Beranda / Romansa / Mentari Pernikahan Dini / 10. Pembelaan untuk Mentari

Share

10. Pembelaan untuk Mentari

last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-01 14:35:30

Sementara itu, Mentari menggerakkan lehernya menatap sekeliling dengan pandangan heran.

"Kamu ngerasa mereka dari tadi natap aku nggak sih, Rum?" Mentari membelokkan kepalanya ke samping dan berbisik lirih tepat di daun telinga Arumi.

Arumi mengurungkan niatnya yang semula ingin menyuapkan mie ayam kedalam mulutnya. Arumi ikut mengamati sekitar dan benar saja.

Semua pasang mata penghuni kantin terfokus pada Mentari. Mereka juga bisik-bisik dengan pandangan julid untuk Mentari.

Arumi menatap tak suka semua itu.

Trang..

Arumi menjatuhkan sendok dengan kasar ke dalam mangkok mie ayamnya hingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring.

Matanya menajam menatap semua penghuni kantin yang rata-rata diisi oleh perempuan.

"Kenapa pada natapin kita? Ada yang mau disampaiin silahkan! Jangan cuma berani bisik-bisik di belakang doang! Kalau berani ngomong langsung ke orangnya!" Suara Arumi menggema di dalam kantin yang mendadak sunyi.

Mentari menggenggam tangan Arumi. "Udah, Rum. Jangan gitu! Siapa tau aja mereka nggak lagi ghibahin aku ataupun kamu."

Arumi mendesah kasar, entah terbuat dari apa hati sahabatnya ini hingga bisa sebaik ini.

"Jadi orang nggak boleh terlalu baik, Tar. Kalau kita baik malah terlihat lemah dan diinjak-injak sama orang lain," kesal Arumi.

"Itu temen lo aman nggak, Rum? Siapa tau aja dia udah nggak ting-ting lagi?" ujar seorang mahasiswi yang tak jauh dari tempat duduk Arumi dan Mentari.

"Bener tuh, siapa tau aja kantong Doraemon dia udah berisi?" tambah yang lain.

"Dari interaksi dia sama Gala tadi pagi udah kayak orang suami istri aja. Kalau emang mereka udah nikah pasti ada yang nggak beres, ya nggak temen-temen?"

"IYAAA."

Semua orang di dalam kantin kompak menjawab dengan lantang.

Mentari menunduk dalam dengan mata berkaca-kaca dan dada terasa sesak luar biasa. Kedua tangan Mentari saling meremas menyalurkan rasa sesak yang luar biasa.

Serendah itukah orang-orang memandang dirinya?

Sungguh Mentari tak habis pikir. Setelah kebaikan yang selama ini ia tebar, malah tidak ada harganya di hadapan orang lain.

Haruskah Mentari berubah menjadi orang jahat yang tidak memikirkan orang lain lagi? Haruskah Mentari bangkit dan membalas mereka semua?

Diam-diam Fania tersenyum picik dari tempatnya.

'Nikmati kehancuran lo Mentari. Akhirnya tanpa bersusah payah mengotori tangan gue sendiri nama lo udah jelek di mata semua orang dengan sendirinya,' gumam Fania dalam hati.

Brak

"Asu!" Seisi kantin dibuat mengumpat berjamaah saat Arumi menggebrak meja dengan keras.

Arumi mengabaikan rasa perih di telapak tangannya setelah menggebrak meja tadi. Mata gadis itu memerah dengan nafas memburu.

"ATAS DASAR APA KALIAN SEMUA PUNYA PIKIRAN SEBURUK ITU SAMA MENTARI, HAH? APA PERNAH KALIAN LIAT DIA BERPERILAKU NGGAK BAIK SELAMA DI KAMPUS INI?"

Suara teriakan Arumi menggelegar di setiap sudut kantin. Tatapan nyalang gadis itu sudah cukup menggambarkan betapa marahnya Arumi saat ini.

"Nggak harus keluar urat gitu juga dong! Kita 'kan cuma nebak, kalau lo semarah ini berarti bener dong ada yang nggak beres? Apa jangan-jangan sahabat lo yang sok polos itu hamidun?"

"Trus gue harus diem aja saat sahabat gue kalian fitnah yang enggak-enggak, gitu?" Arumi memelankan nada suaranya penuh penekanan.

"Kalau emang apa yang kita bilang nggak bener, lo bisa kasih tau kita hubungan Galaksi dan Mentari yang sebenarnya?" tantang Nindi salah satu mahasiswi kedokteran sama seperti Mentari dan Arumi.

"Gue rasa kalian nggak ada hak buat ikut campur ataupun tau masalah pribadi orang lain." Arumi memandang ketus Nindi si julid biangnya gosip.

"Kalau lo nggak bisa jelasin berarti tebakan mereka bener, dong? Ataupun mungkin apa yang dia alami lebih parah dari mereka bayangkan, ups."

Fania menutup mulutnya pura-pura keceplosan.

Bisik-bisik mulai terdengar kembali. Pandangan semua orang tentang Mentari semakin buruk karena kali ini Fania yang bicara.

Semua orang di kampus ini juga tau kalau Fania dan Mentari adalah saudara tiri.

"Parah sih, keliatannya doang yang sok baik tapi aslinya liar."

Tes

Air mata Mentari lolos begitu saja saking tak tahannya mendengar hinaan bertubi-tubi yang dilayangkan untuk dirinya.

Tak cukup sampai disitu semua orang juga menyoraki dirinya sebagai wanita munafik, liar bahkan jalang.

Sungguh rasanya Mentari sudah sangat tidak tahan dengan semua yang ia alami. Arumi pun tak mampu mengatasi masalah ini, dirinya hanya sendiri melawan puluhan orang yang menghujat Mentari.

"U-udah, Rum! Jangan ladenin mereka lagi! Aku baik-baik aja."

Setelah mengatakan itu Mentari berlari keluar dari kantin. Bahkan bakso yang dipesan belum Mentari sentuh sama sekali.

Mentari terus berlari hingga berpapasan dengan dua orang pria tepat di depan pintu Kantin.

"Sayang, kamu mau keman---"

Gala menghentikan kalimatnya karena Mentari sama sekali tidak melirik dirinya dan juga Alzi.

Istrinya itu terus berlari dengan kepala tertunduk.

"Itu bini lo kenapa, Gal? Kayaknya dia lagi nangis deh," tanya Alzi sekaligus menebak.

"Perasaan gue nggak enak, Zi."

Setelah mengatakan itu tanpa menunggu Alzi, Gala berjalan memasuki kantin dengan langkah lebarnya. Didapatinya Arumi yang tengah marah-marah dan berdebat dengan semua pengunjung Kantin.

"Ada apa ini, Rum? Kenapa Mentari nangis?" tanya Gala tanpa basa basi.

"Mereka." Arumi menunjuk semua orang yang tadinya memojokkan Mentari. "mereka hujat mentari habis-habisan, Gal. Mereka berpikir yang enggak-enggak tentang hubungan kalian," lanjutnya dengan dada naik turun.

"Dan dia." kali ini Arumi menunjuk Fania yang malah terlihat santai di tempatnya. "Dia malah nyebar rumor yang enggak-enggak dan semakin nambah luka Mentari semakin lebar lagi," adu Arumi kepada Gala.

Gala mengepalkan tangannya kuat-kuat. Lagi dan lagi istrinya harus menerima luka dari orang yang sama.

"Woi jebolan pasien rumah sakit jiwa!" Panggilan itu Alzi berikan untuk Fania yang kini sudah melotot ditempatnya.

"Kenapa Kak Alzi manggil aku kayak gitu sih?" protes Fania dengan suara dilembut-lembutkan.

Hal itu berhasil membuat Arumi melongos kesal. Bisa-bisanya si rubah itu malah melembutkan suara kepada pacarnya.

"Kenapa? Emang lo itu sinting 'kan?" sembur Alzi memasang tampang Julid nya.

"Aku nggak gila, Kak Alzi. Harusnya Kak Alzi jadi pacar aku, bukan pacar si buluk itu." Fania menunjuk Arumi.

"Mau matahari terbit di barat sekalipun gue nggak bakal pernah sudi jadiin lo pacar. Kalau jadiin lo babu gue baru mau," balas Alzi santai tanpa beban tapi berhasil membuat semua orang terbahak.

Fania menggerutu kesal. Ia sudah menargetkan Alzi yang keturunan konglomerat dari masuk kuliah, tapi ternyata Alzi sudah punya Arumi sejak SMA.

Dan khayalan Fania untuk menjadi pacar Alzi harus ia telan mentah-mentah.

"Kenapa, Fania? Masih belum cukup lo fitnah Menteri sampai bikin dia diusir dari rumah milik dia sendiri?" tanya Gala didepan semua orang.

Gala harus menggunakan otaknya untuk berhadapan dengan perempuan sejenis Fania ini.

"Dia diusir karena kesalahan dia sendiri. Siapa suruh mesum di rumah?" Fania melipat kedua tangannya di dada melirik angkuh Gala yang masih mencoba santai meskipun rasanya ia ingin menendang Fania saat ini juga.

"Siapa yang lo kira mesum? Gue sama Mentari cuma jatoh karena gue nggak sengaja nginjek botol, tapi lo bikin drama seolah-olah gue sama Mentari ngelakuin hal tak senonoh. Gue liat Lo sama ibu lo itu bahagia banget pas ayah sialan lo itu ngusir Mentari.

Gue nikahin Mentari hari itu juga karena gue nggak mau biarin gadis sebaik Menteri harus tinggal sendirian. Bahkan sampai detik ini pun gue belum sentuh Mentari sama sekali, tapi lo dengan nggak punya hatinya malah nyingkirin Mentari dari rumahnya sendiri."

Bisik-bisik kembali terdengar saat Gala menyelesaikan kalimatnya.

"Ya ampun jadi gitu ceritanya."

"Kasian banget ya Mentari harus punya ibu tiri jahat sama adek tiri yang nggak tau diri."

"Menurut gue sih ayahnya Mentari yang lebih bodoh. Mau-maunya ngusiri anak sendiri dan merawat anak nggak ada akhlak kayak Fania."

"Kak Gala baik banget mau nikahin Mentari meskipun hanya Karena salah paham."

Fania memejamkan matanya saat serangan berbalik kepadanya. Sekarang dirinya yang menjadi hujatan dan Mentari terbebas.

Menghentakkan kakinya dengan marah, Fania keluar dari Kantin.

"Awal lo Mentari! Gue bakal bales ini hari ini juga. Lo nggak bakal pernah tenang selagi ada gue."

Bab terkait

  • Mentari Pernikahan Dini    11. Gala salting

    "Aku salah a-pa? Tega sekali mereka menghujatku padahal selama ini aku nggak pernah sekalipun berbuat jahat pada mereka."Di dalam salah satu bilik toilet, Mentari menangis sejadi-jadinya menyalurkan rasa sesak di dadanya.Dia tak habis pikir dengan semua orang yang berpikiran buruk tentang dirinya. Padahal mereka pun tau, selama ini dirinya tak pernah berperilaku yang mencerminkan bahwa ia adalah seorang perempuan murahan seperti yang orang-orang katakan.Mentari mematut dirinya di depan cermin. Matanya yang memerah dan sembab membuatnya lebih mirip Drakula dari pada manusia.Pikiran Mentari langsung tertuju kepada seseorang, yaitu suaminya."Maafin Tari, Kak Gala! Tadi Tari nggak jawab pertanyaan, Kak Gala. Saat ini Tari benar-benar butuh sendiri." Menteri bergumam lirih saat teringat dengan suaminya yang tadi ia abaikan.Pastinya Gala akan kesulitan menemui Mentari karena gadis itu pergi ke toilet yang jarang dikunjungi.Mentari terus saja meratapi nasibnya yang malang. Entah dosa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • Mentari Pernikahan Dini    12. Tidak tertekan

    "Sayang, kamu pulang sama Arumi dulu nggak papa, ya? Kakak mau langsung kerja soalnya. Udah dua hari Kakak nggak masuk kerja selama itu juga Cafe tutup. Orang pemalas ini mana mau buka Cafe sendirian." Gala melirik malas Alzi setelah mengusap pipi lembut Mentari.Sementara itu, Alzi tampak santai mendengar sindiran Gala sambil mencongkel lobang hidungnya."Gue bakalan tetep kaya meskipun nggak buka Cafe selama setahun. Lagian kalau lo nya nggak ke Cafe siapa yang bakalan masak? Karyawan gue 'kan cuma elo," ucapnya santai."Cih, kaya iya pemalas juga iya," sembur Gala membuat Alzi mendelik."Emang ya lo ini, gue ini bos lo kalau lo lupa. Dimuka bumi ini emang gue deh kayaknya bos yang nggak ada harga dirinya." Alzi mencabik kesal.Mentari terkekeh geli melihat perdebatan tak berujung Gala dan Alzi."Sana berangkat! Mau buka Cafe jam berapa lagi coba?" Mentari mendorong pelan dada Gala."Yaudah, Kakak berangkat dulu. Sampai jumpa nanti dirumah." Gala tersenyum cerah sambil melambaikan t

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-05
  • Mentari Pernikahan Dini    13. Air hangat

    Tangannya begitu lihai memasak semua pesanan dari para pelanggannya.Pengunjung Cafe yang begitu banyak hari ini membuat Gala kewalahan. Belum lagi ia juga harus menjadi penyanyi demi mendapatkan gaji tambahan.Alhasil, Gala harus bolak balik ke dapur dan ke panggung sungguh hal itu berhasil membuat Gala sedikit lelah."Ini, Zi. Pesanan meja nomer enam." Satu nampan yang sudah terisi penuh dengan makanan lengkap dengan minumannya Gala sodorkan kepada Alzi.Selain sebagai pemilik Cafe, Alzi juga merangkap sebagai pengantar pesanan pelanggan.Alzi pun tak kalah lelahnya, kakinya tidak berhenti bergerak sedari tadi. Mulai dari Cafe dibuka Alzi dan Gala dibuat sibuk bukan main.Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan itu artinya sudah waktunya Cafe tutup."Huuff ... akhirnya kelar juga." Gala menghela nafas lega sembari melepas apron yang sedari tadi menempel di tubuhnya."Lo mau langsung pulang, Gal?" Alzi yang duduk selonjoran di atas lantai saking pegalnya bertanya kepada Gala

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-06
  • Mentari Pernikahan Dini    14. Sederhana

    "Bahaya sayang ... lain kali nggak usah gitu lagi ya! Kalau air panasnya kena kaki kamu gimana coba? Pasti berat tuh angkut airnya ke kamar mandi."Mentari terkekeh melihat Gala yang cerewet. "Aku udah biasa kali, Kak."Tidak perlu bertanya lagi, Gala pun paham apa yang terjadi sebelumnya. Pasti istrinya yang mungil ini selalu merebus air panas untuk mandi keluarga durjana nya dulu."Yaudah kalau gitu Kakak mandi dulu. Kamu tunggu disini jangan kemana-mana dulu! Lain kali kamu nggak usah rebus air lagi karena Kakak udah biasa mandi air dingin."Mentari mengangguk patuh membiarkan Gala untuk mandi terlebih dahulu.Lima menit berlalu Gala kembali masuk kedalam kamar dan mendapati istrinya tengah berdiri masih ditempat yang sama seperti ia tinggalkan tadi."Loh, Sayang! Kenapa nggak duduk? Kamu nggak pegel berdiri terus."Mentari mengangguk. "Pegel, Kak," jawabnya dengan jujur."Kalau pegel ngapain masih berdiri? K

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-06
  • Mentari Pernikahan Dini    15. Gara-gara pelakor

    Mentari meraih telapak tangan Gala untuk ia genggam, Mentari menampilkan senyum manisnya pada sang suami yang berusaha keras untuk membuat dirinya bahagia dan mencukupi semua kebutuhannya.Mentari sangat-sangat bersyukur pada Tuhan telah diberikan suami sebaik dan bertanggung jawab seperti Gala."Jangan dulu mikirin buat ajak Tari jalan-jalan, Kak! Mending kalau Kakak ada uang, lebih uangnya kita tabung buat kita jadi dana darurat. Kalau soal jalan-jalan, Tari yakin suatu saat nanti kita bisa jalan-jalan sepuas hati,” jelas Mentari panjang lebar.Gala sukses dibuat senang mendengar jawaban sang istri, Mentari memang sesederhana itu. Ia tidak akan menghamburkan uang untuk hal-hal yang menurutnya tidak penting.Rasanya hal itu sangat wajar mengingat Mentari selalu kekurangan uang jajan sedari kecil.Mentari bukanlah tipe perempuan yang akan bahagia diajak jalan-jalan padahal ia tau ada hal yang lebih penting lagi dari pada itu. Hidup mereka

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-06
  • Mentari Pernikahan Dini    16. Lirikan maut

    Mentari meregangkan otot-ototnya yang terasa penat setelah belajar setengah hari ini. Pukul satu siang ia baru bisa istirahat padahal sudah berada dalam kelas sejak pagi buta.Semua Mentari lakukan demi mendapatkan nilai terbaik dan menjadi lulusan terbaik agar nanti ia bisa langsung bekerja di rumah sakit ternama sesuai dengan informasi yang ia dapatkan.Harapan Mentari hanya satu, semoga saja di masa depan nasibnya dengan Gala akan berubah setelah mereka sama-sama bekerja agar anak-anak mereka nanti tidak akan kesusahan seperti yang mereka rasakan saat ini.Tak jauh berbeda dengan Arumi. Gadis itu juga belajar dengan giat supaya bisa lulus dengan nilai yang memuaskan.Meskipun kapasitas otak Arumi tidak secerdas Mentari, setidaknya ia harus lulus dengan nilai memuaskan supaya tidak sulit-sulit amat mencari pekerjaan nantinya.Niatnya sih, Mentari dan Arumi ingin memiliki rumah sakit sendiri dan mereka berdua yang menjadi Dokternya di sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Mentari Pernikahan Dini    17. Merebut hak

    "STOOP!" teriak Arumi sembari mengangkat kedua telapak tangannya, "kalau kalian adu bacot terus kita kapan makannya?" Erang Arumi frustasi.Sikap Alzi dan Gala yang selalu petakilan dan selalu adu bacot dimanapun berada membuat Arumi jengah sendiri.Kalau saja ia bisa, ingin rasanya Arumi menendang kedua makhluk itu ke hutan Amazon.Melihat Arumi yang hampir ngereog, Mentari berinisiatif untuk menengahi perdebatan Gala dan Alzi dengan cara memanggil suaminya."Udah Kak Gala! Tari udah laper," keluh Mentari sedikit merengek.DrrrttGala langsung berdiri hingga menimbulkan suara decitan kursi yang beradu dengan lantai. Kalau sudah istrinya yang angkat bicara maka Gala akan langsung patuh.Sebucin itu Gala sama Mentari pemirsa."Kamu mau makan apa, Sayang?" Gala sudah berdiri dan bersiap memesankan makanan untuk istrinya tercinta."Nasi goreng aja, Kak," pinta Mentari tanpa berpikir lama.Tak lupa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Mentari Pernikahan Dini    18. Apa kabar?

    Arumi menghela nafas kasar, ia harus mengalihkan pembicaraan agar Alzi tidak menyeramkan seperti ini lagi."Mukanya jangan nakutin gitu juga keles! Liat noh istri si Gala ketakutan liat rupa kamu." Arumi menunjuk Mentari dengan dagunya.Alzi ikut melirik Mentari, sejurus kemudian Alzi mendelik kesal. Dari ekspresi Mentari Yang Alzi lihat gadis itu tidak ada takut-takutnya, malahan Mentari sama sekali tidak menghiraukan mereka. Istri dari Gala itu malah sibuk memakan nasi gorengnya dengan lahap.Alzi menatap malas Arumi yang malah menatap kelain arah seperti tidak melakukan dosa. "Kamu ngibulin aku?" tebaknya dengan mata setengah memicing."He he ... makanannya jangan galak-galak! Kamu nggak cocok jadi orang galak, Zi." Arumi menyengir menampilkan deretan giginya yang rapi."Terus cocoknya jadi apa, Rum?" tanya Gala sambil melirik tipis Alzi dengan pandangan mengejek."Alzi tuh cocoknya jadi kayak biasanya aja. Kelakuan dia yang k

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07

Bab terbaru

  • Mentari Pernikahan Dini    63. Berubah manis (Ending)

    Tahun demi tahun telah berganti, kini kehidupan Galaksi dan Mentari telah banyak berubah.Kontrakan kecil mereka dulu kini sudah berubah menjadi rumah mewah yang di bangun dari hasil kerja keras Gala dan Mentari, Alzi juga sudah mekahi Arumi dan berhasil merebut kembali haknya dari Om Nino setelah ia lulus kuliah.Gala dan Alzi juga telah membangun sebuah rumah sakit mewah untuk istri mereka sesuai dengan cita-cita kedua perempuan itu yang ingin memiliki rumah sakit sendiri.Fakta mengejutkan juga terjadi, Bu Santi ternyata adalah ibu kandung Gala dan Tuan Surya si lintah darat ternyata ayah kandungnya. Saudara kembar Gala ternyata telah meninggal dunia setelah kejadian naas yang menimpa keluarganya kala itu, dan Tuan Surya kini sudah tobat dan berhenti menjadi rentenir.Gala sudah menerima orang tuanya, mereka terpisah bukan karena keinginan orang tuanya. Gala tidak membenci mereka karena ia tau mereka juga tersiksa karena mencari dirinya selama

  • Mentari Pernikahan Dini    62. Suara indah

    Gala memandang nanar kaki kirinya yang terpasang gips, mendengar dari istrinya bahwa kaki kirinya retak membuat Gala syok berat. Mentari masih setia memeluk sang suami sambil menangis, Mentari tak kuasa melihat wajah sedih Gala saat pertama kali ia katakan bahwa kaki Gala retak dan butuh waktu selama empat bulan untuk menyembuhkannya. “Kak Gala nggak perlu mikirin apapun, cuma empat bulan, Kak. Abis itu kaki Kakak bakalan sembuh lagi.” Gala menatap istrinya begitu sendu. “Iya cuma empat bulan, tapi menjalang itu kita gimana? Gimana caranya Kakak bisa kerja dalam keadaan kaki di gips kayak gini?” Gala pusing membayangkan mereka akan makan apa kedepannya, dengan apa ia harus membayar uang kontrakan kalau dirinya tidak bekerja. Untungnya skripsi Gala telah selesai dan tinggal menunggu hari wisuda, harusnya Gala sudah langsung bekerja di salah satu perusahaan besar setelah mendapatkan ijazah. Tapi

  • Mentari Pernikahan Dini    61. Tangisan

    “Keadaan pasien sudah baik-baik saja, operasinya berjalan lancar.” “Hufff ….” Mentari menghela nafas lega, pasokan udara yang mulanya seolah menghilang dari paru-parunya kini kembali terisi penuh dan Mentari sudah bisa bernafas dengan leluasa. Begitu pula dengan Alzi dan Arumi, keduanya juga nampak lega mendengar kabar baik dari Dokter yang baru saja selesai menangani operasi Gala. “Tapi saya juga membawa kabar buruk, kaki kiri pasien mengalami retak sehingga harus dipasangkan gips.” Deg Ucapan Dokter itu membuat Mentari kembali menegang, sebenarnya tak apa apapun yang terjadi pada Gala Mentari akan tetap menerima asalkan nyawa suaminya itu terselamatkan. Tapi Mentari memikirkan bagaimana nanti reaksi Gala saat mengetahui bahwa kakinya retak, Mentari sangat paham kalau tulang retak tidak akan bisa sembuh dalam waktu singkat. Paling cepat mungkin bisa mencapai waktu empat bulan, b

  • Mentari Pernikahan Dini    60. Tentang keadaan Galaksi

    Duduk sendirian di atas lantai dingin rumah sakit dengan perasaan kalut luar biasa, itu yang Mentari rasakan saat ini. Di depan ruangan operasi yang lampunya sedang menyala pertanda bahwa operasi sedang berlangsung Mentari duduk seorang diri.Tangis perempuan berusia dua puluh satu tahun itu tidak reda sejak melihat langsung betapa menyedihkannya keadaan sang suami yang kini tengah berjuang antara hidup dan mati.Orang-orang yang berlalu lalang di koridor rumah sakit hanya bisa menatap iba Mentari, mata gadis itu sudah bengkak dan memerah tapi tangisnya belum berhenti.“Apa engkau juga akan mengambil suamiku setelah engkau renggut ibu ku, Tuhan? Aku harus dengan siapa kalau Kak Gala benar-benar pergi?”Mentari menjerit pilu, ia tak peduli akan semua orang yang tengah menatapnya. Yang Mentari inginkan sekarang hanyalah keselamatan Galaksi, suaminya.Dunia Mentari sekarang berpusat pada Gala, hanya demi Gala ia memilih tetap hidup di dunia

  • Mentari Pernikahan Dini    59. Hancur

    Dunia seakan runtuh tepat menimpa kepala Mentari saat ini, tubuhnya bergetar hebat dengan nafas terasa berat melihat pemandangan menyakitkan mata di depan sana.“K-kak Gala.” Bahkan untuk bicara sepatah kata saja suara Mentari langsung bergetar, bahkan hampir tak terdengar.“Maaf, Nak. Kamu kenal korban itu?”Kesadaran kembali mengambil alih tubuh Mentari.“Di ma-na korban motor Scoopy merah itu, Pak?” tanya Mentari terbata, jari telunjuknya terulur menunjuk motor Scoopy yang mentari yakini seratus persen adalah motor suaminya.“Ada seberang sana, Neng.” Bapak-bapak itu menunjuk halte bus di seberang jalan. “Keadaannya cukup parah, tapi masih beruntung dari pada korban lain yang langsung meninggal di tempat.”Mata Mentari tertuju ke halte bis yang ditunjukkan oleh warga itu, di sana Mentari dapat melihat ada beberapa orang yang tengah menjaga korban kecelakaan.“Bilang sama Tari, kalau itu bukan Kak Gala.” Mentari terus berceloteh di sepanjang larinya menuju seberang jalan.Karena kec

  • Mentari Pernikahan Dini    58. Tragedi di tengah hujan

    “Kak Gala kok nggak bisa dihubungi ya, Alzi juga nggak angkat telpon dari aku. Harusnya Kak Gala udah sampai di cafe.”Mentari meremas erat ponsel yang baru saja ia gunakan untuk menghubungi Gala dan Alzi, tapi ponsel keduanya yang sama-sama tidak bisa dihubungi membuat perasaan Mentari semakin cemas.Jika ponsel Gala tidak aktif, Alzi malah tidak menjawab panggilan darinya.“Kemana aja sih mereka?”Dalam rasa gelisah yang melanda, Mentari juga merasa kesal dalam waktu bersamaan.Sudah tiga puluh menit sejak Gala pergi, harusnya suaminya itu sudah sampai di cafe.“Kalau Kak Gala udah sampe kenapa dia nggak ngabarin aku?” Pertanyaan itu lolos dari bibir Mentari.Hati Mentari semakin tak tenang memikirkan keberadaan suaminya, kenapa disaat ia benar-benar butuh kabar seperti ini Gala malah tidak memberinya kabar.“Aku makin nggak tenang kalau gini caranya, aku harus susul Kak Gala sekarang juga.”Tanpa pikir panjang, Mentari langsung menyambar tas selempang kecil yang hanya muat satu han

  • Mentari Pernikahan Dini    57. perasaan gelisah

    Mentari mengayunkan langkah gontai nya keluar dari rumah, ia melirik Fania yang diantar ke sekolah dengan mobil oleh ayahnya.Menatap uang lima ribu dalam genggamannya, bibir pucat Mentari yang menahan lapar mengeluarkan napas kasar.“Apa ayah mengizinkan hari ini aku ikut nebeng ke sekolah?” Mentari Memandang nanar ayahnya yang tengah memberikan selembar uang lima puluh ribu kepada Fania.Senyum getir lagi-lagi terpatri di bibir Mentari, uang lima puluh ribu jelas sangat berbeda jauh dengan jatah jajannya hari ini yang hanya lima ribu.Di sini yang merupakan anak kandung ayahnya sebenarnya dirinya atau Fania, kenapa ayahnya seolah memperlakukannya bak anak tiri.Hanya terkadang saja Mentari mendapat jatah jajan lima belas ribu, itu pun kalau ibu tirinya tengah berbalik hati.Menatap ayahnya ragu-ragu, Mentari mengayunkan langkah secara perlahan hingga sekarang ia sudah berdiri di samping mobil sang ayah.“Ayah, Tari boleh ikut berangkat sekolah bareng, Ayah?” Mentari meremas tali tas

  • Mentari Pernikahan Dini    56. Masa lalu

    “HEY, TUNGGU! JANGAN LARI KALIAN!” Para emak-emak yang dipanggil Bu Santi terus mengejar Fania dan dan ibunya sambil membawa sapu, ember, bahkan panci untuk menimpuk kepala ibu dan anak yang sudah membuat gaduh di lingkungan mereka. “Gimana dong, Bu? Kita bisa bonyok di tangan emak-emak sekampung.” Fania terus berlari sesekali menoleh ke belakang di mana ada banyak kaum manusia terkuat di dunia yang diberi julukan emak-emak. “Diam dulu kamu, Fan. Kita salah langkah, ternyata anak nggak tau diri itu banyak pelindungnya di sini.” Rosa membuka kasar pintu mobilnya berbarengan dengan Fania masuk. Tidak ada tempat yang lebih aman bagi mereka untuk berlindung selain di dalam mobil. Rosa melirik ke belakang, wanita itu melotot melihat betapa bar-bar nya para tetangga Mentari. “Sialan, merk lempar mobil kita pakai tanah lumpur, Fan.” Rosa mengepalkan tangannya kuat-kuat. Kini mobilnya telah kotor oleh tanah basah akibat perbuatan emak-emak itu. tidak ingin mobilnya semakin kotor, R

  • Mentari Pernikahan Dini    55. bantuan para tetangga

    “Mau apa kalian kesini?” Gala melempar pertanyaan sarkas kepada dua tamu tak diundang yang datang ke kontrakan Bu Santi, Gala juga langsung pasang badan di depan Mentari untuk melindungi sang istri dari dua ular beracun yang tidak Gala harapkan kehadirannya. Dari raut wajah Gala yang berubah dingin orang akan langsung bisa menebak bahwa pria itu sangat membenci dua orang yang datang itu. “Saya ke sini untuk mencari anak tidak tau diri itu, sudah dibesarkan bukannya balas budi tapi malah menjelek-jelekkan saya di depan umum.” Mendengar jawaban Rosa, kekehan sinis keluar begitu saja dari bibir Gala. “Makasih yang seperti apa yang Anda minta? Makasih atas ketidak adilan yang selama ini kalian semua perbuat kepada istri saya, iya?” Rosa mengepalkan tangannya, keberadaan Gala sungguh membuat rencananya untuk memberi Mentari pelajaran harus terganggu. “Kamu, laki-laki miskin nggak usah ikut campur, ini bukan urusan kamu.” Rosa menatap nyalang Gala yang kini menyeringai kepadanya.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status