Pagi tiba dan Eyang Wiryo mengajak Andre untuk ke taman karena ingin berolahraga. Sebagai pengawal, tentu saja Andre mengiyakan permintaan tersebut dan mengantar sang majikan sesuai keinginan. Namun, sebelum mulai berolahraga, Andre pergi ke minimarket untuk membeli air mineral. Sementara Eyang Wiryo, duduk di halte yang berada di seberang taman. Di saat menunggu, tiba-tiba seorang pria tak dikenal mendekat dan dengan cepat mengambil tas kecil yang disimpan Eyang Wiryo di sebelahnya. Otomatis, Eyang Wiryo pun menjerit meminta pertolongan. Beberapa orang yang lewat menoleh, tetapi hanya satu dua orang yang peduli. Di sisi lain, seorang gadis yang hendak menuju halte mendengar sekaligus melihat kejadian. Dia yang mengenali si pencopet dengan segera mengejar guna mendapatkan tas kecil milik Eyang Wiryo kembali. Dibantu beberapa orang, akhirnya dia mendapatkan tas itu. “Terima kasih,” ucap gadis tersebut pada orang-orang yang ikut membantu. Kemudian, dia bergegas menemui Eyang Wiryo un
“Kita harus memeriksa semua ini secara langsung agar tahu lebih jelas.” Reza kembali membaca laporan bahan baku kosmetik yang ditemukannya tidak wajar itu. Mempelajarinya berkali-kali guna memastikan jika memang ada kejanggalan di sana. “Benar, kita tak bisa hanya menebak-nebak,” sahut Dani menyetujui pemikiran Reza. Bagaimanapun, selain catatan bukti fisik juga diperlukan untuk memperkuat dugaan. Maka tanpa menunggu lebih lama, Reza memutuskan untuk pergi ke Harua. Sebelum pergi, dia menemui Bima untuk menyampaikan maksudnya tersebut. Selain itu, posisi direktur sementara akan kosong di sana maka dari itu, dia perlu menekankan beberapa pada Bima selaku wakil agar bisa mengatasi segala hal yang berkaitan dengan perusahaan selama dirinya di Harua. Namun, respon Bima tidak terlalu bagus. Pria itu mempertanyakan maksud Reza yang ingin pergi Harua dan menuduh jika Reza seharusnya mempercayakan semua perusahaan yang ada di Harua pada Candra. “Kamu benar-benar tidak percaya pada sepupu s
Via kembali memalingkan wajahnya saat Reza berpindah tempat ke hadapannya. Dia benar-benar dibuat kesal, bagaimana bisa gelang miliknya hilang begitu saja. Itu gelang peninggalan ibunya, satu-satunya barang berharga yang dimilikinya saat ini."Aku tahu aku salah, nanti aku cari lagi. Aku beneran gak sengaja ngilanginnya, aku yakin itu masih ada di—" Sontak Reza mengulum bibirnya sendiri, saat Via menatapnya dengan sinis.Mungkin dia terkesan berlebihan, tetapi itu barang peninggalan ibunya yang seharusnya tidak dia hilangkan. Via benar-benar ceroboh, bisa-bisanya dia menjadikan gelang berharga itu sebagai jaminan. Jika akan seperti ini, Via tidak akan pernah memberikannya pada Reza.Via kembali mengubah posisi duduknya, membelakangi Reza. Mulutnya masih terkunci dengan ekspresi yang tentu saja marah. Reza mengakui kalau dirinya salah, jadi dia pun tak bisa membela dirinya. Dia sudah mencari gelang Via di kamar Raysa, tetapi dia tidak menemukannya, dan sebe
Nadia sontak bangun saat Reza mulai berjalan mendekat, dia juga melemparkan senyuman menyambut tunangannya itu. Sementara Chandra memicingkan matanya, merasa heran dengan reaksi Nadia. "Kamu di sini, Nad?" tanya Reza."Kamu kenal Nadia?" tanya balik Chandra.Keduanya saling mengangguk, membuat Chandra semakin bingung. Sejak kapan keduanya saling mengenal, dia sudah bersahabat dengan Nadia cukup lama, dan tak pernah tahu kalau Nadia mengenal sepupunya.Tentu saja ini sesuatu yang mendadak, di acara penting Nadia selama ini pun Chandra tak pernah menemukan Reza. Jadi kedekatan sekarang ini membuatnya terkejut. "Kenapa latinnya kayak gitu?""Enggak, maksudnya kenapa tiba-tiba banget kalian kenal atau kalian udah kenal lama?" tanya Chandra pemasaran. "Oh tunggu, Eyang minta kalian buat kerjasama? Bisnis apa yang lagi kalian kerjain?" Chandra berusaha menebak, yang mana dia hanya mendapatkan gelengan kepala dari Nadia.Sementara Reza
Reza berjalan santai menuju ruang kerja milik Candra. Namun, tanpa diduga begitu sampai di koridor dirinya melihat Via keluar dari ruang kerja sepupunya tersebut. Seketika Reza pun menghentikan langkah karena terkejut. Tak yakin dengan situasi yang ada, Reza memilih untuk berbalik arah dan kembali untuk menemui Candra nanti setelah Via tidak ada. Akan tetapi, Via terlanjur melihat dirinya dan bahkan memanggil tanpa basa-basi. Gadis itu mendekat kemudian menggandeng Reza tanpa beban. “Mau ke mana kamu?” tanya Via. “A-aku ada urusan di sini. Perintah bos,” jawab Reza sekenanya. Via mengangguk pelan kemudian mengajak Reza untuk bertemu sepulang kerja nanti karena ada hal yang harus dibicarakan. “Ingat kamu tidak bisa lari dariku. Kamu itu laki-laki dan sudah seharusnya kamu bertanggung jawab untuk apa yang sudah kamu perbuat.” Perkataan Via berhasil membuat tubuh Reza berkeringat. ‘Tanggung jawab macam apa?’ batin Reza bertanya-tanya te
Keadaan Via yang sendirian di halte nyatanya tak bisa begitu saja hilang dalam benak Reza. Pria itu tiba-tiba merasa gelisah dan takut terjadi sesuatu. Pada akhirnya dia meminta Dani untuk menghentikan laju mobil yang baru berjarak sekitar lima ratus meter dari halte itu. “Ada apa?” tanya Dani.“Ada sesuatu yang harus aku urus. Jalanlah lebih dulu dan cari tempat tinggal. Kemudian, hubungi aku setelah menemukannya. Aku akan langsung ke sana.” Dani terdiam untuk beberapa saat. Sebenarnya dia merasa penasaran, tetapi cukup tahu batasan. Terkadang ada hal-hal yang seharusnya tidak dia campuri. “Baiklah. Hati-hati,” ucap Dani. Reza mengangguk. Dia mengambil payung hitam yang sebelumnya di bawa dari kantor Candra kemudian turun dari mobil. Bergegas menuju halte karena rasa khawatir terhadap Via semakin besar. Namun, sesampainya di tempat tujuan. Dia melihat Randi sedang mengenakan jas kerjanya kepada Via. Reza yang tinggal bebera
Via segera menjauh, dia bahkan menepuk-nepuk tubuhnya yang dipegang Reza seperti tengah membersihkan diri dari kotoran. Padahal Reza sudah menolongnya, tetapi sikap Via justru terlihat marah pada laki-laki itu. Via memicingkan matanya, dia menatap lekat dengan tangan yang terlipat di dada.Benar-benar tajam, seperti tengah mengintrogasi seorang pelaku. Baginya Reza memang pelaku, di mana dia sudah menghilangkan gelang berharga milik Via. Mengerti dengan sikap Via, Reza langsung tersenyum hampa."Malah cengengesan, mana gelang aku? Jangan bilang lupa lagi, ini kamu gak ada niat buat cari atau emang sengaja gak mau balikin, hah?" ujar Via dan Reza hanya diam sembari celingukan mengamati sekitar."Malah diam, kamu jual gelang aku, ya?" tuduh Via lagi sembari menunjuk Reza.Di sana ada beberapa staf pabrik yang menatap Reza dan Via. Tepatnya mereka datang bersama Reza, jadi sedikit bingung harus bersikap apa saat ada adu mulut di hadapan mereka. Reza malah tersenyum dan berbalik ke arah p
Rasa penasaran mendorong Reza untuk tetap diam mengamati Raysa dan Via yang tengah beradu mulut. Bahkan dia mengambil beberapa langkah lebih dekat agar bisa mendengar percakapan kedua wanita itu lebih jelas. Namun, tentu saja tetap mengambil posisi yang tidak terlihat.Sekelumit pertanyaan memenuhi benak Reza. Tentang mengapa Via bisa tiba-tiba bersama Raysa di sana. Akan tetapi, ketika mengingat jika mereka saat ini berada di sebuah pusat perbelanjaan yang mana kemungkinan bertemu cukup besar, maka itu bisa saja terjadi. Hanya saja, kenapa mereka bisa terlibat dalam sebuah pertengkaran? Apa yang terjadi? “Aku tidak menyangka jika kamu bahkan sanggup melakukan hal rendah dan kotor sekalipun demi uang. Penampilan dan sikap seseorang memang terkadang tak bisa ditebak,” ucap Raysa dengan nada meremehkan yang sangat jelas terdengar di telinga Via maupun Reza. Reza yang mendengar hal itu tentu semakin merasa penasaran. Ke mana arah dan maksud Raysa? Hal kotor dan rendah macam apa yang di
Raysa termenung di tepi jendela kamarnya, menatap matahari yang mulai condong ke barat untuk menyentuh peraduan. Warna kuning keemasan menghias langit dengan indah, tetapi tak mampu mengindahkan perasannya saat ini. Fakta tentang Reza yang ternyata merupakan salah satu anggota keluarga kaya dan kini telah sukses sebagai pengusaha, menampar keras kebodohannya di masa lalu yang dengan sengaja membuang pria itu dari hidupnya. Andai bisa lebih sabar, Reza pasti saat ini masih menjadi miliknya. Namun, apa mau dikata, semua sudah terjadi dan waktu tak bisa diulang kembali. Rasa sesal menggerogoti hati Raysa tanpa ampun. Dia benar-benar menjadi sangat tidak terima dengan kenyataan bahwa Reza kini telah menjadi suami Via dan secara tidak langsung, dia sendirilah yang menjadi jembatan untuk kedua orang tersebut. “Aaarrrggght!” Raysa menjambak rambutnya, rahang wanita itu mengeras, seiring gigi yang berbunyi karena saling beradu. Embusan napasnya tak lagi terdengar santai, penyesalan dan ra
Bab: Janji yang BeratSetelah konfrontasi dengan Pak Bima, Reza kembali ke rumah dengan wajah yang tegang. Ia langsung mencari Via, yang saat itu sedang duduk di ruang keluarga. Via tengah berusaha menenangkan diri dengan membaca buku, tetapi pikirannya tetap gelisah. Begitu melihat raut wajah suaminya, ia tahu ada sesuatu yang serius."Reza, apa yang terjadi?" tanyanya sambil menutup buku dan meletakkannya di pangkuan.Reza berjalan mendekat, duduk di sampingnya, dan langsung meraih tangannya. Ia menatap Via dengan penuh kesungguhan. "Aku sudah bertemu dengan Pak Bima. Dia tidak akan berhenti begitu saja, Via. Tapi aku berjanji, aku akan melindungimu dari semua ini."Via mengangguk pelan, tetapi hatinya masih dipenuhi kekhawatiran. Janji Reza adalah penguat, tetapi tidak cukup untuk menghilangkan rasa takut yang terus menghantuinya."Reza," katanya pelan, mencoba meredam suaranya agar tidak terdengar gemetar, "aku percaya padamu. Tapi... aku takut. Semua ini terasa terlalu berat untu
Konfrontasi di Perusahaan Di kantor, suasana menegang saat Reza memanggil Chandra ke ruangannya. Chandra, yang awalnya terlihat percaya diri, mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres dari ekspresi dingin sepupunya. “Chandra,” suara Reza terdengar tenang, namun sarat dengan ketegasan, “Aku ingin kita berbicara serius hari ini. Tentang kamu, Raysa, dan segala permainan yang kalian jalankan di belakangku.” Wajah Chandra langsung berubah pucat. Ia mencoba menyangkal. “Saya tidak mengerti maksudmu. Apa yang akmu bicarakan?” Reza meletakkan flash drive di atas meja. “Aku punya rekaman percakapanmu dengan Raysa. Kau pikir aku akan membiarkan kalian terus menghancurkan hidupku dan Via?” Chandra tercekat, berusaha mencari alasan. “Om, itu bukan seperti yang terlihat. Saya hanya...” Reza memotong dengan nada dingin, “Hanya ikut campur dalam urusan pribadiku? Hanya berusaha menghancurkan istri yang kucintai? Cukup, Chandra! Aku sudah cukup bersabar dengan semua ini.” Reza berdiri,
Malam itu, Reza duduk di ruang kerja dengan laptopnya terbuka. Ia memeriksa rekaman yang diberikan Lisa kepada Via, mencatat setiap detail penting. Ada sesuatu yang memberinya ide—rekaman ini bisa menjadi kunci untuk membalikkan keadaan.Namun, saat Reza berencana untuk melibatkan pengacaranya, Via tiba-tiba masuk ke ruang kerja dengan tatapan penuh tekad.“Aku ingin menghadapi Raysa sendiri,” katanya.Reza menoleh, terkejut. “Via, ini bukan hanya tentangmu. Ini tentang kita. Biarkan aku menangani ini.”Via menggeleng. “Sudah terlalu lama aku diam, Reza. Aku selalu mengandalkanmu untuk melindungiku, tapi aku sadar, jika aku terus begini, mereka akan berpikir aku lemah. Aku ingin menunjukkan kepada mereka bahwa aku juga bisa bertarung.”Reza terdiam sesaat, lalu mengangguk perlahan. “Baik, tapi kita hadapi ini bersama.”Via dan Reza memutuskan untuk mengadakan konferensi pers untuk mengklarifikasi semua rumor yang beredar. Dalam ruangan yang dipenuhi wartawan, Via berdiri di depan podi
Via berdiri di kamar dengan ponsel Reza di tangannya. Pesan dari Raysa tampak mencolok di layar:"Aku tahu kamu masih peduli padaku, Reza. Jangan bohongi dirimu sendiri. Aku akan menunggu kapan pun kamu siap kembali."Pesan itu membuat darah Via mendidih. Selama ini, ia sudah mencoba bertahan di tengah segala hinaan dan fitnah. Namun, pesan itu membuatnya merasa seolah-olah semua perjuangannya sia-sia.Saat Reza masuk ke kamar, ia melihat Via menatapnya dengan mata penuh amarah dan rasa sakit. “Reza, apa maksud semua ini?” Via menunjukkan layar ponselnya.Reza mengernyit. Ia mendekat untuk melihat pesan tersebut, lalu menghela napas berat. “Via, dengarkan aku. Aku tidak pernah membalas pesannya, apalagi memiliki hubungan apa pun dengannya.”Namun, Via sudah terlalu lelah untuk menerima penjelasan. “Kalau begitu, kenapa dia masih berani menghubungimu seperti ini? Apa yang membuat dia merasa punya hak untuk mengatakan semua itu?”Reza mencoba mendekati Via, tapi istrinya mundur selangka
Malam itu, setelah konferensi pers selesai, Via tidak bisa tidur. Ia merasa semua tindakan Reza untuk membelanya hanya memperburuk keadaan. Berita dan komentar di media sosial semakin menjadi-jadi. Bahkan, beberapa pasien di kliniknya mulai membatalkan jadwal konsultasi dikliniknha, membuatnya merasa reputasi kliniknya juga ikut hancur. Banyak pelanggan mengkritik meminta Via untuk di pecat. Pagi harinya, saat Via duduk di meja makan dengan tatapan kosong, Lisa datang untuk mengecek kondisi Bu Diana. Melihat Via yang tampak tidak bersemangat, Lisa langsung bertanya, “Vi, kamu kelihatan makin drop. Ada apa lagi? Aku dengar berita itu viral lagi.”Via hanya mengangguk lemah. “Aku lelah, Lis. Aku gak tahu lagi harus gimana.”Lisa menghela napas panjang. “Vi, kamu harus tegas. Kalau ini memang ulah Raysa, kamu gak bisa terus-menerus diam dan biarkan dia menang. Aku yakin Reza juga akan mendukungmu.”Namun, Via menggeleng. “Aku tidak yakin, Lis. Semakin Reza mencoba membelaku, semakin ban
Malam itu, ketika Reza tiba di rumah, ia langsung mencari Via untuk membicarakan kejadian di kantor. Namun, ia mendapati istrinya sedang duduk di ruang tamu dengan wajah lelah dan pandangan kosong. Raut wajah Via sudah cukup bagi Reza untuk tahu bahwa istrinya telah mendengar sesuatu yang buruk lagi.“Via, ada apa? Apa yang terjadi hari ini?” tanya Reza, mencoba mendekati istrinya.Via mengangkat pandangan, matanya sudah basah oleh air mata yang tertahan. “Reza, apa kamu tahu seberapa jauh Raysa mencoba menghancurkan aku? Aku merasa tidak punya tempat lagi di dunia ini.”Reza terkejut mendengar nada suara Via yang begitu hancur. “Apa maksudmu? Apa dia melakukan sesuatu lagi?”Via mengangguk perlahan. “Hari ini, aku mendengar gosip dari beberapa orang di klinik. Mereka membicarakan skandal lama kita… saat aku dan kamu ditangkap di hotel. Mereka mengaitkannya dengan statusku sebagai istrimu sekarang, seolah-olah aku adalah wanita murahan yang merebutmu dari Raysa. Aku malu, Reza... Aku
Setelah acara berakhir, dalam perjalanan pulang, Via tak mampu menahan lagi emosinya. Di dalam mobil, ia menatap Reza dengan mata berkaca-kaca. “Aku lelah, Reza. Selalu dihina, dianggap rendah… semua hanya karena aku menikah denganmu. Sampai kapan aku harus bertahan seperti ini?”Reza menggenggam tangannya, mencoba menenangkan hati istrinya. "Aku akan selalu melindungimu, Via. Apa pun yang terjadi, aku akan memastikan mereka berhenti meremehkanmu. Bahkan jika itu berarti aku harus meninggalkan semua ini demi kita."Namun di lubuk hati, Via mulai mempertanyakan apakah cinta mereka mampu bertahan di tengah tekanan seperti ini, dan apakah Reza benar-benar mampu mengatasi ambisi keluarga besar Wijaya yang penuh intrik demi dirinya.Sesampainya di rumah, Via merasa benar-benar lelah dan tertekan. Semua perkataan hinaan, tatapan tajam, dan sindiran selama acara tadi masih terngiang di kepalanya. Sejak pernikahannya dengan Reza, ia tak pernah merasa diterima penuh oleh lingkungan keluarga be
Konflik yang dihadapi Via dan Reza mulai meruncing, terutama setelah Raysa dan Chandra semakin berani menjalankan rencana mereka. Raysa, yang tahu betul titik lemah Via, mulai menyusun skenario untuk mempermalukan dan menyudutkan Via di depan publik.Suatu pagi di klinik, Via menerima telepon dari seorang wartawan yang menanyakan kabar tentang "Masa lalu Raza," dan posisinya sebagai istri pewaris Wijaya Nikel. Wartawan itu, yang jelas-jelas telah mendapat bocoran dari Raysa atau Chandra, berusaha memancing Via untuk memberikan pernyataan resmi tentang tuduhan merebut suami orang, Via yang terkejut dengan pertanyaan tersebut, langsung menyadari bahwa sesuatu sedang dipermainkan.Namun masalah ini tak berhenti di situ. Setelah hari yang melelahkan, Via menerima undangan acara amal dari perusahaan Reza, di mana ia diharapkan hadir sebagai pendampingnya. Reza berharap kehadiran mereka sebagai pasangan akan memulihkan citra mereka. Via, meski ragu, akhirnya setuju demi menjaga kehormatan s