Share

Bab 54

Author: Arizah Karimah
Yoana juga menunjukkan wajah serius, lalu menegur dengan suara lantang, "Eleanor, kamu benar-benar keterlaluan! Bagaimanapun, Bibi lebih tua darimu. Kenapa kamu sengaja menjatuhkannya?"

Eleanor memutar matanya dengan ekspresi tidak percaya, lalu menjawab dengan dingin, "Kalian semua buta? Nggak lihat dia yang memaksa menarikku?"

"Kalau begitu, kenapa kamu nggak berhenti? Kamu tahu dia menarikmu, tapi kamu tetap maju. Apa maksudmu?" Yoana bersikeras menekan Eleanor.

Eleanor tertawa kesal. "Kalau dia nggak mau biarkan aku pergi, apa aku harus menuruti kemauannya? Memangnya dia ngira aku ini ibunya?"

"Kamu!" Yoana terdiam, marah, tetapi tak bisa membalas. "Ini benar-benar keterlaluan! Jeremy, masalah ini nggak boleh dibiarkan begitu saja."

Yoana yang merasa telah menemukan kesalahan Eleanor, tidak mau melepaskan kesempatan ini untuk terus menyerangnya. Sementara itu, Bella masih memegangi lututnya sambil mengeluh kesakitan.

Tatapan Jeremy semakin dingin dan penuh dengan kemarahan saat men
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 55

    "Bibi?" Wajah Yoana tampak kaget."Aku tahu kamu nggak rela, aku juga sama. Tapi, Jeremy sudah marah. Kalau kita teruskan lagi, nggak akan menguntungkan bagi kita. Yoana, nggak boleh buru-buru dalam melakukan sesuatu. Tunggu saja."Yoana mengangguk dengan senang. "Ucapan Bibi memang masuk akal."Kerumunan perlahan bubar, tetapi Jeremy tetap menatap Eleanor dengan dingin. Keduanya berdiri saling berhadapan."Kapan mulutmu itu bisa belajar untuk berkompromi!?" tukas Jeremy dengan nada tajam.Eleanor tersenyum sinis, "Berkompromi? Maaf, itu sesuatu yang nggak akan pernah kupelajari."Jeremy menyipitkan matanya, sorot matanya dalam dan sulit dipahami. Dia kemudian berbalik dan berjalan keluar dengan langkah besar menuju toilet terdekat untuk membersihkan kopi yang lengket di tangannya.Setelah selesai mencuci tangan, dia hendak keluar. Namun, dia tiba-tiba melihat sosok kecil yang mengintip dari sudut. Jeremy mengerutkan kening, merasa sosok itu tidak asing. Dia melemparkan tisu ke tempat

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 56

    Jeremy menarik kembali pandangannya dari Eleanor dengan ekspresi datar, lalu menggandeng Daniel yang berada di belakangnya dan berjalan keluar dari mal. Di dalam hatinya, Daniel merasa sangat cemas. Dia harus segera memberi tahu Harry agar mereka tidak bertemu di rumah nanti.Sementara itu, Bella dan Yoana yang melihat Jeremy membawa Daniel keluar dari mal, saling bertukar pandang dengan penuh kebingungan.Bella mengerutkan kening dan bertanya, "Jeremy, kenapa dia ada di sini?""Dia bosan di rumah, jadi aku menyuruh seseorang membawanya keluar untuk jalan-jalan," jawab Jeremy tanpa mengungkapkan bahwa Daniel sebenarnya keluar sendiri tanpa izin.Dia tahu betul Bella tidak menyukai Daniel. Jika dia mengetahui bahwa Daniel keluar tanpa izin, bocah itu pasti akan dimarahi habis-habisan.Daniel mengangkat kepalanya untuk melirik Jeremy yang hanya memberi isyarat dengan matanya. "Ayo, pulang."Bella yang masih merasa kesal, tidak bisa menahan diri untuk mengomel, "Daniel, apa-apaan ini? Jan

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 57

    "Papa?""Kenapa jalannya lambat sekali? Takut kumarahi?" tanya Jeremy.Dalam hati, Daniel membatin, 'Aku takut kamu pingsan karena kaget melihat ada dua Daniel!'"Ya, aku tahu salah, Papa.""Masih berani diulangi lagi lain kali?" tanya Jeremy."Nggak," jawab Daniel dengan cepat.Jeremy tidak berdaya. Melihat anak itu yang biasanya ceria tiba-tiba menjadi pendiam, Jeremy merasa tidak tega. Dia khawatir perubahan kecil yang sudah mulai terlihat pada Daniel akan hilang dan anak itu kembali menjadi pendiam seperti dulu.Akhirnya, Jeremy berkata, "Baiklah, kali ini Papa nggak akan menghukummu. Tapi jangan seperti ini ini lagi lain kali.""Iya, iya, aku tahu," Daniel buru-buru mengangguk."Anak pintar," kata Jeremy sambil menggenggam tangan kecil Daniel.Namun di dalam hatinya, Daniel merasa seperti ingin menangis. Dia sudah bisa membayangkan adegan ketika dia masuk ke rumah dan bertemu langsung dengan Harry.Sudahlah, aku sudah berusaha sebaik mungkin. Kalau ketahuan, ya ketahuan saja.Deng

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 58

    Dua bocah itu langsung terkejut. Gerakan mereka yang sedang saling bertukar pakaian pun terhenti seketika.Daniel menjadi yang duluan bereaksi. "Cepat sembunyi! Nanti kalau Papa sudah pergi, aku akan mengeluarkanmu."Daniel menarik Harry sambil melihat sekeliling kamar, hingga pandangannya tertuju pada lemari pakaian. Dia segera menyeret Harry dan mendorongnya masuk ke lemari."Kak, kamu yakin ini akan berhasil?" tanya Harry dengan suara kecil."Sembunyi saja dulu. Jangan sampai bersuara," jawab Daniel tegas.Harry hanya bisa mengangguk. Daniel menutup pintu lemari dengan hati-hati, lalu menarik napas panjang beberapa kali untuk menenangkan dirinya. Setelah merasa cukup tenang, dia berjalan ke pintu seolah tidak terjadi apa-apa dan membukanya.Jeremy berdiri di ambang pintu dengan wajah serius. Dia sempat mendengar suara gaduh dari dalam kamar dan menjadi curiga."Kamu lagi ngapain di dalam?" tanya Jeremy sambil masuk ke kamar, matanya menyapu setiap sudut ruangan.Daniel merasa jantun

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 59

    Jam tangan pintar Daniel kembali berbunyi. Eleanor meneleponnya. Setelah pulang, dia tidak melihat seorang pun di rumah. Daniel melepas jam tangan itu dan menyerahkannya kepada Harry. Harry segera mengangkat telepon dan memanggil dengan gembira, "Mama.""Harry, di tempat asing begini, kamu kabur ke mana lagi?" Suara Eleanor terdengar tegas di telepon.Harry dengan cepat memutar otaknya dan menjawab, "Mama, aku lihat kalian belum pulang, jadi aku bosan sendirian. Aku keluar sebentar untuk main, tapi sebentar lagi aku pulang. Jangan khawatir, ya."Eleanor hampir tertawa karena kesal. Kenapa anaknya suka sekali berkeliaran seperti ini?"Kamu di mana? Biar kujemput.""Nggak usah! Aku bisa pulang sendiri. Jangan khawatir, Mama. Aku tutup dulu ya." Setelah itu, Harry buru-buru menutup telepon karena takut Eleanor bertanya lebih jauh."Gimana? Apa Mama percaya?" tanya Daniel."Sepertinya dia percaya," jawab Harry."Aku turun untuk lihat situasinya dulu." Daniel keluar dari kamar untuk memerik

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 60

    Yoana membawa sepiring buah-buahan dan hendak naik ke lantai atas. Namun, ketika melihat Jeremy turun, dia langsung tersenyum dan memanggil, "Jeremy."Jeremy sama sekali tidak menghiraukannya dan berjalan keluar tanpa menoleh. Awalnya, dia sudah melarang Yoana tinggal di rumah, tetapi Yoana terus bertahan dengan memanfaatkan dukungan dari Bella.Melihat sikap Jeremy, Bella merasa sangat kesal. "Jeremy, sampai kapan kamu mau bersikap seperti ini sama Yoana? Apa kamu perlu sampai bersikap seperti itu cuma karena seorang anak haram?"Jeremy menghentikan langkahnya dengan alis yang mengerut dalam. Dia berbalik dengan ekspresi dingin dan memperingatkan, "Kalau kudengar kata 'anak haram' lagi di rumah ini, orang itu akan kuusir sekarang juga.""Kamu!" Bella begitu marah hingga hampir terperanjat dari kursi rodanya.Yoana buru-buru melangkah maju dan mencoba menenangkan Bella. "Bibi, tenang dulu. Suasana hati Jeremy lagi buruk hari ini. Dia bukan sengaja mau buat Bibi marah."Saat itu, Basti

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 61

    "Pertanyaan apa?""Kamu suka Paman Charlie nggak?"Eleanor tertegun sejenak. "Kenapa aku harus suka sama dia?""Paman Charlie suka sama kamu."Eleanor dikagetkan oleh ucapan Harry. Charlie suka sama dia? Charlie tidak menyiksanya saja sudah patut disyukuri."Anak-anak jangan ngomong sembarangan," sergah Eleanor."Aku nggak ngomong sembarangan. Aku lihat surat cinta yang ditulisnya untukmu. Semua surat itu disimpan di sebuah kotak hitam."Eleanor hanya bisa terdiam. Pria yang selalu membawa pisau atau pistol itu, menulis surat cinta?Harry menatap Eleanor dengan penasaran dan melanjutkan, "Mama, kalau Mama nggak suka Paman Charlie, apa Mama suka Jeremy?"Eleanor hampir tersedak mendengar pertanyaan itu. Sejak kapan anak ini memanggil Jeremy dengan begitu lancar? Mendengar nama Jeremy, ekspresi Eleanor menjadi agak getir.Dia menjawab dengan nada datar, "Dulu suka, sekarang nggak.""Kalau Mama juga nggak suka Jeremy, berarti Paman Charlie masih ada peluang, 'kan?"Eleanor merasa kepalany

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 62

    Eleanor benar-benar tidak ingin mengurus Jeremy, tetapi suara ketukan di pintu terus terdengar tanpa henti. Dia berbalik ke sisi lain tempat tidur, mengambil bantal, dan menutup kepalanya dengan bantal itu. Namun, ketukan di pintu tetap terdengar, bahkan sepertinya semakin keras.Dengan putus asa, Eleanor menghela napas panjang, lalu melempar bantal ke samping dengan kesal. Akhirnya, dia menyerah. Dia bangkit dari tempat tidur dan berjalan dengan langkah berat ke pintu, lalu membukanya.Di luar, Jeremy yang sebelumnya pingsan sekarang sudah sadar. Namun, dia masih terlihat sangat lemah. Matanya memerah dan tampak lelah, sementara pandangannya yang dingin tertuju pada Eleanor.Wanita paruh baya dan para petugas medis masih berdiri di depan pintu."Anak muda, jangan bertengkar lagi. Pacarmu sekarang sangat lemah dan nggak mau pergi ke rumah sakit. Tolong bujuk dia!" ujar wanita itu dengan panik.Eleanor menarik napas panjang dan berusaha bersabar. "Dia bukan pacarku.""Ini ...." Wanita i

Latest chapter

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 412

    Bella menggigit bibirnya dengan agak getir. "Hmm.""Semua ini ditulis oleh Jeremy. Awalnya, dia nggak percaya pada hal-hal seperti ini. Tapi karena kamu, setiap malam saat dia nggak bisa tidur, dia berlutut di depan altar dan berdoa. Totalnya ada 248 halaman, dia melakukannya selama 62 hari berturut-turut."Eleanor menatap buku tebal itu. Setiap halaman ditulis dengan rapi, semuanya adalah tulisan tangan Jeremy. Hatinya sedikit bergetar.Eleanor tidak tahu apakah Jeremy benar-benar percaya pada dewa, tetapi yang jelas, dia menulis ini sambil berdoa, sambil menyesali perbuatannya, sambil menyalahkan diri sendiri, sambil merasakan sakit.Melihat tulisan-tulisan itu, Eleanor bisa membayangkan sosok seorang pria yang menunduk sambil mencatat setiap tulisan dengan penuh ketulusan."Jeremy memang pernah menyakitimu. Selama kamu menghilang, dia hidup dalam penderitaan setiap hari, bahkan gangguan tidurnya semakin parah sampai nggak ada obat yang berkhasiat.""Dia sama sekali nggak bisa tidur.

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 411

    Eleanor mengernyitkan alisnya. "Nggak ada."Semua barang milik Eleanor sudah disimpan oleh Jovita, tidak ada yang tersisa lagi.Jovita menatap mata Eleanor, seolah-olah ingin memastikan yang dikatakan Eleanor memang benar. "Eleanor, coba pikirkan lagi baik-baik, benaran nggak ada benda lain?""Nggak ada," jawab Eleanor dengan tegas sambil menggelengkan kepala. Semua barang peninggalan ibunya untuknya berada di Keluarga Haningrat karena saat itu dia masih berusia puluhan tahun. Dia yang tidak memiliki persiapan apa pun tidak mungkin bisa melawan kelicikan dari Robert dan Felicia, sehingga semua barang itu tidak pernah sampai ke tangannya.Ekspresi Jovita berubah dan menganggukkan kepalanya, seolah-olah merasa lega."Nenek, kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti ini? Apa ada sesuatu yang penting?" tanya Eleanor.Jovita langsung menggelengkan kepalanya. "Nggak ada apa-apa. Hanya saja tiba-tiba teringat, jadi aku coba bertanya padamu."Eleanor yang cemberut pun menganggukkan kepala dengan

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 410

    "Di mana Nenek?" Eleanor tidak ingin membuang waktu berbicara dengan Tiara.Meskipun Eleanor tahu Tiara hanyalah alat yang dimanfaatkan oleh Yoana untuk menanggung kesalahannya, Tiara tetap memiliki niat buruk terhadap anak-anaknya dan bersedia dimanfaatkan secara sukarela.Saat ini, Eleanor tidak punya waktu untuk berurusan dengannya. Selama Tiara tidak menimbulkan masalah lagi, Eleanor akan menganggapnya tidak ada.Tiara tertegun sejenak sebelum menunjuk ke lantai atas. "Nenek ada di atas."Eleanor langsung menaiki tangga. Begitu dia pergi, Tiara buru-buru menelepon ayah dan ibunya. "Ayah, Eleanor masih hidup ...!"Eleanor tiba di depan kamar Jovita dan mengetuk pintu dengan pelan. Sesaat kemudian, terdengar suara dari dalam. "Masuk."Eleanor membuka pintu dan melangkah masuk. Jovita yang memakai kacamata rabun tua sedang duduk di kursi malas dekat jendela besar sambil merajut sesuatu. Cahaya matahari menyelimuti tubuhnya, memberikan kesan hangat dan damai.Ketika dia mengangkat kepa

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 409

    "Kukembalikan kepadamu," ujar Jeremy.Charlie mengangkat alis. "Kamu menyelidikiku?"Jeremy menatapnya dengan tenang. "Aku cuma menebak."Selama dua bulan terakhir, kecurigaan Jeremy terhadap Charlie tidak pernah surut. Dia terus mengawasi Charlie dan akhirnya menemukan sejumlah besar uang yang keluar dari rekeningnya.Empat triliun. Bukan jumlah kecil, cukup untuk membeli sebuah kediaman mewah atau barang berharga lainnya. Anehnya, Charlie hanya mengeluarkan uang tanpa membeli aset apa pun.Lebih mencurigakan lagi, transaksi itu terjadi tepat tiga hari setelah Eleanor menghilang. Ditambah dengan pengakuan Eleanor bahwa dia terkena racun yang sangat langka, Jeremy menyimpulkan bahwa uang itu kemungkinan besar telah digunakan untuk menyelamatkan Eleanor.Jika itu memang untuk Eleanor, Jeremy merasa sudah seharusnya dia kembalikan.Charlie tertawa kecil, meletakkan cek itu di atas meja dengan santai. "Kamu ini siapa? Berani sekali kamu menggantikan dia membayar utangnya?"Jeremy menyahut

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 408

    Langkah kaki Eleanor terhenti sejenak. Masa dia tidak berani duduk di sofa rumah sendiri?Dengan tenang, dia mendekat dan duduk. Jarak di antara dia dan Jeremy tidak terlalu dekat, tetapi juga tidak jauh, cukup untuk satu orang duduk di antara mereka.Tidak ada yang berbicara. Seolah-olah mereka memang hanya tidak bisa tidur dan duduk untuk menonton film. Namun, nyatanya tidak ada yang benar-benar menonton.Saat film diputar hingga setengah, Jeremy tiba-tiba merasakan beban lembut di bahunya. Hatinya bergetar. Dia menoleh sedikit, dagunya tanpa sengaja menyentuh dahi Eleanor yang tertidur lelap.Perlahan-lahan, dia mengangkat tangannya, setengah merangkul wanita itu. Bibirnya membentuk senyuman tipis.Dia menggendong Eleanor dengan hati-hati, seolah-olah mengangkat barang paling berharga di dunia. Kemudian, dia berbaring di samping Eleanor.Aroma wangi yang samar dari tubuh Eleanor terasa menenangkan, perlahan meredam kegelisahan dalam hati Jeremy. Jeremy menunduk untuk mengecup dahiny

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 407

    Eleanor memberikan satu set pakaian untuk Vivi, sementara Jeremy sudah membawa anak-anak ke ruang tamu.Lima menit kemudian, mereka semua duduk di ruang tamu, saling bertukar pandang. Vivi melihat Jeremy, lalu Eleanor, kemudian menatap mereka berempat. Di tengah keluarga ini, keberadaannya benar-benar terasa berlebihan.Saat berikutnya, dia teringat kejadian di restoran tadi. Mereka berdua ... mau balikan? Vivi berpikir, merasa lebih baik tidak ikut campur urusan asmara orang lain. Jadi, dia mengambil tasnya dan berdiri. "Aku paham, aku paham."Karena tidak ingin merusak momen, dia langsung bersiap untuk pergi. "Aku datang lagi lain kali."Dalam sekejap, Vivi melesat keluar. Eleanor melihat kepergiannya yang secepat kilat, merasa Vivi sudah sangat mahir dalam seni melarikan diri.Eleanor menatap Jeremy. "Kamu benar-benar mau menginap di sini?""Kalau tidur di luar, aku bisa mati kedinginan. Jadi ...." Jeremy menarik sudut bibirnya. "Kasihanilah aku."Eleanor mengangguk. Dia tidak sekej

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 406

    Jeremy terdiam sejenak, lalu menghela napas. Akhirnya, dia berkata, "Mobilku rusak."Mobil rusak, artinya dia tidak bisa pulang.Eleanor menatapnya. Pria ini ingin menginap? Jangan mimpi!Berpura-pura tidak mengerti, Eleanor berujar, "Tunggu sebentar."Jeremy tidak tahu maksudnya, sampai dia melihat Eleanor mengambil kunci mobil dan menjelaskan di mana mobilnya diparkir dengan sabar. "Pakai saja, besok suruh orang antar kembali."Jeremy menatap kunci mobil di telapak tangannya, lalu tiba-tiba tersenyum. Wanita ini sengaja!"Tebak gimana aku bisa membawa mereka ke sini?" tanyanya."Hm?" Eleanor berkedip bingung."Aku bilang kalau aku nggak melihatmu, aku akan mati. Kalau aku pulang, apakah orang tua keras kepala itu akan memindahkan rumahnya ke sini malam ini juga?"Eleanor melihat kedua anak yang dipegangnya. Dia tahu betapa keras kepala dan semena-menanya Simon. Pria tua itu memang akan melakukan hal seperti itu.Jadi, maksud Jeremy adalah kalau dia di sini, anak-anak di sini. Kalau d

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 405

    Simon perlahan-lahan menuruni tangga. "Sudah tengah malam, kalian mau ke mana?""Nggak bisa tidur, jadi mau jalan-jalan sebentar," balas Jeremy dengan tenang sambil menoleh, tanpa tanda-tanda berbohong."Nggak bisa tidur, jadi jalan-jalan?" Simon mengulangi kata-katanya, lalu mendengus dingin. "Jalan-jalan sebentar, lalu ujung-ujungnya pergi menemui Eleanor, 'kan?"Ekspresi Simon penuh dengan ketegasan. Kedua anak itu tinggal di rumah Keluarga Adrian. Selama Eleanor masih hidup, cepat atau lambat dia pasti akan kembali.Melihat perubahan sikap kedua anak itu terhadap Jeremy, Simon pun bisa menebak bahwa Eleanor pasti masih hidup dan sudah kembali. Hal ini membuat tatapan Simon dipenuhi kekhawatiran.Jeremy menggigit bibirnya erat-erat, lalu tiba-tiba berkata dengan nada ringan, "Aku hampir mati.""Apa?" Simon mengernyit tajam."Gangguan tidur. Bastian bilang kalau aku nggak segera mendapat perawatan, aku akan mati." Nada suara Jeremy begitu datar, seolah-olah dia hanya sedang membicara

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 404

    Jeremy mengusap keningnya, berjalan ke sisi tempat tidur. Dia melihat dua bagian pada selimutnya sedikit menggembung dan terus bergerak seperti ulat.Dia menarik selimut itu. Di bawahnya, terlihat dua bocah kecil yang sedang berbaring di atas tempat tidurnya. Mereka menatapnya dengan senyuman penuh harapan."Papa, akhirnya kamu datang! Malam ini kami tidur bersamamu ya. Cepat naik!"Harry menepuk tempat di sebelahnya, sementara Daniel bergeser ke samping, memberikan ruang yang lebih luas untuk Jeremy.Alis Jeremy berkedut keras. "Kalian sedang merencanakan apa?""Papa 'kan susah tidur malam-malam. Nih, buatmu."Jeremy menatap buku pelajaran yang tiba-tiba diselipkan ke tangannya. Alisnya semakin berkedut. "Buat apa ini?""Baca buku! Aku selalu mengantuk kalau baca buku. Sangat efektif. Coba saja!"Jeremy sungguh kehabisan kata-kata melihat tingkah mereka.Harry masuk ke dalam selimut, lalu menatap Jeremy. "Cepat baca."Jeremy mengusap keningnya dengan pasrah. "Kalau ada sesuatu yang in

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status