Alis Jeremy langsung berkerut. Nama itu tidak asing baginya. Konon, pria ini adalah orang yang memiliki temperamen aneh dan tidak bisa ditebak. Seberapa anehnya temperamen pria itu? Dia mungkin bisa tersenyum padamu saat ini, tapi bisa membunuhmu di detik berikutnya.Di bawah kendalinya, ada sebuah organisasi pembunuh bayaran yang besar dan tidak ada yang tahu seberapa luas jangkauan kekuasaannya. Dia adalah orang yang benar-benar berbahaya.Jeremy pernah mendengar nama itu sebelumnya. Namun, dia sendiri belum pernah melihat sosoknya, apalagi membayangkan bahwa Eleanor ternyata punya hubungan dengan orang seperti itu."Yakin?""Yakin!" Danuar mengangguk dengan mantap. "Jadi, Kak Jeremy, semua masalah yang berhubungan sama Eleanor ditutupi sama orang ini. Bukan aku yang nggak mau selidiki, tapi banyak sekali halangannya. Aku juga nggak berdaya."Bagaimanapun, Jeremy tahu bahwa tingkat kesulitannya lumayan tinggi jika ingin menyelidiki suatu hal di Negara Leroria. Jika masih di dalam neg
Pada saat ini, pintu kamarnya diketuk oleh Yoana. Yoana berdiri di luar dengan gugup sambil membawakan semangkuk mie yang masih hangat.Danuar meliriknya sekilas, lalu tersenyum. "Lho, Bu Yoana, kenapa kamu ke sini?""Kulihat Jeremy sepertinya belum makan malam. Jangan minum anggur dalam keadaan perut kosong. Aku sudah masakkan mie untuknya."Yoana yang matanya masih merah karena menangis, berbicara dengan suara serak yang diselingi sedikit isak. Saat ini, dia mengenakan gaun putih dengan rambut panjangnya yang tertata anggun. Wajahnya yang berpura-pura tegar terlihat sangat mengundang rasa iba.Dia membawa mangkuk itu ke depan Jeremy dan meletakkannya di meja dengan hati-hati. Saat menurunkan mangkuk tersebut, tangannya sengaja dibiarkan terbuka sehingga memperlihatkan telapak tangannya yang memerah karena terkena panas.Jeremy memperhatikan dengan sekilas. Alisnya sedikit terangkat, tapi tidak mengatakan apa pun.Yoana pun tidak menyinggung peristiwa yang terjadi malam ini. Setelah m
Keesokan harinya.Eleanor membangunkan Harry untuk berangkat sekolah seperti biasanya."Mama, semalam kamu nggak tidur nyenyak ya?" Melihat wajah Eleanor yang tampak kelelahan, jelas sekali dia tidak bisa terlelap semalaman.Eleanor terus membolak-balikkan diri di ranjang karena tidak bisa tidur semalaman. Begitu memejamkan mata, wajah Jeremy terus terbayang di hadapannya. Eleanor benar-benar merasa dirinya hampir gila."Mama nggak bisa tidur semalam.""Karena Jeremy?" Harry menatap Eleanor dengan matanya yang bunda. "Dia ganggu Mama lagi? Aku mau kasih pelajaran ke dia.""Nggak, dia nggak ganggu aku. Harry, ini urusan orang dewasa. Yang harus kamu lakukan sekarang adalah sekolah dengan baik. Yang lainnya serahkan sama Mama saja.""Huh." Harry mencibir. "Aku tahu, Mama. Harry sudah bosan dengar perkataan ini."Melihat wajah gemas Harry, Eleanor mendadak teringat pada Daniel yang masih di rumah sakit. Pikirannya mulai terusik. Entah bagaimana kondisi Daniel hari ini.Setelah mengantar H
Yoana ingin sekali memulihkan citranya di depan Jeremy sekarang. Cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan menunjukkan perhatian lebih pada Daniel.Yoana duduk di samping tempat tidur Daniel yang sedang sakit, pandangannya tertuju pada termos makanan di meja sebelah. Dia mengangkat termos itu dan memeriksanya. Seketika, dia menyadari bahwa ini bukan termos yang biasa digunakan Keluarga Adrian. Jadi, dia segera memanggil para pengawal untuk masuk."Siapa yang ngasih sup ini?"Pengawal menjawab dengan jujur, "Bu Eleanor.""Eleanor!" seru Yoana dengan lantang. Kebencian yang tersirat dalam pandangannya membuat para pengawal terkejut.Huh, hebat sekali Eleanor ini! Baru saja dia menggoda Jeremy semalam, sekarang malah sok baik mengunjungi Daniel. Apa benar dia tidak punya maksud lain?Saat Yoana mengangkat termos itu dan hendak membuangnya ke tempat sampah, tiba-tiba terlintas sebuah ide dalam benaknya. Berhubung termosnya sudah diantarkan, lalu kenapa dia tidak memanfaatkannya saja?Y
Daniel ragu sejenak, tetapi akhirnya tetap mencicipi satu sendok. Yang dia bayangkan akan terasa tidak enak ternyata justru sebaliknya, sup itu cukup enak.Melihat Daniel akhirnya meminum sup buatannya, Yoana segera tersenyum lebar penuh kegembiraan. "Gimana rasanya? Lumayan, 'kan?" tanyanya dengan antusias.Daniel yang biasanya sangat kritis, tidak menemukan alasan untuk mengatakan bahwa sup itu tidak enak. Pada saat itu, dokter masuk untuk memeriksa suhu tubuh Daniel. Yoana mendekat dengan penuh perhatian dan bertanya, "Dokter, gimana kondisi Daniel sekarang?"Dokter melirik termometer elektronik yang dipegangnya dan tersenyum tipis. "Tenang saja, demamnya sudah turun."Saat itu, dokter melihat sup bawang dan jahe yang sedang diminum Daniel, lalu menambahkan, "Sup bawang putih dan jahe ini bagus. Bisa sering diberikan sama anak karena bisa membantu mengurangi ketidaknyamanan akibat demam."Yoana tersenyum lembut menanggapinya, "Terima kasih, Dokter. Kami pasti akan melakukannya."Sam
Bagaimanapun, kekuatan Grup Pratama memang nyata. Jika dibandingkan dengan mereka, siapa pun pasti akan menjadikan Grup Pratama sebagai pilihan utama.Eleanor memperhatikan ekspresi menyerah di wajah semua orang. Dia bertepuk tangan ringan untuk menarik perhatian semua orang, lalu berkata, "Semuanya, ayo semangat! Memang benar bersaing sama Grup Pratama bukan hal mudah, tapi kita juga nggak kalah hebat. Nggak ada hal yang nggak mungkin."Vivi juga menambahkan, "Iya nih. Dalam beberapa tahun terakhir, reputasi merek kita sangat bagus. Kualitas produk dan angka penjualan juga nggak perlu diragukan lagi. Duta merek memang penting, dan ini adalah kesempatan kita."Namun, beberapa peserta rapat mengungkapkan kekhawatiran. "Tapi, Bu Eleanor, Bu Vivi, Keysha itu pilihan Grup Pratama. Apa kita benar-benar bisa bersaing?""Keysha baru saja memenangkan penghargaan aktris terbaik. Dari semua sudut pandang, dia memang pilihan yang paling cocok. Tapi Bu, kita hampir nggak punya peluang bisa menang
Yoana mendengar obrolan semalam dengan jelas. Eleanor dan Jeremy belum mengurus akta cerai. Itu artinya, mereka masih suami istri di mata hukum.Selama mereka belum sah bercerai, Yoana tidak bisa menikah dengan Jeremy. Itu sebabnya, Yoana ingin mereka segera mengambil akta cerai dan mengusir Daniel. Bukankah dia akan untung besar?Asalkan anak itu kembali ke sisi Eleanor, Jeremy tidak akan mengurusnya lagi dan Yoana punya kesempatan. Baik itu Eleanor ataupun Daniel, keduanya sama-sama ancaman besar baginya.Yoana tidak akan membiarkan mereka hidup dengan baik di dunia ini. Lagi pula, Eleanor dan Daniel bukan siapa-siapa. Yoana bisa menghabisi mereka dengan mudah.Eleanor menatap Yoana dengan dingin. Dia tidak melewatkan kekejaman yang tebersit pada tatapan Yoana. Eleanor tidak bodoh. Yoana tidak mungkin berbaik hati menolongnya. Bekerja sama? Yoana hanya akan mengkhianatinya pada akhirnya."Gimana? Mau kerja sama denganku nggak? Kamu mau anak, aku mau Jeremy. Kita bakal mendapat yang k
Di bawah sinar lampu, tampak Jeremy yang duduk di sudut sofa dengan elegan. Tangannya yang ramping diletakkan di sandaran sofa. Ekspresinya tampak datar. Matanya yang hitam tampak dingin. Auranya yang kuat pun membuat orang tidak berani mendekat."Siapa yang suruh dia kemari?" tanya Jeremy dengan suara rendah. Suasana menjadi sunyi senyap. Semua orang bertatapan dan tidak berani bersuara.Sesaat kemudian ...."Kak Jeremy, Danuar yang menyuruhnya kemari. Ini bukan salahku ya," jawab Bastian dengan jujur.Kelopak mata Danuar langsung berkedut. Dia hampir bangkit dari kursinya dan melayangkan tinju. "Dasar kamu ini ....""Aku yang menyuruhnya memberitahuku lokasimu. Aku sendiri yang mau kemari," ujar Eleanor."Kamu mencariku?" tanya Jeremy sambil memicingkan mata."Ya, ada yang ingin kubicarakan." Suara Eleanor mengandung amarah yang ditahan.Jeremy seketika berminat. Dia mengaitkan jarinya. "Kemari."Eleanor hanya berdiri diam di tempatnya. Suasana hati Jeremy sedang baik. Dia bertanya,
Justin segera menopang tubuh Simon dengan kedua tangannya dan menepuk dada Simon untuk menenangkan dirinya. "Tuan Simon? Tuan Simon? Tuan, bertahanlah. Cepat panggil dokter. Cepat!"Namun, dua menit kemudian, sebuah kabar datang lagi lebih cepat daripada datangnya dokter. "Tuan Simon, ada kabar dari sana bilang Tuan Jeremy baik-baik saja. Dia tidak jatuh ke laut."Simon pun menarik napas dalam-dalam dengan bantuan Justin, tatapannya akhirnya terlihat kembali bersinar. Dia langsung memerintah dengan lantang dan suara yang serak, "Jadi, dia sudah kembali? Uhuk uhuk. Dia sudah kembali? Cepat suruh dia pulang!"Pada saat itu, seorang pengawal lainnya yang baru saja menutup telepon bergegas masuk ke ruangan itu. "Tuan Simon, Tuan Jeremy ...."Simon segera maju dan bertanya, "Ada apa dengan dia?""Nona Eleanor jatuh ke laut, jadi Tuan Jeremy ikut melompat untuk mengejarnya," jawab pengawal itu.Wajah Simon yang baru saja pulih pun kembali pucat, Justin juga segera menopang tubuhnya dengan si
Eleanor menahan napasnya saat melihat tangan besar yang sedang mencengkeram belati yang tajam itu. Darah pun terus menetes ke wajahnya dari ujung belati itu.Jeremy berdiri di sana dengan wajah yang pucat dan kening serta pipi kanannya terluka akibat benturan. Bahkan pakaiannya pun sudah robek karena tergores benda tajam. Penampilannya terlihat sangat berantakan.Melihat Jeremy yang menggigit bibirnya dan menatapnya dengan tatapan yang dingin, pria yang tadi mencoba menusuk Eleanor langsung ketakutan dan melepaskan belatinya. Dia secara refleks mundur. Namun, di detik berikutnya, belati itu langsung memelesat ke lehernya.Melihat kejadian itu, pemimpin kelompok itu langsung tercengang saat melihat Jeremy tidak mati. "Tuan ... Jeremy?"Eleanor juga menatap Jeremy dengan tidak percaya. Setelah terdiam cukup lama, dia akhirnya memanggil nama Jeremy.Jeremy segera membungkuk dan memeriksa kondisi Eleanor. Melihat tubuh Eleanor yang penuh dengan luka, dia langsung menyipitkan matanya. Dia m
Para pria itu mulai merasa waspada. Mereka mengangkat belati mereka dan perlahan-lahan mendekati Eleanor.Meskipun tubuhnya penuh dengan luka, amarah di hati Eleanor membuatnya tetap bertahan. Dia juga tidak tahu dari mana datangnya kekuatan ini. Saat para pria itu mengarahkan belati mereka ke arahnya, dia kembali mengayunkan tongkat kayu di tangannya.Namun kali ini, para pria itu sudah mempersiapkan diri mereka. Mereka mengarahkan belati mereka untuk menyerang Eleanor dari arah yang berbeda. Mereka menyerang bagian yang tidak mematikan, tetapi cukup membuat Eleanor kesakitan.Gerakan Eleanor yang terluka parah sudah tidak secepat dan sekuat sebelumnya lagi, sehingga tongkat kayunya berhasil ditendang terlepas dari tangannya dan lengannya terluka karena ditebas. Dia hanya bisa merintih kesakitan, membuat pria yang memimpin kelompok itu tertawa terbahak-bahak."Jangan biarkan dia mati terlalu cepat," kata pemimpin kelompok itu."Heh." Eleanor yang terhuyung-huyung pun menundukkan kepal
Tepat pada saat itu, lampu dari mobil-mobil di belakang menerangi punggung Eleanor. Saat dia menoleh, dia melihat mobil-mobil itu sudah berhenti dan sekelompok orang keluar dari mobil. Mereka adalah orang-orang yang tadi mengejarnya dan kini kembali lagi. Dia mengepalkan tangannya dengan erat saat melihat mereka perlahan-lahan mengepungnya, tetapi dia tidak merasakan sakit sedikit pun.Pemimpin kelompok itu melihat ke sekeliling, tetapi tidak melihat mobil yang dinaiki Eleanor dan juga Jeremy. Namun, saat melihat jejak ban yang mengarah ke tebing dan juga jejak darah dari Eleanor, dia langsung memiliki firasat buruk. Dia langsung memberikan isyarat pada bawahannya untuk segera melaporkan hal ini pada Yoana.Mendengar kabar Jeremy mungkin jatuh ke laut dan tewas, ekspresi Yoana langsung membeku dan kakinya lemas sampai langsung terjatuh ke lantai. Dia segera maju dan meraih kerah bawahannya. "Apa ... yang kamu katakan? Katakan sekali lagi! Katakan sekali lagi! Katakan sekali lagi!"Bawa
Eleanor tiba-tiba merasa cemas saat melihat mobil masih tidak melambat sedikit pun. Matanya membelalak dan berteriak dengan keras, "Jeremy, injak rem!"Jika mobilnya masih tidak berhenti, Eleanor merasa mereka akan jatuh ke dalam jurang bersama mobilnya. Mereka juga masih tidak tahu seberapa tinggi jurang itu, peluang untuk bertahan hidup sangat kecil jika mereka jatuh.Ekspresi Jeremy terlihat sangat muram saat melihat jarak mereka dengan tebing sudah tidak sampai 20 meter. Dengan laju yang secepat ini, bahkan membelok arah pun sudah tidak sempat lagi.Melihat jarak mobil dengan tebing makin dekat dan Jeremy masih tidak melambat sedikit pun, dia merinding dan ekspresinya terlihat sangat ketakutan. Namun, di detik berikutnya, Jeremy malah segera membuka sabuk pengamannya."Kamu?" kata Eleanor sambil menatap Jeremy yang membuka pintu mobil dengan tatapan tidak percaya.Jeremy berteriak, "Lompat!""Apa?" tanya Eleanor dengan bingung.Jeremy menatap Eleanor. Saat ini, dia akhirnya menyada
Eleanor baru saja hendak mengoperasikan ponselnya, tetapi benturan keras dari mobil belakang membuat tubuhnya terdorong ke depan dan ponselnya pun terlempar. Sebelum sempat mengambil ponselnya, dia mendengar suara tembakan lagi.Ekspresi Jeremy terlihat sangat marah. Dia segera menekan kepala Eleanor dan berkata, "Tunduk, jangan bergerak."Kaca jendela mobil sudah pecah dan angin dingin terus bertiup masuk.Eleanor mencoba untuk meraih ponselnya, tetapi dia akhirnya hanya bisa menstabilkan tubuhnya karena mobil berguncang. Para pengejar masih enggan menyerah dan jumlah mereka malah makin banyak. Mereka benar-benar bertekad untuk menghabisinya malam ini. Tidak perlu berpikir panjang pun, dia sudah tahu orang yang mengirim mereka adalah Yoana.Sementara itu, orang-orang dari Keluarga Adrian sudah melaporkan kejadian ini pada Simon.Mendengar Jeremy sedang bersama dengan Eleanor, Simon langsung bangkit. "Apa yang kamu katakan? Apa dia terluka?""Saat ini dia masih baik-baik saja," jawab o
Tatapan Jeremy menjadi dingin dan muram saat melihat ada empat mobil yang sudah mengepung mereka. Dia mengumpat dengan pelan, orang-orang ini jelas menargetkan Eleanor. Sialan. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan memanggil para pengawalnya.Di belakang, Avery yang sedang mengemudi mobil juga menyadari situasi berbahaya itu. Dia langsung mendiskusikan strategi dengan bawahannya menggunakan perangkat audio nirkabel. Tak lama kemudian, mobil mereka segera melaju ke depan dan menghentikan beberapa mobil itu. Dia juga segera menghubungi Charlie.Tepat pada saat itu, Andy melihat mobil di samping tiba-tiba membanting setir dan menabrak ke arah mereka dengan nekat. Semuanya terjadi hanya dalam dua detik. Dia pun berteriak dengan mata yang membelalak, "Bos, pegang Nona Eleanor baik-baik."Bang!Terdengar suara benturan yang keras dan tubuh mereka berguncang sampai kepala Eleanor langsung terasa pusing. Kelihatan jelas, mobil Jeremy dan Eleanor ditabrak ke samping dengan keras. Untungnya, sab
"Apa yang ingin kamu katakan? Minta maaf? Aku nggak ingin mendengarnya." Eleanor menepis tangan Jeremy."Cuma beberapa menit," kata Jeremy dengan keras kepala, lalu menarik Eleanor masuk ke mobil dengan paksa.Di depan, Andy segera menyalakan mesin mobil. Para pengawal Keluarga Adrian pun mundur.Melihat Eleanor dibawa pergi, Avery langsung masuk ke mobil. "Kejar!"Angin malam musim gugur terasa lebih dingin dari biasanya. Di dalam mobil, tatapan Eleanor membeku seperti es. Sebuah sekat perlahan naik, memisahkan kursi depan dan belakang."Kamu benar-benar harus pergi?" Suara rendah terdengar di dalam kabin yang sunyi.Tanpa menoleh, Eleanor menjawab dengan suara dingin, "Ya. Kamu juga sudah janji akan membiarkan aku dan anak-anak pergi, tanpa mengganggu kami lagi."Jari-jari Jeremy memutih karena cengkeramannya terlalu kuat. Dia tak kuasa tertawa. Dia telah melukai wanita ini begitu dalam.Wajar jika Eleanor ingin pergi. Dia seharusnya bisa menerima jika Eleanor ingin membawa anak-anak
Untungnya, video ini selalu tersimpan di album rahasia di ponselnya. Tak disangka, lima tahun kemudian akhirnya berguna.Sergio mengepalkan tangannya erat-erat. Sebelum melihat video ini, dia sama sekali tidak percaya pada Yoana.Begitu banyak hal telah terjadi, wajar jika kebencian Yoana pada Eleanor sudah mencapai puncaknya. Dia mengira Yoana hanya ingin memanfaatkannya untuk menyingkirkan Eleanor, jadi dia berasumsi bahwa semua ini hanyalah kebohongan yang dibuat-buat.Sampai akhirnya dia melihat video itu. Wanita dalam video itu adalah Eleanor, ini bukan sesuatu yang bisa dipalsukan.Semua ini sudah berlalu bertahun-tahun, Yoana tidak mungkin bersusah payah membuat video palsu dan menyimpannya selama lima tahun.Saat ini, amarah di dadanya membuncah. Yoana melihat kebencian yang melintas di mata Sergio. Dia cukup memahami pria ini.Dulu, Sergio benar-benar menginginkan anak itu. Dia maju selangkah, mencengkeram kerah Sergio erat-erat. "Sergio, Jeremy nggak akan melepaskanku. Begitu