Sassy memberi senyuman lebar nan menggoda. Tangannya menyelusup dari pinggang, ke punggung suaminya lalu berkata, “Kita udah lama enggak liburan berdua. Dan karena sangat sibuk serta kamar direnovasi, gak ada salahnya kan kalau kita kemping di halaman saja? Ya ....”Nouval melihat tenda yang sudah dipasang istrinya, serta beberapa lentera kecil di atara sedikit pot dan mesin cuci. Alisnya jadi terangkat. Teras belakang itu sehari-hari dipakai sebagai ruang terbuka yang biasa jadi tempat menjemur pakaian. Lalu teras kecil menghadap halaman berumput serta pot-pot tanaman, biasanya dimanfaatkan untuk acara barbeque agar asap tidak memenuhi rumah. Sekarang ada tenda di atas halaman berumput itu.“Ya sudah, ayo tidur,” ujarnya sambil melangkah ke arah tenda. Dia sudah sangat lelah dan benar-benar ingin istirahat.Sassy kegirangan, karena Nouval tidak keberatan sama sekali dengan pengaturanya. Langkah kakinya ringan saat ikut masuk ke dalam tenda. DIa ingin malam ini menjadi saat yang tepat
Nouval menatap dengan tak senang ke arah Sassy. Sekejap, emosinya naik. Kemudian dia menghela napas panjang dan mendorong Sassy pergi dari sana.“Jangan membuat keributan yang akan kau sesali nanti. Dan biar kuluruskan satu hal padamu. Tak ada wanita manapun yang merebutku darimu. Keputusanmulah yang membuat keluarga kita jadi seperti ini!” Nauval berkata dengan dingin.Sassy masih menentang mata suaminya yang menatap tajam, meskipun kata-kata yang didengarnya barusan telah begitu merobek hatinya. Matanya yang berkaca-kaca membuat dia tak bisa bertahan tetap di sana seperti tujuannya semula.“Aku membencimu!” desisnya marah dan berbalik pergi, menyembunyikan tetesan air mata yang mulai jatuh.Nouval tertegun dan menekan dadanya sendiri. Kata-kata yang tadi diucapkannya telah melukai hatinya sendiri juga. Ada nyeri yang tak terkatakan di hatinya saat melihat mata Sassy yang berembun. Dia bahkan bisa lihat ujung garis bibir istri pertamanya yang mulai turun, menadakan dia akan segera me
Dengan perasaan bersalah yang dalam, Nouval membawa Seruni memeriksakan diri ke IGD rumah sakit dekat kediaman orang tuanya. Sudah seminggu istrinya itu merasa tidak enak badan, pucat, juga tidak terlalu suka makan, hingga bobotnya turun. Tubuhnya yang sintal berisi jadi seperti istri yang teramat sengsara setelah menikah.Menunggu hasil tes yang dilakukan petugas UGD, membuat Nouval menjadi sangat cemas. Terutama karena istri keduanya itu terus menyandarkan kepala ke pundaknya. Begitu pucat dan lemah.“Semoga hasil pemeriksaan nanti bukan hal yang bahaya.” Kata-kata itu lebih ditujukan untuk menenangkan dirinya yang penuh rasa bersalah, ketimbang menenangkan Seruni. Nouva merengkuh wanita muda itu ke dalam pelukannya untuk mengusir dinginnya ac ruangan.“Bapak Nouval,” panggil seorang petugas berpakaian putih.“Ya!” sahut Nouval.“Bisa bertemu dengan dokter, Pak!”Nouval mengangguk dan membantu Seruni berdiri. Perlahan-lahan mereka berjalan menuju ruangan dokter yang sudah dibukakan
Bulan-bulan yang berat, dirasakan oleh tiga orang yang berada dalam kerumitan jalinan rumah tangga poligami mereka.Bagi Sassy, dia sudah merasa ragu tentang keputusannya menerima pernikahan kedua suaminya. Meskipun sudah diusahakannya, tetap saja, rasa egois dan kecemburuan besar di hatinya, menciptakan lubang besar antara dirinya dngan Nouval, yang hari demi hari makin dalam. Membuatnya makin takut dan gamang untuk terus berusaha mendekati suaminya lagi. Dia tengah berada di sebentang tali atas lubang jurang yang teramat dalam itu.Sementara bagi Nouval sendiri, dia tak mampu lagi memenuhi daftar persyaratan yang dibuat Sassy selama kehamilan awal Seruni. Takdir membuat kehamilan istri keduanya itu tidaklah semudah yang dia kira.“Tolong, bersabarlah .... Kehamilan Seruni tidak mudah. Tidak semua calon ibu bisa melewati kehamilan yang ringan dan menyenangkan.”Berkali-kali Nouval meminta pengertian Sassy setiap kali istri pertamanya itu mendebat dan mempertanyakan ketidak hadiranny
Nauval sangat sibuk malam itu. Orang tua Seruni tiba dari luar kota. Jadi, meskipun hari ini adalah jadwalnya untuk tidur di rumah, Nouval memilih untuk pulang ke rumah orang tuanya, sebagai bentuk penghormatan pada mertuanya itu. Dia akan mengganti waktu Sassy besok atau lusa.“Ibu senang karena akhirnya kau hamil. Kami semua bahagia mendengarnya,” ujar ibunya Seruni. Wanita muda itu hanya tersenyum senang. Dia tak mau jauh dari pelukan ibunya.Nouval membiarkan saja. Dianggapnya itu sebagai ekspresi rindu sang istri yang sudah berbulan-bulan tak bertemu kedua orang tuanya. DIa merasa sedikit bersalah dalam hati. Baru menyadari bahwa tak sekalipun dia mengajak sang istri untuk pergi mengunjungi kedua mertuanya di kampung, sejak pernikahan itu.Malam itu Seruni ingin tidur dengan ibunya. Nouval mengijinkan. Karena hal itu pula akhirnya Nouval memutuskan untuk pulang ke rumahnya meskipun waktu sudah sangat larut.Saat dia tiba di rumah, rumahnya itu sduah gelap. Menurutnya, Sassy past
Sementara di rumah sakit, Sassy merenungi kehidupan rumah tangganya setengah tahun ke belakang. Di kantor, Nouval sedikit merasa tidak enak karena harus meninggalkan Seruni disaat kedua mertuanya datang berkunjung.Meskipun istri keduanya itu mengatakan tidak apa-apa dan dia harus mengurusi Sassy yang tengah sakit, tetap saja Nouval jd terpikir akan pandangan dua mertuanya itu.“Pak, ada pertemuan nanti sore dengan klien,” kata sekretarisnya memberi tahu.“Jam berapa?” tanya Nouval. Dia takboleh berlama-lama di kantor, karena Sassy masih di rumah sakit.“Jam lima, Pak,” jawab si sekretaris cepat.Nouval mengangguk. “Katakan padanya untuk tepat waktu. Karena hari ini saya harus menjaga Sassy yang sedang dirawat di rumah sakit!”“Akan saya sampaikan.” Sekretarisnya mengangguk dan segera keluar dari ruangan Nouval.Pukul lima kurang, sekretarisnya mengabarkan kalau calon klien itu batal hadir karena suatu hal. Maka, segera pria itu membereskan mejanya dan keluar dari kantor. Dia akan m
Hari itu, hati Sassy sangat bahagia. Bunga di hatinya kembali mekar. Dia senang Nouval bersikap seperti dulu lagi. Lembut dan sangat pengertian. Dia ingin Nouval terus seperti itu. Jadi, dia juga menunjukkan sikap yang sangat pengertian pada suaminya.Nouval sendiri juga ikut bahagia melihat wajah Sassy yang kmbali cerah. Baginya, kesalahpahaman mereka sudah diselesaikan semalam. DIa sudah kembali tenang. Smeua akan baik-baik saja.“Apa enggak berangkat kerja?” tanyanya saat Nouval yang tadi pergi justru balik lagi dengan membawa bungkusan makanan di tangan.“Mari sarapan dulu. Dugaanku, kau tak akan menyukai makanan rumah sakit!”Sassy ikut tersenyum melihat senyum memikay suaminya pagi itu. Wajah Nouval yang cerah, mengirim efek posisif ke dalam hatinya pagi itu. Dia jadi lebih bersemangat.Sesekali Nouval menyuapi istrinya dengan sarapan yang dia pesan di kantin rumah sakit. Itu jauh lebih enak dari pada bubur yang disiapkan rumah sakit pagi itu.“Aku akan ke kantor setelah ini.
Dengan memiliki seorang anak lelaki, berarti tujuan utama pernikahan itu tercapai. Kelangsungan nama keluarga Ariobimo bisa dilanjutkan. Selain itu, dengan memiliki seorang putra, maka kedudukannya sebagai istri akan lebih kuat lagi di keluarga besar suaminya.Dua pernikahan Nouval kembali tenang. Badai besar sepertinya mulai menjauh. Dua istrinya sepertinya mulai saling menahan diri dari cemburu dan desakan ingin selalu di dekatnya.Satu bulan pertama, Nouval sangat senang. Dia merasa tenang dan tenteram. Pekerjaannya bisa lebih fokus dan satu kasus berat kembali dapat diselesaikannya dengan gemilang. Memasuki bulan kedua, hatinya sepertinya mulai merasakan ketidak nyamanan.Dia mulai merindukan rengekan Sassy ataupun kemanjaan dan bujukan halus Seruni. Baginya, kehidupan rumah tangganya jadi terasa monoton dan membosankan. Bagaimana dia merasa kehilangan percikan api dalam hubungannya dengan Seruni yang baru seumur jagung?Bukan berarti istri-isrinya menolak melayani kebutuhannya,