona kini berada di depan dirinya. Reyhan mengernyitkan dahi seakan memikirkan tingkah laku kakaknya.“Ayo dong kita sarapan pagi!” ajak Viona yang kini terlihat memaksa dan menarik tangan Reyhan agar duduk di kursi.Viona menaruh susu tersebut di samping Reyhan agar Reyhan meminumnya. Dengan santai Reyhan meraih susu itu dan memberikannya
Wulan dan Wilona telah sampai di rumah Wulan. Wulan mempersilahkan Wilona untuk masuk ke dalam rumahnya dan mengajaknya untuk duduk terlebih dahulu di ruang tamu. “Bu Wilona mau minum apa?” tanya Wulan terlebih dahulu kepada Wilona.“Aku minta air putih saja” ujar Wilona yang masih kebingungan.“Baik, Bu. Aku ke dapur dulu” ujar Wulan.Setelah Wilona sendirian di ruang tamu, dia hanya bisa menatap beberapa foto yang terpanjang di tembok. Terlihat, foto seorang wanita sedang menggendong seorang bayi mungil yang lucu dan imut. Wilona dapat mengenali wajah wanita itu yang kini sedang bersamanya. Ya, foto itu adalah Wulan. Namun, Wilona kembali teringat ketika Wulan mengatakan bahwa dirinya tinggal seorang diri. Lantas, Siapa dan dimana anak itu? Wilona nampaknya mulai bertanya-tanya tentang hal itu. Bukan tanpa alasan, Wilona seakan melihat wajah si bayi seperti tidak asing dimatanya. Tidak lama kemudian, Wulan kembali dengan membawa hidangan. Dia memberikan Wilona air putih dan bebera
“Lepaskan aku!” teriak seorang Wanita yang diikat kedua tangannya. Wanita itu tidak lain adalah Syahnaz yang asli.“Inilah akibatnya kalau kamu melanggar perintah!” paman Rahandi berdiri tepat di wajah Syahnaz.Syahnaz menggelengkan kepalanya dan menangis. Ia menasihati papanya agar segera menyerahkan diri ke kantor polisi. Alih-alih Rahandi mau mendengarkan nasihatnya putrinya, yang ada malah menamparnya dengan keras.“Anak tidak berguna!” seru Rahandi.“Tapi untungnya kamu memiliki kembaran yang bisa Papa andalkan” ujarnya.“Pa, mengapa Papa seperti ini? Dulu, aku menjadi jahat itu juga karena didikan Papa. Sekarang aku sadar... Aku telah berbuat dosa dan aku menyesali semua perbuatanku” ujar Syahnaz.“Dulu Papa memuji kelicikanmu. Sekarang kamu telah menjadi wanita lemah... Papa berharap Viona akan menggantikan posisimu yang dulu” ujar paman Rahandi sembari berlalu.Di tempat yang berbeda, Viona yang kini menyamar sebagai Syahnaz tengah asyik bermain ponsel hingga ia tidak sadar ba
Hari sudah gelap dan kini Reyhan sudah berada didepan rumah. Sementara Syahnaz menghampirinya dengan tersenyum lebar. Setelah Reyhan sudah dekat dengan dirinya, Syahnaz pun menyapa.“Habis darimana kamu?” tanyanya santai.Reyhan tidak menggubris dan memilih masuk kedalam rumah. Terlihat, Syahnaz mengernyitkan dahinya ketika dirinya diacuhkan oleh Reyhan. Lalu dia menutup kembali pintu tersebut dan menuju ke dalam kamar tidur. Reyhan merebahkan tubuhnya ke kasur. Wajahnya lesu dan matanya menatap atap langit. Tak terasa butiran air mata jatuh membasahi pipinya. Reyhan yang hampir tidak pernah menangis kini berhasil mengeluarkan air matanya.Dia menatap foto pengantin yang terlihat begitu mesra. Reyhan ingat ketika itu ia begitu bahagia bersama diriku di hari istimewa mereka. Namun kini, semuanya pudar. “Wilona, dimana kamu berada? Maafkan aku bila aku tidak sempat menolongmu waktu itu. Wilona sungguh tidak becus menjadi seorang suami hiks” gumam Reyhan.Malam ini, Reyhan tidak bisa ter
Sudah satu bulan lamanya Wilona tinggal bersama ibu Tuti dan Adi. Selama satu bulan itu juga aku tidak kunjung mengingat ingatan Wilona kembali. Hingga ibu Tuti berkata secara terang-terangan kepada Wilona, beliau ikhlas bila menganggap Wilona sebagai anaknya. Hal itu berarti, Wilona harus mengikhlaskan masa lalu yang tidak Wilona ingat dan kembali membuka lembaran baru. Antara senang dan sedih kini bercampur aduk dihati Wilona. Senang karena ibu Tuti begitu baik padaku dan sedih karena Wilona meninggalkan keluarga kandung Wilona. Ibu Tuti menyisir rambut Wilona yang hitam dan lebat. Dia memuji rambut Wilona yang katanya bagus dan Wilona hanya membalasnya dengan senyuman terbaik. Wilona yang tidak ingat nama sendiri kini telah memiliki nama yang baru. Yakni Andini, nama yang anggun dan Wilona menyukainya. Ibu Tuti telah selesai mengikat rambutku dan sekarang menyuruh Wilona untuk beristirahat. Sementara dirinya kembali sibuk dengan urusan pertanian. Sebenarnya Wilona ingin membantu i