PoV Janah”Sah."Kata yang satu ini sudah lama aku impikan. Beberapa bulan lalu aku resmi menjadi menantu kiyai. Seorang pemimpin sekaligus pemilik pondok ternama dan terbesar.Bahkan banyak cabangnya.Apakah ini kebetulan? Tidak. Bahkan semua ini terlalu naif jika dikatakan rencana Tuhan. Karena ini adalah rencana yang kita rencanakan. Ibarat melangkah di atas ranjau.Setelah penantian yang panjang dalam waktu yang sangat lama. Akhirnya ini berhasil dilakukan. Bahkan aku tidak perlu bersusah payah untuk menyingkirkan istri pertamanya.Entah karena Mas Fahmi b*doh. Atau karena dia yang terlalu percaya dan rasa cintanya padaku yang teramat besar. Yang jelas semua itu membuat jalanku semakin mulus. Sangat lancar.Tanpa perlu bersusah payah, aku sudah mendapatkan buah hati dari orang yang dulu yang kucintai. Mas Gilman.Meskipun awalnya pusat perhatian hanya terarah kepada Mbak Sinta, istri pertama Mas Fahmi. Tapi semuanya langsung terarah padaku.Walaupun Mas Gilman tidak. Tapi aku tida
Untuk kali ini aku mendukung Zainab. Pertanyaannya langsung membuat Janah seakan kehilangan bibir untuk berucap.Aku masih menunggu dengan tenang bagaimana Janah akan menjawab pertanyaan Zainab kali ini.Ayolah, Janah segara jawab. Karena cepat atau lambat, rencana busuk kalian tetap akan terbongkar.Detik demi detik berlalu tapi yang ada hanyalah keheningan. Padahal aku sangat berharap semuanya berakhir di sini.Yang paling membuatku marah dan rasanya ingin sekali mengusirnya ketika dia mengatakan 'Sinta mandul'. Padahal dia sendiri sudah mengetahui bahwa aku yang mandul bukan Sinta.Tapi ustadz Rahman dan ustadz Zen curiga kalau Janah dan ustadz Hanafi hanya asal menebak. Sebenarnya mereka tidak tahu kalau aku yang mandul.Mereka hanya ingin menyebarkan isu dan membuatku tidak bisa berkutik. Tapi rasanya aku tidak mampu untuk mengambil keputusan.Entah kenapa ada rasa takut disetiap aku berniat untuk menalak Janah.”Em, itu, itu," ucap Janah. Sepertinya kali ini dia sendiri tidak ta
Menyesal usai talakPoV Sinta.Cinta pertama kulabuhkan kepada seorang suami yang bahkan baru kukenal usai ijab qobul.Lelaki itu juga terlihat sangat mencintaiku caranya memperlakukan diriku bagai ratu.Tapi sayangnya, cinta itu tidak bertahan lama. Hanya berumur dua tahun saja.Ketika aku sudah mulai membuka hati kembali untuk sahabat masa kecilku. Lagi-lagi dia menghianatiku.Aku tidak ingin ada dua wanita yang terluka. Lebih baik mengalah dan menjauhi duri daripada mengambil resiko akan terkena ketajamannya.Keadaannya terasa semakin rumit. Aku tidak tahu bahwasanya Rayhan bukanlah orang yang dijodohkan denganku.Apalagi jika Pak Sultan, pimpinan dari tempatku bekerja ternyata adalah seseorang yang selama ini sangat mengenalku."Katanya Ayah perlu bicara!" Ucap Bunda diluar pintu yang kebetulan tidak kututup."Masuklah, Bun." Aku mempersilahkan."Tidak. Turunlah. Temui Ayah dan nak Sultan dibawah. Hargai pengorbanannya," lirih Bunda.Jujur aku tidak tega jika wanita hebat ini memo
Jakarta"Aku tidak ingin keluar negeri, Bunda. Inginku bisa menenangkan diri di sini," pinta Rayhan dengan penuh harap.Kesalahannya yang selalu membela Renata membuat sang Bunda sangat kecewa. Terlebih lagi mereka bisa bertahan hidup sampai sekarang karena bantuan dari Sultan.Awalnya Rayhan dan Bundanya Dina hidup luntang-lantung di jalan. Tidak jelas kemana arah dan tujuannya.Tapi kehidupan mereka langsung berubah ketika bertemu dengan kiyai Abdullah.Meskipun dengan beberapa permintaan, tapi beliau tidak menuntut Bunda Dina dan Rayhan wajib melakukannya.Berhubung Bunda Dina tidak mau menerima begitu saja, beliau menyetujui syarat yang diberikan oleh kiyai Abdullah. Yaitu menjaga dan merawat Sultan ketika jauh dari pondok.Rayhan sudah melupakan kejadian itu. Pasalnya memang terjadi belasan tahun silam. Tepatnya waktu dirinya berusia tiga tahun sementara Sultan delapan tahun.Sultan memang anak yang cerdas. Diusianya yang baru saja menginjak anak-anak harus kehilangan sahabatnya
Fahmi menatap tajam ke arah Janah yang mengenakan pakaian kesayangan Sinta."Aku tidak suka kamu berani membuka privasi diriku!" ucap Fahmi dengan nada yang sedikit tinggi. Pasalnya dia tidak menyangka kalau Janah akan mengobrak-abrik isi lemarinya."Biarkan. Aku akan membuatmu melupakan wanita itu," balas Janah tajam."Cukup, Janah. Jangan uji kesabaranku!" Ucap Fahmi tajam dengan tangannya yang mencengkram pundak Janah kuat."Aku tidak akan melakukan ini, Mas. Jika kau melupakan wanita itu.""Bagaimana mungkin aku bisa melupakan wanita yang kucintai.""Kamu tidak boleh egois, Mas. Aku yang istrimu. Jangan bawa wanita lain ke dalam rumah tangga kita," Janah tidak kalah emosi melihat suaminya masih sangat mendambakan Sinta.Awalnya Janah hanya berniat balas dendam kepada Fahmi dan keluarganya karena telah membuat dia menunggu pinangan. Tapi akhirnya yang dipinang Fahmi bukanlah dirinya, melainkan Sinta.Baik Janah maupun ustadz Hanafi awalnya tidak berniat untuk melakukan kejahatan ap
PoV Sinta"Kenapa tidak bicara? Apa karena dalam hatimu tidak ada yang bisa menggantikan posisi ustadz Fahmi?" tanyanya yang lagi-lagi membuatku naik darah."Bagaimana aku bisa bicara jika kau terus mengoceh seperti itu," ucapku jengkel."Maksudnya?" tanyanya dengan memasang wajah polos. Sepertinya dia memang buka seorang pimpinan. Bagaimana mungkin hal ini pun dia tidak faham."Cintaku padanya sudah hilang. Seiring dengan penghianatan yang dia lakukan," lirihku yang akhirnya memilih jujur untuk mengungkapkan."Jadi kamu menerima lamaranku?" tanyanya semangat dengan penuh rasa percaya diri. Matanya menatapku lekat."Siapa bilang. Emang kapan Bapak pimpinan melamarku," godaku padanya."Jika kau meminta, aku akan melamarmu saat ini juga. Jangan panggil Bapak. Sebut saja namaku. Dan ya, jangan biarkan dirimu larut dalam kesedihan. Biarkan diriku membahagiakan hati, jiwa, dan ragamu," jelasnya panjang sambil menyematkan cincin dijari manis kiri."Tapi aku belum mengatakan setuju?" ucapku
"Pikirkan baik-baik. Jangan membuat Sultan menunggu lebih lama," ucap Ayah mengingatkan.Aku hanya mengangguk."Apa masih mencintai Fahmi?" tanyanya yang membuatku kaget."Itu tidak mungkin!""Entah kenapa Ayah berpikir begitu. Tapi jika memang masih, tidak apa. Sultan bersedia menjadi muhallil. Jika kalian memang ditakdirkan bersama, maka tidak akan ada yang bisa memisahkan," jelasnya.Aku tidak tahu kemana perasaanku tertuju.Dulu aku memang sangat mencintai Mas Fahmi. Tapi rasa itu seakan pudar dan hilang ketika melihatnya yang kukuh mengatakan mencintai wanita lain.Aku bisa apa.Rasa ini terkikis dengan sendirinya.Bunyi notif pesan membuat sadar.Aku begitu kaget melihat isi pesan nomor yang tidak kukenal itu.Janah. Dia mengajakku bertemu tepat jam tujuh malam ini."Ada apa?" tanya Ayah yang ternyata masih di sini."Janah mengirimkan pesan. Dia mengajakku bertemu di depan malam ini," jawabku jujur."Kenapa harus diluar? Kirimkan pesan padanya datanglah ke sini. Tidak perlu khaw
”Aku tidak tahu, Mas. Tapi jika aku berada di posisi Mbak Sinta, tentu saja tidak akan. Apalagi jika Mas bersikap tidak adil," jawab Zara lirih.Sebenarnya dia tidak enak mengatakan itu. Tapi hati kecilnya berkata harus menjawab pertanyaan Fahmi."Maafkan aku, Mas. Kenyataan memang menyakitkan," ucap Zara tidak enak hati."Tidak apa. Kenapa minta maaf? Aku merasa tidak pantas menjadi Mas mu, Zara. Pikiranmu sangat dewasa," ucap Fahmi dengan nada yang sedikit bergetar."Kedewasaan itu tidak bergantung kepada usia. Jangan salahkan diri Mas sendiri. Bukalah lembaran baru," ucap Zara menyarankan.Fahmi mencoba memahami perkataan Zahra.'Apa aku harus mencoba membuka hati untuk Janah? Tidak mungkin. Dia bukan gadis yang baik. Kecuali dia mau berubah. Allah saja maha pengampun, kenapa aku tidak.' batinnya mencoba menenangkan diri.”Mungkin Mbak Sinta bukanlah jodoh Mas," lirih Zara lagi.”Tapi Mas yakin Mba Sinta tidak seperti itu. Rasanya pada Mas sangat dalam,” ucap Fahmi yakin. Dia masih
"Siapa orang jahat yang punya kemungkinan untuk melakukan rencananya?" Pak Adam tiba-tiba mendekat ke arah sang menantu yang serang stress karena menunggu proses istrinya yang tengah melahirkan."Loh, katanya Papa gak bisa dateng?" Sultan malah balik bertanya."Tidak mungkin Papa tak datang di saat Papa tahu kamu akan sibuk ke siapa setelah anakmu lagi." Pak Adam berdecak kesal."Tentu saja aku akan sibuk mengurus Sinta. Perihal anak, bisa punya lagi nanti. Kalau istri, tidak akan ada," jawabnya asal tetapi hal itu memang sudah diperkirakan oleh Pak Adam dan istrinya."Baiklah, sekarang jawab pertanyaanku yang tadi. Siapa orang yang punya kesempatan untuk melancarkan aksinya.""Renata," jawab Sultan cepat. "Aku mendapatkan laporan bahwa dia bertukar peran dengan kembaran yang sudah lama tidak diketahui identitasnya. Akan tetapi, orang itu bersedia untuk bekerja sama denganku. Jadi Papa tidak perlu khawatir.""Tetap saja kita harus waspada, karena boleh jadi dokter yang ada di dalam j
"Benarkah hari ini dia melahirkan?" Renata yang sudah terlepas dari orang-orang yang mengurungnya di sebuah rumah tua mulai siap dengan rencana-rencana jahatnya.Bahkan, dia sudah mengganti dirinya dengan saudara kembar yang bahkan tidak tahu apa pun. Saudara yang menyayanginya dengan tulus, dia manfaatkan begitu saja.Setelah mendengar kenyataan bahwa ternyata dirinya bukan berasal dari keluarga kaya yang terhormat, dia langsung kecewa dan marah besar. Rupanya dia hanya anak angkat keluarga konglomerat, itu pun secara tak sengaja.Hal itu membuat dendam Renata semakin menjadi, tidak hanya kepada Sinta, namun juga Sultan. Kali ini dia berniat untuk membuat semua orang yang sudah membuatnya kecewa untuk membayar perbuatannya."Wah, betapa bahagianya aku karena pasangan yang aku anggap musuh akan segera mendapatkan rezeki nomplok. Enaknya aku melakukan apa, ya? Setidaknya sampai kedua orang itu tahu bahwa aku masih hidup," ucapnya girang.Saat ini, dia tengah berbicara di telepon denga
Setelah beberapa hari dari pernikahan pasangan ’double S', hati Fahmi merasa tidak tenang. Dia merasa tidak enak kepada Habibah, adiknya ustadz Rahman sekaligus teman bermainnya sejak kecil.Tapi secara tiba-tiba, ustadz Rahman mengabarkan kalau Habibah sudah meninggal. Mereka semua terdiam dalam jangka waktu yang lama. Antara percaya dan tidak percaya.Alasan dibalik orangtunya dulu menjodohkan dengan Janah, tapi malah menikahkan Fahmi dengan Sinta karena Fahmi masih belum bisa mengambil keputusan.”Jadi bagaimana?" tanya Abah pada Fahmi yang masih saja diam menunduk. Semua keluarganya masih tidak ada yang berani bicara, sebelum Fahmi mengambil keputusan."Apa aku pantas?" Akhirnya dia bicara."Tentu saja. Jodoh adalah cerminan diri. Kau sudah berubah, berarti kau pantas bersanding dengan adikku,” jelas ustadz Rahman."Dulu, kau pernah bekerja sama dengan Renata, tapi sekarang dia dan keluarganya sudah pergi menjauh dari kehidupan kita. Bahkan keluarga Janah sudah mendekam di penjara
Setelah membuat rusuh diwaktu lamaran mantan istriku, Sinta dan Sultan. Aku dibawa secara paksa menuju pondok khusus atas perintah Sultan. Siapa yang tidak tahu pondok khusus ini, aku pun sudah lama tahu.Bahkan selama ini aku selalu mencari-cari orang yang telah mendirikannya dan mengembangkan selama ini.Tapi hal yang membuatku sangat terkejut adalah orang yang kucari selama ini berada dekat denganku. Sungguh malu campur sesal kalau beberapa waktu ini aku sering bertengkar dengannya.Dan sangat membencinya.Tapi aku juga tidak bisa melepaskan rasa tidak sukaku meskipun dia adalah orang yang kucari. Di satu sisi aku bahagia dan bangga, tapi di sisi lain aku kecewa kalau ternyata dialah yang mengambil wanita yang yang dia sendiri tahu jelas kalau aku sangat mencintainya."Apa yang akan terjadi jima rasa bahagia dan kecewa muncul bersamaan?" tanya seorang laki-laki dari arah belakang.Aku sudah tahu siapa orang tersebut meskipun hanya mendengar suaranya."Rasa kecewaku lebih kuat darip
Setelah melangsungkan acara pernikahan, kehidupan Sultan dan Sinta berubah dengan drastis. Awalnya Sinta mengira kalau suaminya itu mungkin mempunyai sifat dingin seperti kulkas bernyawa. Ternyata tidak.Semuanya berada diluar pemikiran Sinta. Ternyata lelaki yang dinikahinya hanya akan dingin pada wanita lain. Jika dihadapkan dengannya, dia akan langsung bersikap seperti anak kecil."Aku tidak menyangka, dua minggu telah kita lewati sebagai pasangan halal," ucap Sultan sambil menatap lekat istrinya. Sementara yang ditatap hanya tersenyum malu.Entah mengapa, wajah Sinta selalu merah jika mendapati Sultan tengah menatapnya. Apalagi posisi kali ini saling berhadap-hadapan. Sangat membuatnya malu dan selalu ingin menghilang saat itu juga.”Kok kamu diam saja?" Sultan merasa heran. Tangan kirinya dia jadikan bantal untuk Sinta dan yang kanan menggenggam kedua tangannya."Aku tidak tahu harus bicara apa," lirih Sinta. Wajahnya terlihat semakin merah."Apa kamu kepanasan? Bukankah AC-nya d
Pak Adam merasa gerah dengan sikap Sultan. Untungnya ia beserta istrinya lekas pulang dan meminta para maid dan bodyguardnya untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya."Siapa namanya?" tanya Bunda Soraya sambil terus menggenggam tangan suaminya, agar bersikap lebih tenang."Sania, Bunda." jawab maid Sandra."Sania?" gumam Pak Adam mengerutkan keningnya. Seperti yang sudah tahu siapa Sania."Ayah tahu?" tanya Bunda Soraya."Sepertinya dia adalah Sania putri Sanjaya yang dia tahun lalu melakukan transaksi dengan keluarga Azki, tapi kedua pihak malah mengalami kegagalan," ucap Pak Adam usai mengingat kejadian dua tahun lalu.Sultan yang sedari tadi sudah berdiri dibelakang sofa tempat duduk kedua calon mertuanya itu akhirnya mengerti alasan Azki berada di rumah ini dan beberapa kali mengelus dadanya."Untung saja," gumamnya lega.Pak ada yang mendengar suara seseorang, langsung menoleh ke arahnya. Matanya menatap tajam Sultan. Sementara orang yang ditatapnya sudah faham maksud dari tatapa
"Lepas!!" teriak Sultan. Suaranya menggema. Para bodyguard dan maid yang mendengar dibuat merinding."Kubilang lepas!!!" Sultan melepas paksa tangan Sania yang masih memeluknya erat dan mendorongnya hingga terhuyung."Kenapa kau bisa begitu tega padaku?" tanya Sania. Dia sebenarnya sudah tahu dengan sikap Sultan yang seperti ini. Tapi keinginannya untuk mempunyai suami seperti Sultan membuatnya tidak akan pernah menyerah begitu saja.”Aku memang tega terhadap semua wanita!" Sultan menyunggingkan senyum yang menakutkan. Tapi Sania malah tersenyum."Kecuali untuk wanita yang tadi kan?" Sania menatap Sultan dengan tatapan mengancam. "Tapi sayang, aku rasa dia lemah dan tidak pantas untuk menjadi istrimu," lanjut Sania.Rahang Sultan mengeras. Tangannya mengepal. Kali ini Sania benar-benar sudah kelewatan. Dia sengaja memancing emosi Sultan."Kau wanita yang tidak tahu malu," ucap Sultan menyeringai."Tangkap wanita ini dan lakban mulutnya!" titah Sultan pada beberapa bodyguard yang sedar
"Apa sebaiknya kita segera mengatur perjodohan untuk Fahmi dan Zahra?" tanya Abah kepada ustadz Rahman. Mereka baru saja keluar dari kelas usai mengajar."Sepertinya itu tidak perlu, Bah. Biarkan Fahmi menjalani kehidupan di pondok khusus untuk sementara. Agar dia bisa belajar dan dewasa dalam menilai hal yang benar dan salah,” tolak ustadz Rahman halus.Baru dia hari Fahmi berada di pondok yang di kelola oleh Sultan. Pondok khusus memang sengaja dibuat untuk mereka yang susah dan keliru dalam menjalani hidup. Seperti tidak bisa membedakan yang benar dan yang salah."Tapi Zahra akan segera dinikahkan dengan orang pilihan saudaranya," sambung Umi yang datang dari arah dapur pondok dengan membawa nampan berisi makanan ringan."Jika kita telat, maka kita harus bisa mengikhlaskannya," lanjutnya dengan raut wajah yang tampak kecewa.Setibanya pulang dari rumah Pak Adam, keluarga Abah dikejutkan dengan datangnya saudara jauh Zahra yang selama beberapa tahun ini tidak pernah datang. Janganka
Ketika Sultan memberikan perintah untuk membawa Fahmi menuju ruangan khusus, tiba-tiba harus terhenti ketika terdengar suara teriakan yang menyuruh untuk menunggu. Padahal Sultan sudah sangat geram dan rasanya tidak baik jika harus terus menunggu.Suara itu juga berhasil membuat semua orang terheran-heran. Tapi tidak lagi ketika mengetahui siapa yang datang.Ustadz Rahman dan keluarga Abah. Termasuk Ratih yang menatap Sultan dengan penuh kebencian."Apa begini sikap dari orang-orang yang mengaku faham agama?" desisnya seolah merendahkan. Padahal dia belum tahu apa yang akan dilakukan Sultan. Tapi sudah berani untuk menilai kalau yang akan dilakukan Sultan adalah hal tidak baik."Kamu yang harusnya jaga sikap, Mbak!" bisik ustadz Rahman. Dia ingin keluar Abah bisa menjaga sikapnya. Karena ada tiga keluarga yang sedang berada di dalam rumah ini dan semuanya bukan orang yang sembarangan. Baik dalam segi agama bahkan dunia. Mereka ad6alah orang yang patuh terhadap sunah dan selalu menebar