Malam itu, setelah berbicara panjang lebar, Reza dan Via sepakat untuk saling mendukung dalam mengungkap misteri di balik pesan dan gosip yang menyelimuti hubungan mereka. Reza bertekad untuk mencari tahu siapa yang mengirimkan foto dan pesan tersebut, sementara Via berjanji untuk lebih terbuka dan tidak langsung menuduh tanpa bukti.
Keesokan harinya, Reza memutuskan untuk mengunjungi kantor tempat Nadia bekerja. Ia ingin berbicara langsung dengan Nadia dan memastikan semuanya jelas, serta mengungkapkan betapa pentingnya kehadiran Via dalam hidupnya. Dengan tekad bulat, ia melangkah memasuki lobi kantor, menyapa resepsionis, dan langsung menuju ruangan Nadia.Setelah mengetuk pintu, Reza masuk dan mendapati Nadia sedang mengatur dokumen. “Reza! Apa kabar? Ada yang bisa aku bantu?” Nadia tersenyum, tetapi senyum itu tampak dipaksakan.“Di sini tidak untuk bercanda, Nadia. Aku ingin berbicara serius tentang foto dan pesan yang beredar,” ujar Reza, langsung tReza dan Via duduk di sofa, suasana tegang menyelimuti mereka. Via menatap Reza dengan raut wajah yang penuh keraguan, sementara Reza mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan segalanya.“Via, aku tahu ini semua terasa sangat membingungkan dan menyakitkan bagimu,” mulai Reza. “Pertunangan antara Nadia dan aku itu… bukan seperti yang kamu pikirkan. Itu adalah bagian dari rencana untuk melawan pamanku, dan aku sama sekali tidak ingin terlibat dalam permainan ini.”Via mengerutkan dahi, berusaha mencerna penjelasan Reza. “Tapi mengapa kamu tidak memberi tahu aku sejak awal? Kenapa aku harus mendengar semua ini dari orang lain dan rumor yang beredar?”Reza menghela napas berat. “Aku… aku takut jika aku memberitahumu, kamu akan merasa tertekan dan terpaksa untuk mengambil keputusan yang cepat. Aku ingin melindungimu dari semua ini. Tapi aku sadar sekarang, itu adalah kesalahan besar.”“Jadi, kamu hanya membiarkanku terjebak dalam kebingung
Reza mengumpulkan keberanian untuk mengakhiri sandiwara yang telah berjalan terlalu jauh. Dirinya tahu, langkah ini akan memicu konflik, terutama dengan keluarga besar Wijaya yang sangat mementingkan reputasi dan kedudukan.Pagi itu, Reza menemui Nadia di kantornya. Nadia menatapnya tajam, sudah tahu apa yang ingin disampaikan Reza.“Jadi, kau benar-benar ingin menghancurkan rencana ini?” kata Nadia, suaranya penuh ketidakpercayaan. “Kita sudah sejauh ini, Reza. Ini bukan hanya tentang kita, ini tentang keluarga, tentang posisi yang harus kau pertahankan.”Reza menghela napas panjang. “Aku sudah mempertimbangkan semuanya, Nadia. Aku tidak bisa terus hidup dalam kebohongan seperti ini. Aku mencintai Via, dan aku memilih hidup bersamanya daripada harus memperebutkan warisan atau menjalani sandiwara ini selamanya.”Nadia tampak marah dan kecewa. “Kau rela meninggalkan semuanya untuk dia? Bahkan saat ini, kau tahu kalau kita berpisah, pamanmu dan seluruh keluarga akan berbalik melawanmu.
Raysa menatap layar televisi dengan tatapan kosong, seakan tak percaya dengan berita yang baru saja dilihatnya. Nama Reza kini menjadi sorotan, dikenal sebagai pewaris tunggal Nikel Wijaya—sesuatu yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Dulu, ia hanya melihat Reza sebagai pria sederhana, dan itu sebabnya keputusan untuk menceraikannya terasa mudah. Tapi kini, mengetahui siapa Reza sebenarnya membuatnya merasa begitu terpukul. Rasa marah bercampur penyesalan mulai menguasai dirinya. Ia menyadari bahwa dengan menceraikan Reza, ia telah melepaskan bukan hanya seorang suami, tapi seseorang yang kini diakui sebagai pewaris salah satu perusahaan terbesar. Raysa merasa tenggelam dalam penyesalan, hatinya berdesir dengan pikiran-pikiran yang semakin menyakitkan. Sambil berdiri tertegun di tengah ruang tamu, ia bergumam pada dirinya sendiri, “Bagaimana aku bisa begitu bodoh? Mengapa aku tidak pernah menyadari siapa Reza sebenarnya?” Seakan ada yang menghantam hatinya, ia mulai menyalahkan
Randi duduk di kursinya, menatap kosong ke layar komputer, tapi pikirannya tidak berada di sana. Bayangan Via dan berita pernikahannya dengan Reza terus mengganggu pikirannya. Selama ini, ia berharap bisa membangun masa depan bersama Via—wanita yang ia cintai sejak hari pertama bertemu di bangku kuliah. Namun, semua harapan itu kini pupus, bagai runtuh oleh kenyataan bahwa Via telah memilih pria lain.Hatinya terasa berat, dan setiap kali ia mencoba menerima kenyataan, rasa pahit itu semakin kuat. Selama bertahun-tahun, Randi menjadi sahabat dan pendukung setia Via, berharap bahwa suatu hari nanti Via akan melihatnya lebih dari sekadar teman. Namun kini, ia merasa seperti seseorang yang terlambat menyatakan perasaan.Saat menghela napas panjang, Randi teringat bagaimana Via dulu selalu tersenyum saat mereka berbagi cerita. Ia ingat betul canda tawa yang mereka alami bersama, dan entah kenapa, bagian kecil dari dirinya tetap berharap Via akan kembali, atau setidaknya, merasa ada ruang
Raysa menunggu dengan sabar di luar rumah elite yang baru ia ketahui adalah tempat tinggal Via dan Reza. Sore itu, setelah melihat Via meninggalkan tempat kerjanya di mal, Raysa merasa semakin penasaran. "Bagaimana mungkin Via bisa tinggal di rumah mewah seperti ini?" pikirnya dengan geram.Dengan setengah hati, Raysa duduk di dalam mobilnya, memandangi gerbang rumah itu sambil memainkan ponselnya. Dia mencoba menghubungi Reza berulang kali, namun setiap panggilannya hanya berakhir di kotak pesan. Raut wajahnya semakin kesal setiap kali nada panggilan itu berakhir tanpa jawaban."Apa-apaan ini, Reza? Dulu, saat masih bersama, kamu selalu angkat teleponku! Sekarang malah sibuk dengan perempuan itu!" gumamnya sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di kemudi dengan kesal.Setelah beberapa saat yang terasa seperti berjam-jam baginya, Raysa mendongak dan melihat lampu depan mobil mendekat dari kejauhan. Saat kendaraan itu semakin dekat, dia langsung mengenali plat mobil Reza. Jantungnya berdegu
Raysa masih berdiri di sana, dengan senyum terpaksa dan mata yang penuh harapan. Reza menghela napas berat, jelas menunjukkan ketidaknyamanan. Setelah beberapa saat, ia keluar dari mobil dan berjalan mendekat, memandang Raysa dengan tatapan tajam.“Raysa, aku sudah bilang, kita sudah selesai. Tidak ada alasan untuk kamu menunggu di sini atau mencoba menghubungiku terus-terusan,” kata Reza tegas, nada suaranya mulai terdengar kesal.Raysa merespon dengan raut wajah penuh kekecewaan. “Reza, kita ini sudah lama bersama. Kamu tahu betapa aku masih peduli sama kamu. Kamu tega tinggalin aku begitu aja?”Reza mendengus, menahan amarahnya yang kian memuncak. “Kamu sendiri yang memilih untuk pergi, Raysa. Kamu yang mengambil keputusan itu! Jangan salahkan aku kalau sekarang aku punya kehidupan baru.”“Apa karena perempuan itu, Reza? Dia cuma perempuan kampung! Bagaimana mungkin kamu memilih dia, meninggalkan aku yang sudah mendampingimu bertahun-tahun?” suara Raysa mulai meninggi, menampilkan
Via mencoba untuk tersenyum mendengar cerita Lisa, tapi dalam hatinya ia merasa sedikit terganggu. Bayangan Raysa yang dengan mudah mendekati Reza di depan rumahnya sendiri membuat hati Via gelisah. Dia mencoba mengabaikannya, tetapi rasa khawatir itu tetap bertahan. Melihat perubahan ekspresi Via, Lisa segera mengganti suasana. “Sudahlah, jangan terlalu dipikirin. Orang kayak Raysa itu cuma nyari perhatian aja. Kamu tahu kan, dia memang selalu punya cara buat bikin orang nggak nyaman. Tapi aku yakin, Reza nggak bakal tergoda,” ujar Lisa sambil tersenyum penuh keyakinan. Via hanya mengangguk pelan, berusaha meyakinkan dirinya dengan kata-kata Lisa. Tapi rasa penasaran dan sedikit cemburu membuatnya ingin tahu lebih dalam. “Aku nggak ngerti kenapa Raysa terus-terusan ngejar Reza. Setelah apa yang dia lakukan, bukannya dia yang minta cerai duluan?” tanya Via, mengingat bahwa Raysa pernah menjadi bagian dari masa lalu Reza. Lisa mengangkat bahu sambil menatap Via penuh arti. “Ya, mun
Setelah kejadian dengan Raysa, Via dan Reza berusaha menjalani hari-hari mereka dengan lebih tenang. Namun, keadaan justru makin rumit ketika berita besar tentang perusahaan Wijaya Nikel mulai beredar. Beberapa media menyoroti isu bahwa ada pihak-pihak yang ingin merebut kendali dari pewaris sah, dan ini tentu menyudutkan posisi Reza sebagai ahli waris utama.Suatu malam, saat Via dan Reza sedang menikmati makan malam di rumah, ponsel Reza berdering. Melihat nama di layar, Reza tampak ragu sebelum akhirnya mengangkat panggilan tersebut. Setelah beberapa menit berbicara dengan nada serius, Reza menutup telepon dengan wajah tegang.Via, yang memperhatikan perubahan sikapnya, segera bertanya, "Ada apa, Reza? Kamu kelihatan tegang."Reza terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Itu pengacara keluarga. Katanya ada tuntutan baru dari pihak keluarga pamanku, Pak Adi. Mereka berusaha memblokir aksesku ke perusahaan. Mereka akan berusaha membuatku terlihat tidak
Raysa termenung di tepi jendela kamarnya, menatap matahari yang mulai condong ke barat untuk menyentuh peraduan. Warna kuning keemasan menghias langit dengan indah, tetapi tak mampu mengindahkan perasannya saat ini. Fakta tentang Reza yang ternyata merupakan salah satu anggota keluarga kaya dan kini telah sukses sebagai pengusaha, menampar keras kebodohannya di masa lalu yang dengan sengaja membuang pria itu dari hidupnya. Andai bisa lebih sabar, Reza pasti saat ini masih menjadi miliknya. Namun, apa mau dikata, semua sudah terjadi dan waktu tak bisa diulang kembali. Rasa sesal menggerogoti hati Raysa tanpa ampun. Dia benar-benar menjadi sangat tidak terima dengan kenyataan bahwa Reza kini telah menjadi suami Via dan secara tidak langsung, dia sendirilah yang menjadi jembatan untuk kedua orang tersebut. “Aaarrrggght!” Raysa menjambak rambutnya, rahang wanita itu mengeras, seiring gigi yang berbunyi karena saling beradu. Embusan napasnya tak lagi terdengar santai, penyesalan dan ra
Bab: Janji yang BeratSetelah konfrontasi dengan Pak Bima, Reza kembali ke rumah dengan wajah yang tegang. Ia langsung mencari Via, yang saat itu sedang duduk di ruang keluarga. Via tengah berusaha menenangkan diri dengan membaca buku, tetapi pikirannya tetap gelisah. Begitu melihat raut wajah suaminya, ia tahu ada sesuatu yang serius."Reza, apa yang terjadi?" tanyanya sambil menutup buku dan meletakkannya di pangkuan.Reza berjalan mendekat, duduk di sampingnya, dan langsung meraih tangannya. Ia menatap Via dengan penuh kesungguhan. "Aku sudah bertemu dengan Pak Bima. Dia tidak akan berhenti begitu saja, Via. Tapi aku berjanji, aku akan melindungimu dari semua ini."Via mengangguk pelan, tetapi hatinya masih dipenuhi kekhawatiran. Janji Reza adalah penguat, tetapi tidak cukup untuk menghilangkan rasa takut yang terus menghantuinya."Reza," katanya pelan, mencoba meredam suaranya agar tidak terdengar gemetar, "aku percaya padamu. Tapi... aku takut. Semua ini terasa terlalu berat untu
Konfrontasi di Perusahaan Di kantor, suasana menegang saat Reza memanggil Chandra ke ruangannya. Chandra, yang awalnya terlihat percaya diri, mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres dari ekspresi dingin sepupunya. “Chandra,” suara Reza terdengar tenang, namun sarat dengan ketegasan, “Aku ingin kita berbicara serius hari ini. Tentang kamu, Raysa, dan segala permainan yang kalian jalankan di belakangku.” Wajah Chandra langsung berubah pucat. Ia mencoba menyangkal. “Saya tidak mengerti maksudmu. Apa yang akmu bicarakan?” Reza meletakkan flash drive di atas meja. “Aku punya rekaman percakapanmu dengan Raysa. Kau pikir aku akan membiarkan kalian terus menghancurkan hidupku dan Via?” Chandra tercekat, berusaha mencari alasan. “Om, itu bukan seperti yang terlihat. Saya hanya...” Reza memotong dengan nada dingin, “Hanya ikut campur dalam urusan pribadiku? Hanya berusaha menghancurkan istri yang kucintai? Cukup, Chandra! Aku sudah cukup bersabar dengan semua ini.” Reza berdiri,
Malam itu, Reza duduk di ruang kerja dengan laptopnya terbuka. Ia memeriksa rekaman yang diberikan Lisa kepada Via, mencatat setiap detail penting. Ada sesuatu yang memberinya ide—rekaman ini bisa menjadi kunci untuk membalikkan keadaan.Namun, saat Reza berencana untuk melibatkan pengacaranya, Via tiba-tiba masuk ke ruang kerja dengan tatapan penuh tekad.“Aku ingin menghadapi Raysa sendiri,” katanya.Reza menoleh, terkejut. “Via, ini bukan hanya tentangmu. Ini tentang kita. Biarkan aku menangani ini.”Via menggeleng. “Sudah terlalu lama aku diam, Reza. Aku selalu mengandalkanmu untuk melindungiku, tapi aku sadar, jika aku terus begini, mereka akan berpikir aku lemah. Aku ingin menunjukkan kepada mereka bahwa aku juga bisa bertarung.”Reza terdiam sesaat, lalu mengangguk perlahan. “Baik, tapi kita hadapi ini bersama.”Via dan Reza memutuskan untuk mengadakan konferensi pers untuk mengklarifikasi semua rumor yang beredar. Dalam ruangan yang dipenuhi wartawan, Via berdiri di depan podi
Via berdiri di kamar dengan ponsel Reza di tangannya. Pesan dari Raysa tampak mencolok di layar:"Aku tahu kamu masih peduli padaku, Reza. Jangan bohongi dirimu sendiri. Aku akan menunggu kapan pun kamu siap kembali."Pesan itu membuat darah Via mendidih. Selama ini, ia sudah mencoba bertahan di tengah segala hinaan dan fitnah. Namun, pesan itu membuatnya merasa seolah-olah semua perjuangannya sia-sia.Saat Reza masuk ke kamar, ia melihat Via menatapnya dengan mata penuh amarah dan rasa sakit. “Reza, apa maksud semua ini?” Via menunjukkan layar ponselnya.Reza mengernyit. Ia mendekat untuk melihat pesan tersebut, lalu menghela napas berat. “Via, dengarkan aku. Aku tidak pernah membalas pesannya, apalagi memiliki hubungan apa pun dengannya.”Namun, Via sudah terlalu lelah untuk menerima penjelasan. “Kalau begitu, kenapa dia masih berani menghubungimu seperti ini? Apa yang membuat dia merasa punya hak untuk mengatakan semua itu?”Reza mencoba mendekati Via, tapi istrinya mundur selangka
Malam itu, setelah konferensi pers selesai, Via tidak bisa tidur. Ia merasa semua tindakan Reza untuk membelanya hanya memperburuk keadaan. Berita dan komentar di media sosial semakin menjadi-jadi. Bahkan, beberapa pasien di kliniknya mulai membatalkan jadwal konsultasi dikliniknha, membuatnya merasa reputasi kliniknya juga ikut hancur. Banyak pelanggan mengkritik meminta Via untuk di pecat. Pagi harinya, saat Via duduk di meja makan dengan tatapan kosong, Lisa datang untuk mengecek kondisi Bu Diana. Melihat Via yang tampak tidak bersemangat, Lisa langsung bertanya, “Vi, kamu kelihatan makin drop. Ada apa lagi? Aku dengar berita itu viral lagi.”Via hanya mengangguk lemah. “Aku lelah, Lis. Aku gak tahu lagi harus gimana.”Lisa menghela napas panjang. “Vi, kamu harus tegas. Kalau ini memang ulah Raysa, kamu gak bisa terus-menerus diam dan biarkan dia menang. Aku yakin Reza juga akan mendukungmu.”Namun, Via menggeleng. “Aku tidak yakin, Lis. Semakin Reza mencoba membelaku, semakin ban
Malam itu, ketika Reza tiba di rumah, ia langsung mencari Via untuk membicarakan kejadian di kantor. Namun, ia mendapati istrinya sedang duduk di ruang tamu dengan wajah lelah dan pandangan kosong. Raut wajah Via sudah cukup bagi Reza untuk tahu bahwa istrinya telah mendengar sesuatu yang buruk lagi.“Via, ada apa? Apa yang terjadi hari ini?” tanya Reza, mencoba mendekati istrinya.Via mengangkat pandangan, matanya sudah basah oleh air mata yang tertahan. “Reza, apa kamu tahu seberapa jauh Raysa mencoba menghancurkan aku? Aku merasa tidak punya tempat lagi di dunia ini.”Reza terkejut mendengar nada suara Via yang begitu hancur. “Apa maksudmu? Apa dia melakukan sesuatu lagi?”Via mengangguk perlahan. “Hari ini, aku mendengar gosip dari beberapa orang di klinik. Mereka membicarakan skandal lama kita… saat aku dan kamu ditangkap di hotel. Mereka mengaitkannya dengan statusku sebagai istrimu sekarang, seolah-olah aku adalah wanita murahan yang merebutmu dari Raysa. Aku malu, Reza... Aku
Setelah acara berakhir, dalam perjalanan pulang, Via tak mampu menahan lagi emosinya. Di dalam mobil, ia menatap Reza dengan mata berkaca-kaca. “Aku lelah, Reza. Selalu dihina, dianggap rendah… semua hanya karena aku menikah denganmu. Sampai kapan aku harus bertahan seperti ini?”Reza menggenggam tangannya, mencoba menenangkan hati istrinya. "Aku akan selalu melindungimu, Via. Apa pun yang terjadi, aku akan memastikan mereka berhenti meremehkanmu. Bahkan jika itu berarti aku harus meninggalkan semua ini demi kita."Namun di lubuk hati, Via mulai mempertanyakan apakah cinta mereka mampu bertahan di tengah tekanan seperti ini, dan apakah Reza benar-benar mampu mengatasi ambisi keluarga besar Wijaya yang penuh intrik demi dirinya.Sesampainya di rumah, Via merasa benar-benar lelah dan tertekan. Semua perkataan hinaan, tatapan tajam, dan sindiran selama acara tadi masih terngiang di kepalanya. Sejak pernikahannya dengan Reza, ia tak pernah merasa diterima penuh oleh lingkungan keluarga be
Konflik yang dihadapi Via dan Reza mulai meruncing, terutama setelah Raysa dan Chandra semakin berani menjalankan rencana mereka. Raysa, yang tahu betul titik lemah Via, mulai menyusun skenario untuk mempermalukan dan menyudutkan Via di depan publik.Suatu pagi di klinik, Via menerima telepon dari seorang wartawan yang menanyakan kabar tentang "Masa lalu Raza," dan posisinya sebagai istri pewaris Wijaya Nikel. Wartawan itu, yang jelas-jelas telah mendapat bocoran dari Raysa atau Chandra, berusaha memancing Via untuk memberikan pernyataan resmi tentang tuduhan merebut suami orang, Via yang terkejut dengan pertanyaan tersebut, langsung menyadari bahwa sesuatu sedang dipermainkan.Namun masalah ini tak berhenti di situ. Setelah hari yang melelahkan, Via menerima undangan acara amal dari perusahaan Reza, di mana ia diharapkan hadir sebagai pendampingnya. Reza berharap kehadiran mereka sebagai pasangan akan memulihkan citra mereka. Via, meski ragu, akhirnya setuju demi menjaga kehormatan s