Beberapa hari setelah pertemuan itu, keluarga besar mulai terguncang oleh kabar tentang Randi. Reza, yang belum tahu sepenuhnya tentang klaim Randi, datang ke rumah Eyang Wiryo bersama Via dan bayi mereka, Arya.Ketika mereka tiba, suasana rumah terasa tegang. Chandra duduk di ruang tamu dengan wajah muram, sementara Eyang Wiryo tampak termenung di kursinya.“Eyang, ada apa? Kok semua kelihatan nggak seperti biasanya?” tanya Reza sambil menaruh tas perlengkapan Arya di sofa.Eyang Wiryo menatap Reza, seolah ragu untuk memulai percakapan. Namun, akhirnya ia berkata, “Reza, ada sesuatu yang harus kamu tahu.”Reza mengernyit. “Ada apa, Eyang?”Chandra, yang sejak tadi diam, mendadak angkat bicara. “Ada seseorang datang mengaku sebagai saudara tirimu, Reza. Namanya Randi.”Reza tertegun. Ia merasa seperti dunia di sekitarnya mendadak hening. “Apa? Saudara tiri? Dari mana asalnya cerita ini?” Reza pura-pura tidak tahu. Eyang Wiryo menarik napas panjang, lalu menyerahkan dokumen yang sebel
Beberapa hari kemudian, Eyang Wiryo memutuskan untuk mengadakan pertemuan keluarga besar di rumahnya. Semua anggota keluarga diundang, termasuk Randi. Chandra, yang sejak awal merasa curiga, terlihat kurang setuju dengan keputusan ini, tetapi ia tetap hadir karena menghormati Eyang.Ketika semua sudah berkumpul, Eyang Wiryo membuka pertemuan itu dengan nada serius.“Kalian semua sudah tahu alasan pertemuan ini. Randi mengaku sebagai anak dari almarhum Arman, dan jika ini benar, dia adalah bagian dari keluarga kita. Namun, aku ingin semuanya transparan. Karena itu, aku telah mengatur tes DNA lanjutan untuk memastikan hubungan ini.”Randi yang duduk di sudut ruangan, menunduk sesaat sebelum menjawab, “Saya siap, Eyang. Saya hanya ingin kebenaran. Apapun hasilnya, saya akan menerima.”Chandra, yang duduk di sebelah Reza, mendengus pelan. “Kamu ngomongnya gampang, tapi tahu nggak, klaim seperti ini bisa bikin keluarga kacau? Kamu datang dengan bukti, tapi itu belum cukup buat saya percaya
Ketegangan di rumah keluarga Eyang Wiryo semakin terasa. Chandra terus menunjukkan sikap curiga terhadap Randi, sementara Reza mencoba mencari jalan tengah untuk meredakan konflik. Namun, temuan Chandra mengenai dokumen mencurigakan menjadi puncak perdebatan keluarga.---Sore itu, di ruang keluargaSemua anggota keluarga berkumpul atas permintaan Chandra. Suasana terasa tegang. Chandra berdiri di tengah ruangan dengan dokumen di tangannya, sementara Randi duduk di salah satu sudut, terlihat kebingungan dengan situasi ini. Reza berdiri di dekat Randi, mencoba bersikap netral, sementara Eyang Wiryo mengamati semuanya dengan pandangan serius.“Baik, semuanya,” Chandra membuka pembicaraan, nada suaranya dingin. “Aku menemukan dokumen ini di laporan keuangan perusahaan. Ada transfer dana yang mencurigakan, dan tanda tangannya sangat mirip dengan milik Randi.”Randi langsung mengangkat wajahnya, terkejut. “Apa? Maksudmu aku yang melakukannya?”Chandra menatapnya tajam. “Aku nggak menuduh,
Beberapa minggu setelah insiden di perusahaan keluarga, suasana di rumah Eyang Wiryo mulai membaik. Hubungan antara Chandra dan Randi perlahan mencair, meskipun Chandra masih menyimpan sedikit kewaspadaan. Reza, yang berusaha keras menjadi penengah, merasa lega karena konflik besar berhasil diselesaikan tanpa memecah belah keluarga.Suatu sore, di ruang keluargaChandra duduk di sofa sambil membaca laporan proyek perusahaan. Di depannya, Randi terlihat serius mempelajari dokumen-dokumen lain. Suasana hening, namun tidak lagi tegang seperti sebelumnya.“Randi,” Chandra tiba-tiba membuka suara, membuat Randi menoleh. “Kamu kelihatan serius banget. Ada yang bisa aku bantu?”Randi tersenyum kecil. “Nggak apa-apa, Mas Chandra. Aku cuma mau memastikan semua ini sesuai dengan standar perusahaan. Aku nggak mau kejadian kemarin terulang lagi.”Chandra mengangguk, sedikit terkesan dengan sikap Randi. “Bagus kalau kamu punya niat seperti itu. Aku nggak suka basa-basi, tapi aku akui, aku sempat s
Setelah kejadian malam itu, suasana di rumah keluarga Eyang Wiryo menjadi lebih tegang dari sebelumnya. Chandra semakin berhati-hati, terus memantau gerak-gerik Randi di setiap kesempatan. Sementara itu, Reza mencoba tetap netral, meskipun di dalam hatinya ia juga merasa bimbang. Apakah Randi benar-benar tulus, atau ia memang bagian dari rencana licik yang diwariskan oleh ibunya.Pagi itu, Chandra mendatangi Reza ke ruang kerjanya. Di sana, ia menunjukkan beberapa dokumen yang baru saja ia temukan.“Reza, lihat ini,” ujar Chandra sambil menyerahkan beberapa berkas. “Ini adalah laporan keuangan perusahaan selama tiga bulan terakhir. Ada transaksi besar yang mencurigakan, dan aku menemukan tanda tangan ini—mirip dengan tanda tangan Randi.”Reza memeriksa dokumen itu dengan cermat. “Tapi, Chandra, tanda tangan ini bisa saja dipalsukan. Kita nggak bisa langsung menyimpulkan bahwa Randi pelakunya.”“Tapi bukti-bukti ini mengarah padanya, Reza,” balas Chandra tegas. “Aku tahu kamu mencoba b
Setelah kebakaran itu, suasana keluarga menjadi semakin mencekam. Kantor pusat perusahaan lumpuh sementara, dan banyak dokumen penting yang hilang. Namun, di balik kehancuran itu, ada satu barang yang selamat—sebuah flashdisk yang ditemukan oleh salah satu petugas kebersihan.Reza menerima flashdisk itu dengan hati-hati. “Ini apa?” tanyanya kepada petugas.“Saya menemukannya di meja bagian direktur sebelum kebakaran terjadi, Pak. Mungkin masih ada informasi di dalamnya,” jawab petugas itu.Reza segera membawa flashdisk itu ke rumah Eyang Wiryo. Bersama Chandra, mereka membuka isinya di laptop.“Ini... email-email lama,” ujar Chandra setelah melihat file yang ada di dalam flashdisk.Salah satu email yang paling mencurigakan adalah percakapan antara seseorang bernama “Bayangan” dan kontak anonim lain. Isinya adalah instruksi untuk mengalihkan dana perusahaan dan menghancurkan dokumen tertentu. Namun, di akhir email, ada satu kalimat yang menarik perhatian mereka:> “Semua ini adalah bal
Reza menatap pria itu, sulit mempercayai kata-katanya. “Kamu bohong. Ini hanya upayamu untuk memanipulasi kami.”Pria itu tertawa kecil, suara dinginnya menggema. “Bohong? Kalau begitu, lihat ini.”Ia menyerahkan sebuah dokumen kepada Reza—hasil tes DNA yang menunjukkan hubungan darah antara Randi dan Arman.Reza terdiam, kepalanya terasa berputar. “Jadi, Randi benar-benar anak Papa... dengan Sinta?”Pria itu mengangguk, wajahnya penuh dengan dendam sekaligus kepuasan. “Keluargamu hidup bahagia di atas kehancuran keluarga kami. Arman merebut segalanya dari adikku. Aku hanya ingin memastikan kamu tahu apa yang telah dia lakukan.”Reza menggenggam dokumen itu erat-erat, mencoba mencerna semuanya. Namun, sebelum ia sempat menjawab, Chandra muncul dari belakang, wajahnya penuh emosi.“Jadi ini permainanmu?” Chandra menantang. “Kamu menggunakan Randi untuk menghancurkan kami? Kalau memang dia anak dari Papa, kenapa kamu tidak membawanya sejak dulu?”Pria itu menyipitkan matanya. “Aku tidak
Rencana menjebak pria misterius itu hampir berjalan sempurna. Randi, dengan keberaniannya, berhasil mengundang pria tersebut ke sebuah lokasi yang telah disiapkan. Namun, sebelum semuanya mencapai klimaks, sebuah dokumen lain ditemukan oleh Chandra—dokumen itu berasal dari berkas lama perusahaan keluarga yang sempat disita oleh pihak pria tersebut.Chandra mendatangi Reza dengan wajah tegang, dokumen itu di tangannya. “Reza, kamu harus lihat ini. Sepertinya ada sesuatu yang lebih besar dari semua ini.”Reza membaca dokumen itu dengan cermat. Wajahnya berubah serius saat ia menyadari isinya. “Ini nggak mungkin… Ayah terlibat dalam sesuatu yang lebih besar dari sekadar hubungan terlarang.”Dokumen itu menunjukkan adanya transaksi rahasia antara perusahaan keluarga dengan jaringan ilegal yang melibatkan perdagangan properti dan pencucian uang. Salah satu nama yang tercantum dalam dokumen itu adalah nama pria misterius yang selama ini mereka hadapi.“Jadi, dia bukan hanya ingin balas dend
Eyang Wiryo terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat, dan oksigen di hidungnya membuat semua orang yang hadir semakin khawatir. Suasana ruang perawatan terasa begitu tegang.Di sekelilingnya, berkumpul seluruh anggota keluarga yang selama ini terlibat dalam konflik warisan. Ada Reza, Via, Randi, Johan, Chandra, dan Bima, sang dalang dari semua kekacauan ini.Dengan suara bergetar, Eyang Wiryo berbicara, memecah kesunyian, "Aku tidak pernah membayangkan keluargaku akan berantakan seperti ini... Apa yang kalian semua cari? Harta? Kekuasaan? Apa semua itu lebih berharga dari keluarga kita?"Tak ada yang menjawab. Mereka hanya menunduk, entah karena merasa bersalah atau masih menyimpan amarah masing-masing.Eyang Wiryo menghela napas panjang. "Aku akan mengatakan sesuatu yang harus kalian dengar baik-baik. Reza adalah pemilik sah dari perusahaan keluarga kita. Semua harta yang kalian perebutkan berasal dari suamiku yang pertama, dan Bima... kamu bukan anak dari suami pertama
Chandra melangkah dengan cepat menuju kediaman ayahnya, Bima. Pikirannya penuh dengan pertanyaan yang berputar tanpa henti. Fakta bahwa Randi adalah saudara tirinya, dan Johan juga bagian dari skema besar ayahnya, membuatnya tidak bisa diam saja.Saat ia memasuki ruang kerja Bima, pria itu tampak tenang, duduk di balik meja besar dengan segelas teh di tangannya. Seakan tidak ada yang terjadi."Chandra," sapa Bima tanpa ekspresi. "Kau datang dengan wajah penuh amarah. Apa yang kau inginkan?"Chandra mengepalkan tangannya. "Aku ingin jawaban. Aku ingin tahu kenapa kau menyembunyikan fakta bahwa Randi adalah saudaraku! Kenapa kau memalsukan hasil DNA-nya?!"Bima meletakkan gelasnya dengan tenang, lalu menatap Chandra dalam-dalam. "Karena aku tidak pernah berniat mengakui Randi sebagai bagian dari keluarga ini."Chandra terhenyak. "Apa maksudmu?! Dia anakmu!"Bima mendengus kecil. "Dan itu adalah kesalahan yang seharusnya tidak pernah terjadi."Chandra semakin geram. "Bagaimana dengan Joh
Setelah Johan berhasil ditangkap, Reza bersama Randi dan Via kembali ke tempat persembunyian mereka. Namun, meski Johan kini berada di tangan pihak berwenang, Reza masih merasa ada sesuatu yang belum selesai. Di tengah malam yang sunyi, Reza duduk di ruang kerja kecilnya, membaca kembali dokumen-dokumen yang mereka sita dari Johan. Namun, semakin ia membaca, semakin ia menyadari bahwa ada sosok lain yang lebih besar di balik ini semua. Nama Bima, pamannya sendiri, terus muncul dalam berbagai transaksi dan laporan rahasia. Reza menggertakkan giginya, tangannya mengepal. "Jadi selama ini… Paman Bima yang mengatur semuanya?" Tiba-tiba, suara ketukan di pintu membuatnya tersadar. Randi masuk dengan wajah penuh kebingungan. "Ada apa, Reza? Kau terlihat tegang," tanya Randi. Reza mengangkat salah satu dokumen dan melemparkannya ke meja. "Lihat ini. Nama Paman Bima ada di setiap transaksi ilegal Johan. Dia bukan hanya mengetahui semua ini, dia adalah dalangnya!" Randi membaca do
Pagi itu, Reza menerima pesan dari Bayu. Isinya singkat, tetapi cukup membuat adrenalin Reza meningkat."Johan mulai bergerak. Dia tahu tentang dokumen itu. Hati-hati."Reza duduk di kursi, menatap papan penuh strategi di depannya. Ia tahu bahwa Johan tidak akan tinggal diam setelah mengetahui dokumen itu ada di tangan yang aman. Kini, semua yang telah ia persiapkan harus berjalan sempurna, atau semuanya akan sia-sia.Via muncul dari dapur, membawa secangkir teh untuk Reza. Ia menatap wajah Reza yang terlihat semakin lelah namun tetap penuh keyakinan.“Kamu yakin bisa mengatasi ini, Reza?” tanya Via pelan, duduk di depannya.Reza menatap Via dengan tatapan lembut namun penuh tekad. “Aku harus yakin, Via. Kalau aku nggak bergerak sekarang, Johan akan terus menghancurkan segalanya. Aku nggak akan membiarkan itu terjadi.”Via terdiam sejenak, lalu menggenggam tangan Reza. “Kalau kamu butuh bantuan, aku di sini. Jangan terlalu memaksakan diri, Reza.”Reza tersenyum kecil. Sentuhan Via mem
Malam itu, Reza duduk di ruang tamu yang remang. Di depannya terdapat tumpukan dokumen penting yang baru saja ia dapatkan dari salah satu informannya. Wajahnya serius, penuh konsentrasi, membaca setiap detail yang bisa menjadi kelemahan Johan.“Reza, apa ini cukup untuk melawan dia?” tanya Randi sambil mendekati meja, pandangannya menyapu dokumen tersebut.“Ini lebih dari cukup,” jawab Reza, menutup map dengan tegas. “Dokumen ini adalah bukti nyata bahwa Johan terlibat dalam penyelundupan besar. Kalau kita bisa menyerahkannya ke pihak yang tepat, itu akan menghancurkan dia.”Via yang duduk di sofa terlihat gelisah. “Tapi Johan nggak akan tinggal diam. Dia pasti sudah tahu bahwa kita sedang bergerak melawannya.”Reza menatap Via dengan tatapan penuh keyakinan. “Aku tahu itu, Via. Tapi aku nggak akan biarkan dia menang. Ini tentang keadilan, bukan hanya untuk kita, tapi untuk semua orang yang sudah dia rugikan.”Pagi harinya, Reza mengumpulkan Randi dan Via di sebuah kafe kecil yang jau
Keesokan paginya, Reza kembali ke apartemen dengan penampilan yang terlihat lelah, namun tatapannya masih penuh keyakinan. Via yang tengah duduk di ruang tamu langsung berdiri begitu melihat Reza masuk.“Kamu nggak apa-apa?” tanya Via, mendekat dengan nada penuh kekhawatiran.“Aku baik,” jawab Reza singkat. “Dokumen itu sudah aman. Sekarang kita hanya perlu menunggu langkah Johan berikutnya.”Randi, yang sejak tadi mengamati dengan cemas, akhirnya bersuara. “Reza, aku nggak ngerti kenapa kamu nggak membiarkan aku ikut tadi malam. Kalau mereka menyerang kamu di tengah jalan, gimana?”Reza menatap Randi dengan serius. “Karena aku butuh kamu di sini. Tugasmu menjaga Via, memastikan dia aman. Kalau aku gagal, setidaknya masih ada kamu di sini untuk melindungi dia.”Via yang mendengar ucapan itu merasa hatinya bergetar. Meskipun Reza tidak pernah mengungkapkan perasaannya secara langsung, tindakan dan ucapannya selalu menunjukkan betapa ia peduli.Sore itu, ketika suasana sedikit tenang, p
Reza dan Via mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, mengikuti lokasi yang dikirimkan Randi. Jalanan malam yang sepi memberikan suasana mencekam. Via terus memperhatikan ponsel, memastikan mereka tidak kehilangan jejak.“Dia ada di jalan dekat gudang tua di pelabuhan,” ujar Via sambil menunjuk layar ponselnya.Reza mengangguk. “Kita harus berhati-hati. Jika Johan sudah mempersiapkan jebakan, tempat seperti itu ideal untuk menyergap.”Ketika mereka hampir sampai, Reza memperlambat mobilnya. Dari kejauhan, ia melihat sosok Randi berlari sambil membawa map dokumen. Dua pria mengejarnya dengan senjata di tangan.“Pegang erat,” ujar Reza singkat pada Via.Tanpa ragu, Reza menginjak pedal gas dan meluncur ke arah para pengejar. Kedua pria itu terkejut dan melompat menghindar saat mobil Reza mendekat.Randi segera naik ke dalam mobil, napasnya tersengal. “Mereka nggak akan berhenti. Mereka tahu dokumen ini terlalu penting untuk dilepaskan.”Reza hanya mengangguk. Ia berbalik, menatap Via
Reza mengintip dari jendela dan melihat dua mobil hitam berhenti di depan rumah. Beberapa pria keluar dengan ekspresi serius."Johan," gumam Reza, menyadari siapa yang mengirim mereka.Randi mulai panik. "Apa yang harus kita lakukan? Mereka pasti sudah tahu kita di sini."Reza menatap Randi dengan tajam. "Kita tidak akan lari. Kali ini, kita lawan."Pria-pria itu mulai mendekati pintu, mengetuknya keras. "Buka pintunya, Reza! Kami tahu kamu ada di dalam!"Reza mengambil napas dalam-dalam. "Randi, siapkan dokumen-dokumen itu. Kalau aku gagal, kamu harus pergi dari sini dan serahkan semuanya ke Pak Hendra.""Reza, kamu serius? Kamu mau melawan mereka sendirian?""Aku tidak akan membiarkan mereka mengambil apa yang sudah kita perjuangkan," kata Reza dengan mantap.Ia membuka pintu perlahan, berdiri di hadapan para pria itu dengan tatapan dingin."Kalian mencari aku?" tanya Reza sambil tersenyum tipis.Tanpa basa-basi, salah satu pria mencoba menyerang Reza. Namun, Reza dengan sigap mengh
Di apartemennya, Randi termenung dengan pikiran yang berkecamuk. Fakta bahwa Johan adalah kakaknya tidak mudah ia cerna. Ia duduk di kursi, memandangi meja yang penuh dengan dokumen yang diberikan Johan sebelumnya, termasuk hasil tes DNA palsu."Kalau aku percaya Johan, apa yang akan terjadi dengan Via? Dengan Reza?" gumam Randi, suaranya berat.Namun, di tengah kebimbangannya, ponselnya berdering. Nama Johan muncul di layar. Dengan enggan, Randi mengangkat panggilan itu."Randi," suara Johan terdengar tajam, "aku butuh jawabanmu sekarang. Kamu di pihakku atau tidak?"Randi terdiam. "Johan, kenapa kamu melakukan ini? Kenapa kamu harus membuat semua ini rumit?""Karena aku tidak akan diam sementara Reza mengambil semua yang seharusnya milik kita!" bentak Johan. "Dia hanya pura-pura baik, Randi. Dia memanfaatkan kamu dan Via!""Via nggak ada hubungannya dengan ini!" balas Randi, mulai kehilangan kesabaran."Oh, tentu saja ada," Johan tertawa sinis. "Kamu pikir dia benar-benar peduli pad