Share

11. Gala salting

last update Last Updated: 2024-02-02 14:48:15

"Aku salah a-pa? Tega sekali mereka menghujatku padahal selama ini aku nggak pernah sekalipun berbuat jahat pada mereka."

Di dalam salah satu bilik toilet, Mentari menangis sejadi-jadinya menyalurkan rasa sesak di dadanya.

Dia tak habis pikir dengan semua orang yang berpikiran buruk tentang dirinya. Padahal mereka pun tau, selama ini dirinya tak pernah berperilaku yang mencerminkan bahwa ia adalah seorang perempuan murahan seperti yang orang-orang katakan.

Mentari mematut dirinya di depan cermin. Matanya yang memerah dan sembab membuatnya lebih mirip Drakula dari pada manusia.

Pikiran Mentari langsung tertuju kepada seseorang, yaitu suaminya.

"Maafin Tari, Kak Gala! Tadi Tari nggak jawab pertanyaan, Kak Gala. Saat ini Tari benar-benar butuh sendiri." Menteri bergumam lirih saat teringat dengan suaminya yang tadi ia abaikan.

Pastinya Gala akan kesulitan menemui Mentari karena gadis itu pergi ke toilet yang jarang dikunjungi.

Mentari terus saja meratapi nasibnya yang malang. Entah dosa apa yang ia perbuat hingga hidupnya sepahit ini dan cobaan selalu saja menghampirinya silih berganti.

Mentari tidak tau saja bahwa sekarang nama baik dirinya sudah bersih kembali berkat suaminya sendiri. Justru sekarang malah Fania yang menjadi bahan cibiran satu kampus.

Puas menangis di dalam toilet, Mentari memilih untuk keluar karena ia ada kelas sebentar lagi.

Berada ditempat yang sama dengan Mentari, kini Fania alias adik tiri Mentari yang super jahat sedang marah-marah di depan wastafel toilet.

"Brengsek! Gue nggak terima Gala si miskin itu permaluin gue di depan banyak orang. Harusnya Mentari yang kehilangan harga diri bahkan.. kalau perlu didepak dari kampus ini sekalian, biar jelas kalau dia emang nggak punya masa depan lagi."

Mulut Fania terus komat kamit mengumpati Gala dan Mentari dengan sumpah serapah bahkan Fania telah mengabsen seluruh penghuni kebun binatang untuk mengumpati Gala dan Mentari.

"Gue bakal bales penghinaan ini dengan yang lebih parah dari ini," tangan Fania yang tengah bertopang pada wastafel ia kepalkan kuat-kuat.

Ia benar-benar tidak punya muka lagi untuk menghadapi orang-orang di kampus ini. Dan itu semua gara-gara Gala, Fania jadi punya dendam kesumat kepada Gala yang sering ia juluki si miskin.

"Cih ... dasar miskin yang nggak punya apa-apa! Dia kira dia siapa coba? Berani banget dia main-main sama gue?"

Memang dasarnya Fania itu tidak sadar diri. Dia mengatakan Gala tidak punya apa-apa sementara dirinya sendiri juga tidak punya apapun untuk dibanggakan.

Mobil, rumah dan segalanya yang Fania nikmati saat ini adalah milik Mentari. Semua itu dibeli atas nama Mentari, jadi kelak saat Mentari menuntut haknya maka semuanya akan berpindah kepadanya.

Meskipun Marwan, ayahnya Mentari itu selalu menuruti keinginan istri barunya. Tapi entah mengapa semua miliknya ia atas namakan untuk Mentari.

Entah apa alasan Marwan, bahkan disaat ibu Fania meminta suaminya untuk memindahkan nama surat-surat rumah, mobil, bahkan tanah yang sangat luas milik Marwan atas nama Fania, Marwan selalu menolak mentah-mentah.

Dan itu berhasil membuat Fania semakin kesal.

Ceklek

Perhatian Fania teralihkan saat mendengar salah satu pintu bilik toilet terbuka. Mata Fania menajam menatap Mentari lah yang ternyata menghuni toilet itu sedari tadi.

'Ternyata si bodoh itu yang ada didalam disana dari tadi,' tutur Fania dalam hati.

Seakan tak berminat mengganggu Mentari hari ini. Fania kembali membalikkan tubuhnya dan kembali menatap cermin.

"Lo beruntung karena gue lagi bad mood buat bully elo," gumam Fania tanpa menoleh kebelakang karena ia sudah dapat melihat rupa Mentari dari pantulan cermin besar di depannya.

Mentari sama sekali tidak menghiraukan Fania. Untuk saat ini Mentari hanya butuh banyak beristighfar karena pikirannya tengah tidak stabil dan mudah terpancing emosi.

Kalau sampai Fania mengajak ribut sekarang. Bukan tidak mungkin Mentari akan ikut marah dan membalas kembali Fania dengan yang lebih parah.

Tanpa berkata sepatah katapun, Mentari keluar dari toilet dan berjalan lunglai menuju kelasnya.

"Gara-gara semua ini aku jadi nggak minat lagi buat masuk kelas," lirih Mentari teramat pelan.

Ia takut suaranya didengar oleh orang lain dan berakhir dirinya akan dikira sudah gila setelah di difitnah sebagai wanita tidak baik.

Kalau saja Mentari tidak memikirkan beasiswanya, mungkin saja Mentari akan langsung pulang saat ini juga.

"Nah itu Mentari." Arumi menunjuk seseorang yang membelakangi dirinya, Gala dan Alzi.

"MENTARI TUNGGU!"

Suara teriakan itu berhasil membuat langkah gontai Mentari terhenti. Tanpa menoleh kebelakang sekalipun, Mentari sudah tau siapa pemilik suara itu.

"Sayang, kamu dari mana aja? Kita bertiga udah nyariin kamu dari tadi." Gala langsung memutar bahu Mentari untuk menatap langsung wajah sang istri.

"Maafin aku udah bikin kalian khawatir!" lirih Mentari dengan wajah tertunduk.

"Ck!" Alzi berdecak kesal. "Ini bukan soal maaf dari elo. Wajar kita bertiga khawatir, gue tau banget tadi lo lari-lari sambil nangis," cerocos Alzi tanpa jeda.

Mentari menghela nafas kasar sambil mendongak menatap Gala.

Dan mata sembab Mentari adalah hal pertama yang Gala lihat.

"Kamu nangis sendirian dimana, hm?" tanya Gala mode serius.

"Maaf, Kak Gala! Tadi aku abis dari toilet." Mentari kembali menunduk.

Kali ini Mentari merasa takut melihat tampang menyeramkan Gala yang Mentari kira sedang marah kepadanya.

Padahal tidak sama sekali. Gala tidak marah kepada Mentari, tapi marah kepada dirinya sendiri yang telat datang membantu istrinya dan juga semua orang yang telah menambah luka batin Mentari.

"Gal, muka lo yang kayak adonan rempeyek itu bikin bini lo takut." Alzi yang sedari tadi bertopang dagu menonton drama FTV live Gala dan Mentari tiba-tiba menyelutuk tak jelas.

Meskipun dengan cara yang tak jelas seperti itu. Tapi Gala tau kalau apa yang Alzi sampaikan benar adanya.

Sepertinya Menteri salah paham dengan wajah marah Gala.

Menghela nafas dalam-dalam lalu menghembuskan secara perlahan demi meredam rasa marah di dadanya yang tengah membuncah.

Tanpa memperdulikan keadaan sekitar yang tengah ramai dengan para mahasiswa dan mahasiswi yang berlalu lalang. Gala menarik pelan tubuh kecil Mentari ke dalam pelukannya.

Mentari yang dipeluk tiba-tiba melebarkan matanya. Ia tak menyangka Gala berani memeluk dirinya dihadapan banyak orang seperti ini.

"Maafin Kakak, Sayang! Lagi lagi Kakak gagal jagain kamu," lirih Gala dengan suaranya yang serak.

Melihat kesedihan Mentari adalah titik kelemahan Gala yang paling besar.

"Nggak Gal, lo udah berhasil jagain Mentari. Buktinya aja, lo udah berhasil pulihin nama baik Mentari lagi," sela Arumi.

Menurut Arumi, Gala sudah sangat baik dalam melindungi sahabatnya.

"Arumi bener, Gal. Lo keren banget hari ini, lo bisa bikin nama baik istri lo kembali bersih di mata orang-orang," tambah Alzi.

Mendengar pernyataan sepasang kekasih yang jarang akur itu Mentari mengernyit tak paham.

Mentari mendorong pelan dada bidang Gala agar pelukan mereka terlepas.

"Maksud kalian apa? Emangnya Kak Gala abis ngapain?"

"Gala berhasil bikin lo nggak dihujat lagi dan semua orang nggak bakalan hina lo lagi," jawab Arumi dengan tatapan lurus kedepan dan juga senyum tipis yang terukir di wajahnya.

"Gimana caranya Kakak lakuin itu? Aku 'kan udah di cap buruk banget sama semua orang?" Belum puas dengan jawaban yang diberikan oleh Arumi, Mentari mendongak menatap mata Gala meminta penjelasan.

"Kamu nggak perlu tau. Yang jelas sekarang kamu udah aman dari hujatan semua orang."

Dari perkataan Gala, Mentari sudah paham kalau suaminya yang baik hati itu tidak mau memberi tahu dirinya.

Mentari juga tidak memaksa Gala untuk bercerita. Toh, yang terpenting sekarang adalah satu masalahnya sudah terangkat dan Mentari bisa menjalani kehidupan yang lebih tenang selama belajar di kampus.

"Kakak benar-benar suami yang paling perfect," puji Mentari membuat Gala salah tingkah.

Wajahnya bahkan memerah.

"Gini toh ya rasanya nonton drakor secara live?"

Related chapters

  • Mentari Pernikahan Dini    12. Tidak tertekan

    "Sayang, kamu pulang sama Arumi dulu nggak papa, ya? Kakak mau langsung kerja soalnya. Udah dua hari Kakak nggak masuk kerja selama itu juga Cafe tutup. Orang pemalas ini mana mau buka Cafe sendirian." Gala melirik malas Alzi setelah mengusap pipi lembut Mentari.Sementara itu, Alzi tampak santai mendengar sindiran Gala sambil mencongkel lobang hidungnya."Gue bakalan tetep kaya meskipun nggak buka Cafe selama setahun. Lagian kalau lo nya nggak ke Cafe siapa yang bakalan masak? Karyawan gue 'kan cuma elo," ucapnya santai."Cih, kaya iya pemalas juga iya," sembur Gala membuat Alzi mendelik."Emang ya lo ini, gue ini bos lo kalau lo lupa. Dimuka bumi ini emang gue deh kayaknya bos yang nggak ada harga dirinya." Alzi mencabik kesal.Mentari terkekeh geli melihat perdebatan tak berujung Gala dan Alzi."Sana berangkat! Mau buka Cafe jam berapa lagi coba?" Mentari mendorong pelan dada Gala."Yaudah, Kakak berangkat dulu. Sampai jumpa nanti dirumah." Gala tersenyum cerah sambil melambaikan t

    Last Updated : 2024-02-05
  • Mentari Pernikahan Dini    13. Air hangat

    Tangannya begitu lihai memasak semua pesanan dari para pelanggannya.Pengunjung Cafe yang begitu banyak hari ini membuat Gala kewalahan. Belum lagi ia juga harus menjadi penyanyi demi mendapatkan gaji tambahan.Alhasil, Gala harus bolak balik ke dapur dan ke panggung sungguh hal itu berhasil membuat Gala sedikit lelah."Ini, Zi. Pesanan meja nomer enam." Satu nampan yang sudah terisi penuh dengan makanan lengkap dengan minumannya Gala sodorkan kepada Alzi.Selain sebagai pemilik Cafe, Alzi juga merangkap sebagai pengantar pesanan pelanggan.Alzi pun tak kalah lelahnya, kakinya tidak berhenti bergerak sedari tadi. Mulai dari Cafe dibuka Alzi dan Gala dibuat sibuk bukan main.Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan itu artinya sudah waktunya Cafe tutup."Huuff ... akhirnya kelar juga." Gala menghela nafas lega sembari melepas apron yang sedari tadi menempel di tubuhnya."Lo mau langsung pulang, Gal?" Alzi yang duduk selonjoran di atas lantai saking pegalnya bertanya kepada Gala

    Last Updated : 2024-02-06
  • Mentari Pernikahan Dini    14. Sederhana

    "Bahaya sayang ... lain kali nggak usah gitu lagi ya! Kalau air panasnya kena kaki kamu gimana coba? Pasti berat tuh angkut airnya ke kamar mandi."Mentari terkekeh melihat Gala yang cerewet. "Aku udah biasa kali, Kak."Tidak perlu bertanya lagi, Gala pun paham apa yang terjadi sebelumnya. Pasti istrinya yang mungil ini selalu merebus air panas untuk mandi keluarga durjana nya dulu."Yaudah kalau gitu Kakak mandi dulu. Kamu tunggu disini jangan kemana-mana dulu! Lain kali kamu nggak usah rebus air lagi karena Kakak udah biasa mandi air dingin."Mentari mengangguk patuh membiarkan Gala untuk mandi terlebih dahulu.Lima menit berlalu Gala kembali masuk kedalam kamar dan mendapati istrinya tengah berdiri masih ditempat yang sama seperti ia tinggalkan tadi."Loh, Sayang! Kenapa nggak duduk? Kamu nggak pegel berdiri terus."Mentari mengangguk. "Pegel, Kak," jawabnya dengan jujur."Kalau pegel ngapain masih berdiri? K

    Last Updated : 2024-02-06
  • Mentari Pernikahan Dini    15. Gara-gara pelakor

    Mentari meraih telapak tangan Gala untuk ia genggam, Mentari menampilkan senyum manisnya pada sang suami yang berusaha keras untuk membuat dirinya bahagia dan mencukupi semua kebutuhannya.Mentari sangat-sangat bersyukur pada Tuhan telah diberikan suami sebaik dan bertanggung jawab seperti Gala."Jangan dulu mikirin buat ajak Tari jalan-jalan, Kak! Mending kalau Kakak ada uang, lebih uangnya kita tabung buat kita jadi dana darurat. Kalau soal jalan-jalan, Tari yakin suatu saat nanti kita bisa jalan-jalan sepuas hati,” jelas Mentari panjang lebar.Gala sukses dibuat senang mendengar jawaban sang istri, Mentari memang sesederhana itu. Ia tidak akan menghamburkan uang untuk hal-hal yang menurutnya tidak penting.Rasanya hal itu sangat wajar mengingat Mentari selalu kekurangan uang jajan sedari kecil.Mentari bukanlah tipe perempuan yang akan bahagia diajak jalan-jalan padahal ia tau ada hal yang lebih penting lagi dari pada itu. Hidup mereka

    Last Updated : 2024-02-06
  • Mentari Pernikahan Dini    16. Lirikan maut

    Mentari meregangkan otot-ototnya yang terasa penat setelah belajar setengah hari ini. Pukul satu siang ia baru bisa istirahat padahal sudah berada dalam kelas sejak pagi buta.Semua Mentari lakukan demi mendapatkan nilai terbaik dan menjadi lulusan terbaik agar nanti ia bisa langsung bekerja di rumah sakit ternama sesuai dengan informasi yang ia dapatkan.Harapan Mentari hanya satu, semoga saja di masa depan nasibnya dengan Gala akan berubah setelah mereka sama-sama bekerja agar anak-anak mereka nanti tidak akan kesusahan seperti yang mereka rasakan saat ini.Tak jauh berbeda dengan Arumi. Gadis itu juga belajar dengan giat supaya bisa lulus dengan nilai yang memuaskan.Meskipun kapasitas otak Arumi tidak secerdas Mentari, setidaknya ia harus lulus dengan nilai memuaskan supaya tidak sulit-sulit amat mencari pekerjaan nantinya.Niatnya sih, Mentari dan Arumi ingin memiliki rumah sakit sendiri dan mereka berdua yang menjadi Dokternya di sa

    Last Updated : 2024-02-07
  • Mentari Pernikahan Dini    17. Merebut hak

    "STOOP!" teriak Arumi sembari mengangkat kedua telapak tangannya, "kalau kalian adu bacot terus kita kapan makannya?" Erang Arumi frustasi.Sikap Alzi dan Gala yang selalu petakilan dan selalu adu bacot dimanapun berada membuat Arumi jengah sendiri.Kalau saja ia bisa, ingin rasanya Arumi menendang kedua makhluk itu ke hutan Amazon.Melihat Arumi yang hampir ngereog, Mentari berinisiatif untuk menengahi perdebatan Gala dan Alzi dengan cara memanggil suaminya."Udah Kak Gala! Tari udah laper," keluh Mentari sedikit merengek.DrrrttGala langsung berdiri hingga menimbulkan suara decitan kursi yang beradu dengan lantai. Kalau sudah istrinya yang angkat bicara maka Gala akan langsung patuh.Sebucin itu Gala sama Mentari pemirsa."Kamu mau makan apa, Sayang?" Gala sudah berdiri dan bersiap memesankan makanan untuk istrinya tercinta."Nasi goreng aja, Kak," pinta Mentari tanpa berpikir lama.Tak lupa

    Last Updated : 2024-02-07
  • Mentari Pernikahan Dini    18. Apa kabar?

    Arumi menghela nafas kasar, ia harus mengalihkan pembicaraan agar Alzi tidak menyeramkan seperti ini lagi."Mukanya jangan nakutin gitu juga keles! Liat noh istri si Gala ketakutan liat rupa kamu." Arumi menunjuk Mentari dengan dagunya.Alzi ikut melirik Mentari, sejurus kemudian Alzi mendelik kesal. Dari ekspresi Mentari Yang Alzi lihat gadis itu tidak ada takut-takutnya, malahan Mentari sama sekali tidak menghiraukan mereka. Istri dari Gala itu malah sibuk memakan nasi gorengnya dengan lahap.Alzi menatap malas Arumi yang malah menatap kelain arah seperti tidak melakukan dosa. "Kamu ngibulin aku?" tebaknya dengan mata setengah memicing."He he ... makanannya jangan galak-galak! Kamu nggak cocok jadi orang galak, Zi." Arumi menyengir menampilkan deretan giginya yang rapi."Terus cocoknya jadi apa, Rum?" tanya Gala sambil melirik tipis Alzi dengan pandangan mengejek."Alzi tuh cocoknya jadi kayak biasanya aja. Kelakuan dia yang k

    Last Updated : 2024-02-07
  • Mentari Pernikahan Dini    19. Toilet rusak

    "Ada apa, Fania? Aku nggak punya waktu banyak. Aku udah hampir terlambat menghadiri kelas."Mentari menatap dingin adik tirinya.Mentari mati-matian menahan diri untuk tidak kehilangan kendali di depan Fania. Semenjak dirinya diusir dari rumah gara-gara drama yang Fania dan ibunya buat membuat Mentari muak melihat muka Fania.Fania tertawa setan tapi Mentari justru tetap bergeming ditempatnya. Entah apa lagi yang Fania akan lakukan pada dirinya."Nggak perlu buru-buru, bodoh! Harusnya lo nggak perlu kuliah lagi biar masa depan lo bener-bener hancur," sarkas Fania."Kamu nggak ada hak buat ngatur hidup aku lagi, Fania. Sekarang aku bukan lagi bagian dari kalian, aku rasa telinga kamu belum tuli saat ayah aku memutuskan hubungan dengan putri kandungnya sendiri hanya karena hasutan kamu dan ibumu," balas Mentari begitu menohok.Fani mengepalkan tangannya. Harga dirinya serasa diinjak-injak karena sekarang Menteri si gadis bodoh suda

    Last Updated : 2024-02-08

Latest chapter

  • Mentari Pernikahan Dini    63. Berubah manis (Ending)

    Tahun demi tahun telah berganti, kini kehidupan Galaksi dan Mentari telah banyak berubah.Kontrakan kecil mereka dulu kini sudah berubah menjadi rumah mewah yang di bangun dari hasil kerja keras Gala dan Mentari, Alzi juga sudah mekahi Arumi dan berhasil merebut kembali haknya dari Om Nino setelah ia lulus kuliah.Gala dan Alzi juga telah membangun sebuah rumah sakit mewah untuk istri mereka sesuai dengan cita-cita kedua perempuan itu yang ingin memiliki rumah sakit sendiri.Fakta mengejutkan juga terjadi, Bu Santi ternyata adalah ibu kandung Gala dan Tuan Surya si lintah darat ternyata ayah kandungnya. Saudara kembar Gala ternyata telah meninggal dunia setelah kejadian naas yang menimpa keluarganya kala itu, dan Tuan Surya kini sudah tobat dan berhenti menjadi rentenir.Gala sudah menerima orang tuanya, mereka terpisah bukan karena keinginan orang tuanya. Gala tidak membenci mereka karena ia tau mereka juga tersiksa karena mencari dirinya selama

  • Mentari Pernikahan Dini    62. Suara indah

    Gala memandang nanar kaki kirinya yang terpasang gips, mendengar dari istrinya bahwa kaki kirinya retak membuat Gala syok berat. Mentari masih setia memeluk sang suami sambil menangis, Mentari tak kuasa melihat wajah sedih Gala saat pertama kali ia katakan bahwa kaki Gala retak dan butuh waktu selama empat bulan untuk menyembuhkannya. “Kak Gala nggak perlu mikirin apapun, cuma empat bulan, Kak. Abis itu kaki Kakak bakalan sembuh lagi.” Gala menatap istrinya begitu sendu. “Iya cuma empat bulan, tapi menjalang itu kita gimana? Gimana caranya Kakak bisa kerja dalam keadaan kaki di gips kayak gini?” Gala pusing membayangkan mereka akan makan apa kedepannya, dengan apa ia harus membayar uang kontrakan kalau dirinya tidak bekerja. Untungnya skripsi Gala telah selesai dan tinggal menunggu hari wisuda, harusnya Gala sudah langsung bekerja di salah satu perusahaan besar setelah mendapatkan ijazah. Tapi

  • Mentari Pernikahan Dini    61. Tangisan

    “Keadaan pasien sudah baik-baik saja, operasinya berjalan lancar.” “Hufff ….” Mentari menghela nafas lega, pasokan udara yang mulanya seolah menghilang dari paru-parunya kini kembali terisi penuh dan Mentari sudah bisa bernafas dengan leluasa. Begitu pula dengan Alzi dan Arumi, keduanya juga nampak lega mendengar kabar baik dari Dokter yang baru saja selesai menangani operasi Gala. “Tapi saya juga membawa kabar buruk, kaki kiri pasien mengalami retak sehingga harus dipasangkan gips.” Deg Ucapan Dokter itu membuat Mentari kembali menegang, sebenarnya tak apa apapun yang terjadi pada Gala Mentari akan tetap menerima asalkan nyawa suaminya itu terselamatkan. Tapi Mentari memikirkan bagaimana nanti reaksi Gala saat mengetahui bahwa kakinya retak, Mentari sangat paham kalau tulang retak tidak akan bisa sembuh dalam waktu singkat. Paling cepat mungkin bisa mencapai waktu empat bulan, b

  • Mentari Pernikahan Dini    60. Tentang keadaan Galaksi

    Duduk sendirian di atas lantai dingin rumah sakit dengan perasaan kalut luar biasa, itu yang Mentari rasakan saat ini. Di depan ruangan operasi yang lampunya sedang menyala pertanda bahwa operasi sedang berlangsung Mentari duduk seorang diri.Tangis perempuan berusia dua puluh satu tahun itu tidak reda sejak melihat langsung betapa menyedihkannya keadaan sang suami yang kini tengah berjuang antara hidup dan mati.Orang-orang yang berlalu lalang di koridor rumah sakit hanya bisa menatap iba Mentari, mata gadis itu sudah bengkak dan memerah tapi tangisnya belum berhenti.“Apa engkau juga akan mengambil suamiku setelah engkau renggut ibu ku, Tuhan? Aku harus dengan siapa kalau Kak Gala benar-benar pergi?”Mentari menjerit pilu, ia tak peduli akan semua orang yang tengah menatapnya. Yang Mentari inginkan sekarang hanyalah keselamatan Galaksi, suaminya.Dunia Mentari sekarang berpusat pada Gala, hanya demi Gala ia memilih tetap hidup di dunia

  • Mentari Pernikahan Dini    59. Hancur

    Dunia seakan runtuh tepat menimpa kepala Mentari saat ini, tubuhnya bergetar hebat dengan nafas terasa berat melihat pemandangan menyakitkan mata di depan sana.“K-kak Gala.” Bahkan untuk bicara sepatah kata saja suara Mentari langsung bergetar, bahkan hampir tak terdengar.“Maaf, Nak. Kamu kenal korban itu?”Kesadaran kembali mengambil alih tubuh Mentari.“Di ma-na korban motor Scoopy merah itu, Pak?” tanya Mentari terbata, jari telunjuknya terulur menunjuk motor Scoopy yang mentari yakini seratus persen adalah motor suaminya.“Ada seberang sana, Neng.” Bapak-bapak itu menunjuk halte bus di seberang jalan. “Keadaannya cukup parah, tapi masih beruntung dari pada korban lain yang langsung meninggal di tempat.”Mata Mentari tertuju ke halte bis yang ditunjukkan oleh warga itu, di sana Mentari dapat melihat ada beberapa orang yang tengah menjaga korban kecelakaan.“Bilang sama Tari, kalau itu bukan Kak Gala.” Mentari terus berceloteh di sepanjang larinya menuju seberang jalan.Karena kec

  • Mentari Pernikahan Dini    58. Tragedi di tengah hujan

    “Kak Gala kok nggak bisa dihubungi ya, Alzi juga nggak angkat telpon dari aku. Harusnya Kak Gala udah sampai di cafe.”Mentari meremas erat ponsel yang baru saja ia gunakan untuk menghubungi Gala dan Alzi, tapi ponsel keduanya yang sama-sama tidak bisa dihubungi membuat perasaan Mentari semakin cemas.Jika ponsel Gala tidak aktif, Alzi malah tidak menjawab panggilan darinya.“Kemana aja sih mereka?”Dalam rasa gelisah yang melanda, Mentari juga merasa kesal dalam waktu bersamaan.Sudah tiga puluh menit sejak Gala pergi, harusnya suaminya itu sudah sampai di cafe.“Kalau Kak Gala udah sampe kenapa dia nggak ngabarin aku?” Pertanyaan itu lolos dari bibir Mentari.Hati Mentari semakin tak tenang memikirkan keberadaan suaminya, kenapa disaat ia benar-benar butuh kabar seperti ini Gala malah tidak memberinya kabar.“Aku makin nggak tenang kalau gini caranya, aku harus susul Kak Gala sekarang juga.”Tanpa pikir panjang, Mentari langsung menyambar tas selempang kecil yang hanya muat satu han

  • Mentari Pernikahan Dini    57. perasaan gelisah

    Mentari mengayunkan langkah gontai nya keluar dari rumah, ia melirik Fania yang diantar ke sekolah dengan mobil oleh ayahnya.Menatap uang lima ribu dalam genggamannya, bibir pucat Mentari yang menahan lapar mengeluarkan napas kasar.“Apa ayah mengizinkan hari ini aku ikut nebeng ke sekolah?” Mentari Memandang nanar ayahnya yang tengah memberikan selembar uang lima puluh ribu kepada Fania.Senyum getir lagi-lagi terpatri di bibir Mentari, uang lima puluh ribu jelas sangat berbeda jauh dengan jatah jajannya hari ini yang hanya lima ribu.Di sini yang merupakan anak kandung ayahnya sebenarnya dirinya atau Fania, kenapa ayahnya seolah memperlakukannya bak anak tiri.Hanya terkadang saja Mentari mendapat jatah jajan lima belas ribu, itu pun kalau ibu tirinya tengah berbalik hati.Menatap ayahnya ragu-ragu, Mentari mengayunkan langkah secara perlahan hingga sekarang ia sudah berdiri di samping mobil sang ayah.“Ayah, Tari boleh ikut berangkat sekolah bareng, Ayah?” Mentari meremas tali tas

  • Mentari Pernikahan Dini    56. Masa lalu

    “HEY, TUNGGU! JANGAN LARI KALIAN!” Para emak-emak yang dipanggil Bu Santi terus mengejar Fania dan dan ibunya sambil membawa sapu, ember, bahkan panci untuk menimpuk kepala ibu dan anak yang sudah membuat gaduh di lingkungan mereka. “Gimana dong, Bu? Kita bisa bonyok di tangan emak-emak sekampung.” Fania terus berlari sesekali menoleh ke belakang di mana ada banyak kaum manusia terkuat di dunia yang diberi julukan emak-emak. “Diam dulu kamu, Fan. Kita salah langkah, ternyata anak nggak tau diri itu banyak pelindungnya di sini.” Rosa membuka kasar pintu mobilnya berbarengan dengan Fania masuk. Tidak ada tempat yang lebih aman bagi mereka untuk berlindung selain di dalam mobil. Rosa melirik ke belakang, wanita itu melotot melihat betapa bar-bar nya para tetangga Mentari. “Sialan, merk lempar mobil kita pakai tanah lumpur, Fan.” Rosa mengepalkan tangannya kuat-kuat. Kini mobilnya telah kotor oleh tanah basah akibat perbuatan emak-emak itu. tidak ingin mobilnya semakin kotor, R

  • Mentari Pernikahan Dini    55. bantuan para tetangga

    “Mau apa kalian kesini?” Gala melempar pertanyaan sarkas kepada dua tamu tak diundang yang datang ke kontrakan Bu Santi, Gala juga langsung pasang badan di depan Mentari untuk melindungi sang istri dari dua ular beracun yang tidak Gala harapkan kehadirannya. Dari raut wajah Gala yang berubah dingin orang akan langsung bisa menebak bahwa pria itu sangat membenci dua orang yang datang itu. “Saya ke sini untuk mencari anak tidak tau diri itu, sudah dibesarkan bukannya balas budi tapi malah menjelek-jelekkan saya di depan umum.” Mendengar jawaban Rosa, kekehan sinis keluar begitu saja dari bibir Gala. “Makasih yang seperti apa yang Anda minta? Makasih atas ketidak adilan yang selama ini kalian semua perbuat kepada istri saya, iya?” Rosa mengepalkan tangannya, keberadaan Gala sungguh membuat rencananya untuk memberi Mentari pelajaran harus terganggu. “Kamu, laki-laki miskin nggak usah ikut campur, ini bukan urusan kamu.” Rosa menatap nyalang Gala yang kini menyeringai kepadanya.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status