Bab 15. Main cantik menghadapi pelakor.Lama aku melihat Mas Alfi duduk termenung di ruang keluarga.“Put, aku akan pergi lagi. Kamu hati hati di rumah.” Ujar Mas Alfi di balik pintu kamar kami.“Terima kasih telah menjadi istri yang baik untukku, ibu yang bijaksana untuk anak-anakku. Maafkan Mas yang selalu menyakitimu, Putri.” Setelah berkata demikian Mas Alfi berlalu dari rumah kami.Deru mobil yang terekam di Indra pendengaranku menjadi bukti jika Mas Alfi sudah benar-benar pergi bersamaan dengan suara mesin mobil yang semakin menjauh.Aku merasa tangan tak kasat mata sedang meremas hati dan jantungku. Kini aku sadar siapa yang dicintai oleh Mas Alfi. Selama ini aku terlalu menutup mataku sehingga aku tidak menyadari jika diriku ini hanya dijadikan sebagai tempat cadangan. Jika Mas Alfi telah bosan berada di luar, di saat itulah dia akan pulang ke rumah menghampiriku. Padahal aku ini adalah istri sahnya.Sesak di dada menjadi teman baikku saat ini. Cairan bening yang keluar da
bab 16. Kekecewaan Mas Alfi Setelah puas memanasi Mutia dengan memeluk Mas Alfi posesif aku menerbitkan seringai tipis di wajahku tanpa ada yang menyadari bahkan Mutiara yang sedang menatapku saja tidak bisa melihat seringai itu. Aku menarik diri dari pelukan Mas Alfi, lalu menatap suamiku dengan sendu. “Aku akan mundur Mas, jika itu bisa membuat kamu bahagia. Bukankah cinta tidak mesti memiliki. Aku tidak bisa memaksa kamu untuk terus berada di sisiku sementara hatimu berada kepada wanita lain,” ucapku lirih. Entah dari mananya berasal, tiba-tiba mataku terasa mengembun. “Aku siap kapanpun kamu menceraikan aku,” imbuhku dengan wajah tertunduk. Tes Begitu aku mengedipkan mata cairan bening pun mengalir indah di pipi mulusku “Aku juga tidak akan menuntut apapun dari kamu. Semoga kamu bisa bahagia bersama dirinya Mas,” aku kembali mengangkat wajah untuk menatap as Alfi dengan senyuman yang aku paksakan dan air mata yang terus mengalir di pipi mulusku. Aku pun melepaskan pelukanku
BAB 17. Menata HatiAku melihat Mas Alfi menggempalkan tangannya mana kalah mendengar jawaban dari Mutia. Aku mengukir senyuman tipis yang bahkan tidak ada yang tahu.“Aku tidak munafik seperti Putri. Aku sesuai realita, apa-apa sekarang itu butuh duit Mas bukan butuh cinta. Jika tanpa uang cinta pun tidak mampu bekerja. Ingat itu Mas,” cicit Mutia.“Jadi kamu tidak mau berjuang dari nol bersamaku?” Tanya Mas Alfi sekali lagi untuk memastikan. Aku melihat rahang Mas Alfi yang mengaras tanda ia sedang menahan emosi, terlebih matanya yang memerah membuat tampilannya begitu angker.“Maaf Mas Aku tidak mampu. Hidupku selama ini sudah susah. Aku menikahimu supaya bisa merubah kehidupanku untuk lebih baik bukan malah memperburuk suasana,” ucap Mutia jujur.“Kamu yakin sama keputusanmu itu?” kembali Mas Alfi melontarkan pertanyaan.Aku hanya bisa mencibir dalam hati. Sudah jelas wanita itu tidak tulus mencintainya, tapi seolah Mas Alfi buta dan begitu mengharap wanita itu untuk berada di
Detik yang terus bergerak membentang jarak, jam pun terlewatkan tanpa disadari.Aku mencoba melewati hari-hariku dengan senyuman yang terus menghiasi bibirku meskipun hati ini sedang menjerit kesedihan.Sudah sebulan setelah Mas Alfi keluar dari rumah kami setelah perdebatan antara aku, Mutia dan juga dirinya.Mas Alfi juga tidak pernah memberikan nafkah untukku dan juga anak-anak. Karena kehilangan arah, Aku memutuskan untuk menggadaikan BPKB mobil Mas Alfi yang sudah berpindah nama ke atas namaku di pegadaian terdekat. Aku tidak mungkin kembali berutang kepada tetanggaku atau keluargaku mengingat begitu banyak hutang ku saat ini yang sudah berserakan. Setelah melunasi sebagian hutangku, Aku menggunakan uang sisa dari hasil Pegadaian BPKB mobil Mas Arfi sebagai modal untuk aku membuka usaha kecil-kecilan. Aku harus terus menunjangan hidupku dan juga anak-anakku dalam mengisi lambung negara.Aku membeli sebuah gerobak dorong untukku berjualan nasi uduk dengan lauk ayam geprek. M
Bab 19. Alvi POV Alfi POV Putri adalah wanita yang sudah menemaniku kurang lebih selama 15 tahun. Jujur aku begitu mencintai Putri. Aku jatuh cinta kepada istriku pada pandangan pertama belasan tahun yang silam.Putri yang memiliki tubuh semampai dengan body bak gitar Spanyol ditambah surai hitam legam yang ikal bergelombang menjadikan dia ciptaan Tuhan yang sempurna. Bola mata hitam pekat dan bulu mata yang lentik membuat ia terlihat begitu cantik meskipun tanpa polesan make up.Namun, aku hanyalah manusia biasa yang tidak pernah mengenal yang namanya puas dan cukup.Putri wanita yang sabar dan juga tegar. Yang merupakan sosok wanita idaman karena selalu berperilaku lembut. Putri juga merupakan wanita yang penurut dan tidak banyak menuntut. Aku begitu beruntung karena menjadi laki-laki yang bisa menaklukkan hatinya.Putri selalu mengutamakan aku dan juga anak-anakku ketimbang dirinya sendiri. Karena terlalu sibuk mengurusi aku dan anak-anakku hingga membuat Ia lupa mengurusi dirin
Aku nggak ada ngelakuin apa-apa. Memangnya dia ngadu apa sama kamu?” tanya Putri masih dengan santainya. Aku tidak melihat ada sedikit pun kegetaran pada diri istri sahku itu. Aku sudah begitu murka dan penuh emosi, tapi Putri begitu santai seolah tidak terjadi apapun. Kelakuan Putri yang seolah tak bersalah dan tidak terjadi apapun itu semakin membuat aku berang. “kamu akan menyesal karena sudah mengusik Mutia,” tegasku kemudian langsung berlalu meninggalkan istri sahku itu dengan emosi yang membuncah di dalam diri. Tujuan ku saat ini hanya satu, yaitu menemui Mutia sang pujaan Hati yang sudah membawa separuh nafasku. Aku melajukan mobilku dengan kecepatan penuh berharap segera sampai di kediaman Mutia. Aku memarkirkan mobil dengan asal karena terburu-buru menyusul Mutia yang langsung memasuki rumahnya ketika melihat kedatanganku. “sayang buka pintunya. Aku minta maaf atas kelalaianku tadi. Aku mohon kamu jangan kayak gini dong. Aku nggak bisa bernafas dengan teratur Jika kamu
Bab 21Lama aku terpaku ketika Putri membuka pintu rumah kami saat aku pulang untuk menjenguk anakku yang sedang sakitPenampilan Putri hari ini benar-benar berbeda dan membuat aku terhipnotis olehnya. Sungguh bidadari surgaku ini masih sangatlah cantik.Seketika aku melupakan niatku untuk meminta izin menikah lagi dan ancaman yang disarankan oleh Mutia.Untuk saat ini hanya ada satu yang terbersih di benakku yaitu membawa sang istri ke tempat peraduan kami untuk menuju nirwanaPutri yang selama ini hanya berkutat di dapur dan sumur hanya dengan menggunakan daster, kini sudah menjelma menjadi sosok bidadari yang begitu anggun dengan polesan make up tipis. Putri juga mengganti model rambutnya entah kapan wanitaku itu ke salon.Ada sedikit yang mengganjal dari pikiranku, sudah sekian lama aku tidak memberikan Putri uang, tapi dari mana ia bisa mendapatkan duit untuk perawatan ke salon? Namun, bodo amat dengan hal itu yang jelas aku senang melihat istriku cantik seperti saat ini. K
“Baru Hari ini aku menghidangkan air mineral di pagi hari untuk kamu, tapi kamunya udah semarah itu, lalu bagaimana dengan aku dan anak-anak yang terkadang hanya makan nasi dengan garam ditambah dengan dorongan dari air mineral agar nasi itu mudah mengalir di tenggorokan? Pernahkah kamu membayangkan bagaimana pedihnya hari-hari kami tanpa sepeserpun nafkah yang kau berikan untuk kami? Apa kau pernah membayangkan bagaimana menderitanya hidup aku Dan anak-anak? Apa kamu tahu bagaimana keadaan mental mereka karena memiliki orang tua yang tidak bertanggung jawab?” Putri menyeka kristal bening yang mulai membasahi pipinya.Setiap rangkaian kata yang keluar dari bibir Putri begitu menyayat hati. Sungguh memilukan. Aku benar-benar menyesal atas semua keegoisanku yang mengabaikan anak dan istriku.“ Mereka hanya bisa menatap nasi putih bercampur garam dengan lintangan air mata karena apa? Karena papanya nggak bertanggung jawab. Namun, aku bersyukur karena aku mampu mendidik anakku untuk tid
Kegilaan Sang Mantan“Ketahuilah wahai mantan, memaafkan itu bukan berarti melupakan. Aku memang sudah memaafkanmu, tapi bukan berarti aku melupakan semua perlakuan yang pernah kau lakukan kepadaku. Pengkhianatanmu itu tidak akan pernah terlupakan, bahkan hingga nyawa berpisah dengan raga sekalipun. Tidak ada hal yang paling menyakitkan di dunia ini melebihi sebuah penghianatan,” sarkasku.Mata ini memancarkan gejolak amarah di dalam kalbu.“Tidak semuanya salahku, Put. Andai Kau mau sedikit berbaik hati dan sikap lembutmu itu benar adanya tanpa dibuat-buat, aku pasti tidak akan meninggalkanmu. Namun, kamu tak sebaik yang aku kira, Kau sengaja mencampurkan obat perangsang dan obat tidur ke dalam minumanku dan menyuruhku menandatangani semua berkas itu disaat aku hilang kendali dengan dalih berkas milik anak-anak yang membutuhkan tanda tanganku.” Ujarnya. Raut kecewa tercetak jelas di wajahnya.Pastilah dia sadar setelah semua yang terjadi, tapi tidak apa-apa karena tetap akulah yang
Diluar prediksi BMKG Ternyata semua tak sesuai ekspektasiku yang terlalu berlebihan. Lelaki yang sudah menjadi mantan suamiku itu, kini berlutut di hadapanku dengan wajah memelas.Syok, itulah yang saat ini kurasakan. Kira-kira apalagi yang ia inginkan dari diri ini?Aku melongo di tempat tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Tidak menghentikan aksinya tidak boleh membenarkan apa yang ia lakukan. Dalam sekejap perbendaharaan kosa kata ku hilang tak bersisa.Mas Alfi mencoba meraih tanganku, tapi secepat kilat aku menarik tanganku dan menjauh dari jangkauan tangan laknat Sang mantanku itu.Dia menunduk sejenak, memasang wajah penuh penyesalan. Dengan gerakan slow motion Ia mengangkat kepalanya, menatap ke arahku, tatapan yang sulit untuk di artikan.“Maafkan aku Put! Bisakah kita memulai semua dari awal? Aku tahu aku salah, aku tahu aku sudah begitu menyakitimu, melukai perasaanmu dan juga anak-anak. Namun, setiap manusia pasti memiliki kesalahan, karena no body is perfect. Di setiap k
Hari yang terus bergulir dari waktu ke waktu. Banyak cerita yang kita lalui, ada luka dan juga bahagia di dalamnya.Beberapa hari belakangan ini hidupku cukup damai karena tidak ada yang menerorku dan tidak ada pula yang membuntutiku seperti beberapa hari yang lalu.Aku menjalani rutinitasku sebagaimana biasa. Pagi hari mengantar kedua buah hati menuntut ilmu, dan setelah itu lanjut ke kantin untuk mengumpulkan kepingan-kepingan rupiah.Mas Farid dan Lucas juga sering bertukar kabar denganku. Malam minggu ini aku mendapat undangan makan malam bersama Lucas. Entah mimpi apa bocah itu hingga mengajakku makan malam berdua saja, dan lebih anehnya lagi, katanya Mas Farid akan mengajak Aldo dan Aris ke fun game.Membinggokan tingkah dua serangkai itu. Entah kejutan apa yang mereka rencanakan?Alasan mas Farid mengajak Aldo dan abis main, karena dia tidak bisa ikut kami healing weekend ini, cukup masuk akal.Sementara alasan Lucas mengajakku makan malam berdua karena ada hal penting yang i
HebohAku terperangan mendengar jawaban dari Putra sulungku itu. Dia memang selalu membuat aku Culture shock. Belum hilang syok yang semalam, sekarang ia kembali membakit adrenalin dalam diri ini.Aku sudah tidak lagi menimpali Aldo karena berdebat dengannya yang ada hanya akan menguras energiku saja. Pasti akan ada saja alasan darinya. Aku memilih masuk ke dalam mobil dan menunggu mereka di sana.Anakku Memang sudah benar-benar gede sekarang. Anak seusia Aldo memang usia yang lagi gila-gilanya anak mencari jati diri. Mereka selalu penasaran dengan semua hal dan selalu ingin mencoba semua hal baru.Berawalnya kenakalan remaja itulah ketika anak-anak seusia Putra sulungku. Aku memijat pelipis, membuang nafas kasar, aku harus semakin memperbanyak stok kesabaranku dalam menghadapi tingkah anak yang mulai menginjaki usia remaja ini.Tidak boleh terlalu dikekang dan juga tidak boleh terlalu dibebaskan karena kedua hal itu akan berakibat fatal bagi anak-anak seusianya.‘Ya Allah, bimbing a
Tingkah Aldo Setiap sebulan sekali aku memang selalu mengadakan jalan-jalan bersama dengan para karyawanku. Tujuanku untuk mempererat hubungan emosional diantara kami, selain partner kerja. Mereka selalu antusias setiap kali kami melakukan trip. Aku bangga karena Kami selalu bisa bekerja sama dalam tim. Mereka sering curhat denganku. Mereka juga selalu berdiri di gardan terdepan setiap kali ada orang yang mengusikku. Karena adanya mereka Reno tidak pernah menemuiku di rumah sakit. Lelaki itu trauma karena pernah diulti oleh para karyawanku. “Put, aku ikut,” ucap Lucas. “Oke. Jam 08.00 harus sudah stand by di sini,” jawabku. “Om baik nggak ikut?” tanya Aris penuh harap. Aku melihat mas Farid hanya diam saja ketika Lucas sibuk berceloteh tentang rencana healing kami minggu depan. ”Om baik enggak bisa ikut, ya?” Tanya Aris penuh perhatian. Mas Farid mengulas senyuman tipis sebe
Reno kena ulti“Ada apa sayang? Apa tamunya mencari Om?” Tanya Mas Farid yang sudah berdiri di belakang Aldo.Aku tersadar dari lamunan ketika bariton seksi itu masuk ke dalam indra pendengaranku.Reflek tanganku terulur ke dada, merasakan detak jantung yang tidak seperti biasanya.“Paman ini menanyakan Om,” jawab Aldo.Iris hitamnya menatap tajam ke arah Reno, mengintimidasi, lalu dagunya terangkat seolah bertanya ada keperluan apa lelaki itu mencari dirinya.Reno meneliti penampilan Mas Farid dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Reno menelan salivanya secara paksa. Pasti setelah ini ia akan mundur alon-alon karena tidak mungkin bersaing dengan pria yang memiliki kharisma awut-awutan seperti Mas Farid.“Selamat malam,” ucap Reno kiku. “Malam! Ada keperluan apa anda mencari saya?” tanya mas Farid to the point. Aku yakin pemilik mata hitam legam itu sengaja memojoki Reno.“kenalkan aku Reno, pamannya Aldo.”“Oh, paman Aldo? Ada keperluan apa mencari saya? bukannya Aldo ada di dep
Absurd Mas Farid berdecak sebal ketika melihat siapa gerangan tamu yang datang. Sementara aku, aku hanya bisa tertawa melihat tingkah keduanya. “Jadi Lo begitu susah dihubungi karena sedang ngantem di sini? Feeling ku memang tidak pernah salah,” ucap laki-laki yang baru sampai itu. “katanya lu mau keluar kota, tapi kenapa malah ke sini?” jawab Mas Farid, menatap sinis ke arah rivalnya itu. “Feeling gua mengatakan kalau gue harus melindungi calon bidadari surga gua dari seorang pria lapuk,” jawab Lucas. “Lu tahu, Putri sendiri yang meminta gua ke sini untuk barbeque. Lo itu tidak diundang dan tidak diharapkan karena hanya akan menjadi pengganggu,” ujar Mas Farid sadis. Tatapan permusuhan Lucas layangkan untukku. Aku tergelak melihat Lucas misuh misuh. “Katanya kamu mau ke luar kota, makanya aku enggak ngehubungi kamu,” ucapku. “Udahlah Put jujur aja kalau kamu sengaja mengadakan barbeque di saat enggak ada Lucas supaya tidak ada penggagu diantara kita,” Mas Farid masih betah me
Putri POVSepertinya mulai hari ini, hari-hari tenang dan damaiku akan kembali terusik oleh seseorang yang sudah memberi trauma yang mendalam bagiku. Kembali bertemu dengannya bagaikan mimpi buruk untukku.Di weekend yang berbahagia ini ia sudah merusak mood ku pagi pagi sekali. Feeling ku memang tepat sasaran.Entah apa salahku kepadanya hingga ia tidak pernah membiarkan aku hidup tenang dan bahagia.Gangguan dari orang lain mungkin mudah aku atasi karena mereka memang tidak pernah memiliki hubungan apapun denganku. Namun, berbeda dengan mas Alfi yang notabenenya mantan suamiku, terlebih diantara kami memiliki dua putra yang membuat kami pasti akan selalu berhubungan.Cinta untuknya memang sudah tidak lagi kumiliki, tapi goresan luka yang pernah ia berikan akan selalu terbayang setiap kali melihat wajahnya.Selama ini begitu sulit aku berjuang seorang diri untuk menyembuhkan luka itu dan terlihat baik-baik saja. Namun, ia datang dengan mudah dan membangkitkan kembali luka yang sudah
Kembali ke nolAku tersenyum sinis, menatap jijik ke arah wanita yang masih berstatus istriku.Kepingan-kepingan ingatan masa lalu masuk ke dalam memoriku. Beberapa kali aku pernah mendapati motor Deni berada di depan rumahku. Setiap kali motor itu terparkir di sana pasti jendela kamar kami terbuka lebar. Tidak lama setelah kepulanganku pasti motor itu sudah tidak ada lagi di sana.Kenapa selama ini aku tidak sadar ya? Aku memang terlalu bodoh dan dibutakan oleh cinta kepada Mutia. Padahal jelas-jelas sebelum aku di penjara aku begitu mencurigai motor yang terparkir sesaat itu. Setiap kali aku ingin bertanya kepada Mutia itu motor siapa? Pasti motor itu sudah tidak ada lagi setelah aku masuk ke dalam sebentar.Oh, bodohnya diriku. Entah mereka yang begitu pandai menyembunyikan semuanya atau aku yang memang bodoh dan ceroboh?Aku berderap, mengikis jarak di antara diriku dan Mutia.“Membalas Budi katamu?” Lagi aku menarik sebuah sudut bibirku ke samping.“Harusnya aku membunuhnya tad