Seperti yang sudah di rencanakan dari awal, kini Rea dan juga Reiki mulai masuk ke dalam hutan kematian. Awalnya Vali tidak setuju jika istrinya itu akan pergi dengan Reiki, tapi apa mau di kata, dirinya pun tidak akan bisa masuk kesana.Hutan yang di buat oleh keluarga De Sade hanya bisa di masuki oleh mereka saja, serta hewan pendamping mereka. Aturan itu sengaja di berlakukan oleh Altreisa agar keamanan yang di buatnya tetap terjaga.“Hey, aku hanya pergi untuk menjalankan tugasku. Aku tidak akan lama, lagipula ini untuk putrimu juga kan?” bujuk Rea pada Vali sambil mengelus lengan prianyaPrianya ini masih merajuk. Meskipun dia tadi sudah mengatakan memperbolehkan Rea pergi, tapi di dalam hatinya dia masih tidak rela membiarkan sang istri pergi berdua hanya dengan Reiki.“Apa bisa kamu tidak pergi?” ucap Vali memelas“Tidak bisa. Aku yang harus pergi” ucap Rea tegas“Semua ini untuk Rain. Kita harus menjaganya tetap aman. Jika raja itu semakin berkuasa, tidak menutup kemungkinan,
“Bagaimana?” tanya Reiki “Banyak tulisan yang tidak bisa aku baca. Ini tulisan kuno, aku belum mempelajari semuanya” jawab Rea Kerutan di dahi Rea pun terus terlihat saat wanita itu membaca buku kuno itu. Kepalanya terasa akan meledak saat buku yang di bacanya susah di baca. “Menurutmu, saat aku membawa buku ini disaat keluar dari sini, apakah bisa?” Rea meminta pendapat Reiki “Kenapa?” “Aku belum lama tinggal disini, baru beberapa tahun. Banyak yang masih harus aku pahami, termasuk tulisan kuno ini” jelas Rea “Benar juga” ucap Reiki setuju “Apa kita akan pergi ke mansion De Sade sekarang?” “Tidak. Kita lanjutkan mencari kalung itu saja dulu. Baru nanti kita kembali” “Baiklah” “Tunggu. Aku melupakan sesuatu” ucap Rea tiba-tiba Reiki memandang Rea dengan pandangan bertanya, “Apa?” “Artefaknya belum ketemu” Reiki menepuk jidatnya. Dia lupa. Mata Rea memandang sekelilingnya. Dimana artefak itu di letakkan? Rea benar-benar tidak tahu. Dengan langkah perlahan Rea membawa tel
Vali begitu cemas memikirkan istrinya. Kakinya sedari tadi tidak bisa diam dan terus melangkah kesana kemari. Lyan sendiri sudah mencoba menenangkan sang Alpha tapi tetap saja Alpha sekaligus sahabatnya itu tidak tenang. “Apa aku harus menyusul Rea?” tanya Vali “Tidak. Bukankah istrimu sudah mengatakan untuk tetap di pack” jawab Lyan “Tapi aku khawatir” “Tidak ada suami yang tidak khawatir di saat istrinya menjemput bahaya” ucap Lyan *** “Goa apa ini?” tanya Rea “Aku tidak tahu. Bahkan ini pertama kali aku tahu disini ada goa. Karena saat ke daerah ini, aku tidak pernah menemukan goa” jawab Reiki bingung “Kita masuk” putus Rea final “Yang benar saja. Kita tidak tahu apa yang ada di dalam sana” Reiki tidak setuju “Lalu jika aku tidak masuk, bagaimana bisa kita tahu apa yang ada di dalam sama? Jika kalung itu ada disana bagaimana?” “Apa harus?” “Harus” Akhirnya Rea dan Reiki masuk ke dalam goa dengan langkah yang hati-hati, malah mereka terlalu berhati-hati. “Goa ini terli
“Banyak sekali” ucap Reiki begitu memasuki ruang harta. Banyak harta yang di tumpuk disana. Bahkan mata Reiki saja begitu silau sekarang. Benda-benda yang berkilau begitu banyak di sekitar mereka. “Bagaimana kita mencari kalung bermata safir itu? Lihat, banyak sekali kalung seperti itu disini. Kita tidak mungkin asal mengambil kan?” tanya Reiki Karena benar adanya, jika banyak sekali kalung bermata safir di sekitar mereka. Mata Reiki jadi bingung melihatnya. Rea kemudian turun dari punggung Reiki dan mulai menjelajah satu persatu tempat disana. Tidak bisa wanita itu pungkiri jika dia sama bingungnya dengan Reiki. Tapi mau bagaimana lagi, mereka harus tetap mencari. Saat keduanya sedang mencari dengan teliti tiba-tiba Reiki terpikirkan sesuatu. “Rea, apa kamu sadar jika disini bersuhu sangat hangat?” tanya Reiki “Kita sekarang berada di goa yang cukup dalam, tentu saja terasa hangat” “Bukan. Bukan seperti itu. Disaat hawa dingin di hutan ini terasa, maka tidak ada satu tempat pu
“Papa!” teriak RiverVali menoleh dan terkejut saat melihat sang putra berlari kearahnya. Pria kecilnya itu tadi sedang tertidur saat para musuh menyerang dan Vali sudah memberikan sihir untuk menutup suara yang masuk ke kedua telinga sang putra agar River nyenyak dalam tidurnya.“River, masuk nak. Papa mohon” ucap Vali dari kejauhan“Tapi papa akan sendirian jika River di dalam” ucap bocah kecil itu sambil terus berlari pada sang ayahJarak mereka cukup jauh tapi mereka bisa mendengar suara masing-masing. Hingga tubuh putranya terbang dan berada di gendongan salah satu penyihir musuh. Dengan seringai mengejek sang penyihir itu menodongkan belati kearah jantung River.Vali langsung gelap mata melihat hal itu. Melihat River yang terus berontak kesakitan membuat jiwa ayahnya terguncang.“Lepaskan putraku penyihir sialan!” teriak Vali marahTanpa babibu, pria itu segera berganti shift dengan Reiden dan mulai berlari cepat. Menerjang semua yang menghalangi langkahnya. Kini putranya adalah
River pingsan setelahnya. Bocah itu tidak kuat menahan sakit yang mendera hingga pingsan. Kayne segera mengangkat sang cicit dan memindahkan pada gendongan Luci.“Bawa River ke mansion kita” perintah KayneLuci mengangguk mengerti dan dalam kedipan mata, terbukalah portal penghubung pack Vali dan mansion De Sade. Luci segera masuk dan membuat portal segera menghilang.Kayne sendiri mulai bertarung melawan para penyihir yang tersisa. Penyihir yang di kirimkan oleh Raja penyihir bukan lah tandingannya. Mereka berada di bawah Kayne.Kayne mulai mengeluarkan kekuatan yang hanya di miliki keluarganya. Lightning nama kekuatannya. Kayne bisa bergerak cepat tanpa bisa di baca oleh musuh. Dulu dia adalah panglima perang garda terdepan, karena kekuatannya dia bisa menghabiskan 1000 musuh dalam sekali gerak.Xavier menarik ekor Vali yang sedang dalam bentuk Reiden. Reiden sendiri terkejut atas tarikan Xavier.“Kenapa kau menarikku?” tanyanya“Menyingkir atau kau akan mati oleh tebasan ayahku” pe
BRAK “Putraku!” teriak Rea “Dimana putraku?” tanya Rea dengan berlari menyusuri mansion Vali dan yang lainnya memaklumi kekhawatiran Rea. Disaat wanita itu berusaha melindungi putrinya malah putranya yang terluka. Pasti kini dia merasa bersalah pada River. Aceline mendengar keributan yang di buat oleh Rea keluar. Aceline berjalan dengan cepat dan segera membawa Rea dalam pelukannya, menghentikan tindakan Rea. “Tenang. Tenang dulu” ucap Aceline Rea terus berontak dalam pelukan sang paman. Vali yang melihat hal itu segera melangkah cepat kearah keduanya. “Biarkan aku yang memeluknya” suara Vali mengudara Aceline mengangguk dan memberikan Rea pada pelukan Vali. Vali dengan sekuat tenaga mencoba menahan rontaan Rea. “Tenanglah sayang. Jika kamu seperti ini, Rain akan takut nantinya” Vali mencoba menenangkan Rea Mendengar kata Rain, Rea mulai berhenti berontak. Dia lupa jika putrinya berada di sini. Putrinya itu sangat perasa, bisa gawat jika dia melihat ibunya dalam mode seperti
Phellan Apollyon adalah raja dari klan penyihir. Raja tamak yang begitu mencintai kekuasaan dan tahta. Phellan sudah hidup selama 200 tahun dan masih menjabar sebagai raja hingga sekarang. Dimana biasanya para raja akan turun tahta di usia 150 tahun karena sudah tua dan menghabiskan sisa hidupnya dengan damai. Phellan yang merasa jika kekuasaan membuatnya bisa melakukan apapun, membuat pria itu tidak ingin turun dari tahtanya. Dia naik tahta di usianya yang 26 tahun setelah membunuh kedua orang tuanya dan kedua saudara laki-lakinya. Karena hal itu, dulu Kerajaan Penyihir Utara sempat goyah. Kepemimpinan yang adil tiba-tiba berubah menjadi tirani. Semua rakyat kerajaan merasa hidup dalam neraka. Tapi untungnya saat itu ada beberapa keluarga bangsawan penyihir yang membantu rakyat biasa untuk bertahan hidup. Diantaranya adalah Keluarga Goulet, De Sade, dan Olden. Ketiga keluarga itu memiliki kekayaan yang bisa di sandingkan dengan keluarga kerajaan. Melihat banyak rakyat yang kelapar
Waktu berjalan dengan cepat, kini si kembar sudah berusia 10 tahun. Vali maupun Rea tidak menyangka jika mereka bisa bertahan selama ini.Si kembar kini juga sudah mulai melakukan pelatihan mereka sejak 3 tahun yang lalu. River yang sudah mulai di gembleng untuk menjadi Alpha penerus dan Rain yang berlatih untuk menjadi oenyihir hebat.Keduanya memang terlahir kembar, namun dengan takdir yang berbeda. Awalnya Rain sempat depresi sast tahu dia tidak akan bisa menjadi Werewolf dan hanya menjadi seorang penyihir. Sekarang dia sudah menerima takdirnya.Awalnya River juga sampai kepikiran, karena takut kembarannya melakukan hal di luar nalar. Tapi, karena dukungan dari orang tuanya, Rain bisa bertahan."Aku harap Rain tidak berkecil hati seperti dulu," harap Rea."Tidak akan. Dia akan menjadi pendamping kakaknya dengan kekuatannya. Mereka akan menjadi duo yang hebat," ujar Vali.Vali tidak masalah jika Rain tidak bisa menjadi Werewolf, takdir putrinya memang unruk menjadi penyihir. Karena
Seperti yang sudah Rea duga, Vali seperti kerasukan semalam. Kini tubuh Rea terasa remuk karena ulah Vali. Wanita itu kini sedang asik tiduran di ranjang. “Dasar. Dia kelewatan sekali setelah di kasih izin.” dengus Rea Berbeda dengan Rea yang sedang tiduran di ranjang karena badannya sakit, Vali malah terlihat begitu semangat seakan energinya telah diisi penuh. Bahkan pria itu sedari tadi tidak melunturkan senyumnya. Ehaan yang berkunjung hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan Vali. Dia seperti pria yang baru saja mendapatkan cintanya, padahal kakaknya sudah berada lama di sampng pria itu. “Apa yang di berikan kakakku sampai membuatmu setengah gila?” tanya Ehaan Lyan yang berada di sebelah Ehaan mengangguk setuju. “Apa perlu aku jawab?” ucap Vali dengan senyum bodohnya “Tidak perlu. Sepertinya aku tahu apa yang kalian lakukan semalam. Kakakku benar-benar mengubahmu menjadi pria yang bodoh ya sekarang.” tolak Ehaan “Enak saja. Mana ada aku bodoh.” protes Vali “Masih
Vali duduk dengan tidak sabaran. Pria itu merasa jika jalannya pertemuan Alpha ini begitu lama, di tambah bahasan mereka yang sangat ringan. “Apa kita tidak bisa pulang saja?” tanya Vali pada Lyan “Tidak bisa.” jawab Lyan tegas “Kenapa?” “Yang benar saja kau Vali. Sudah, diam saja. Kunci saja mulutmu itu.” ucap Lyan dengan kesal Pria itu sudah tidak mau menjawab segala pertanyaan tidak bermutu yang keluar dari mulut Vali. Sedari tadi Vali terus-terusan bertanya kapan ini selesai dan Lyan sudah jengah akan itu. Vali memilin ujung bajunya karena mulai bosan. Ini semua di karenakan kedatangan Rea, pria itu jadi tidak ingin pergi kemanapun, dia saja terpaksa datang karena hadiah yang di tawarkan Rea. Lyan yang melihat apa yang di lakukan Vali hanya menggelengkan kepalanya. Biarkan sajalah pikirnya. *** “Alpha Vali, apa tidak ada yang ingin Alpha katakan?” tanya salah satu Alpha Vali yang sedang menundukkan kepalanya seketika mendongak. Dengan wajah malas pria itu berkata, “Tidak
Semuanya sudah di selesaikan Rea dengan kurun waktu 2 minggu. Rea sudah harus segera kembali ke Black Diamond pack. “Seperti yang sudah aku jelaskan, kalian harus bisa saling membantu satu sama lain.” mereka semua mengangguk “Apa nenek akan kembali tinggal disini?” kini Rea beralih pada Wendy Wendy mengangguk. “Semua sudah berakhir. Sudah waktunya aku kembali kle rumah. Lagipula rumah kita meninggalkan banyak keningan indah.” jawab Wendy “Kami akan mengawasi mereka dengan ketat. Lagipula kamu sudah menghentikan mereka kemarin. Aku yakin mereka tidak akan bertingkah ceroboh untuk sementara waktu.” ucap Luci “Baiklah. Aku akan pulang. Suami dan anak-anakku sudah menungguku” Setelah berpamitan pada semua orang yang ada disana, Rea segera membuka portal dan masuk ke dalamnya di ikuti oleh Reiki di belakangnya. *** Begitu keluar dari pintu portal, Rea di sambut dengan suara rengekan Lyan pada suaminya. “Ayolah Val.” “Tidak!” tolak Vali “Minggu lalu sudah kenapa harus lagi?” “Mi
Sesuai dengan kesepakatan, Rea tetap berada di Uhuru. Sudah satu minggu wanita itu disana. Dia mengajari struktur pemerintahan sesuai yang dia ketahui. Nama Kerajaan Utara pun kini di ganti menjadi Uhuru. Para rakyat yang berada di sana pun setuju dengan ide yang di kemukakan oleh Rea. Ada beberapa pihak yang tidak setuju karena bagi mereka darah bangsawan mereka tidak bisa di sama ratakan dengan darah biasa penyihir. Tapi semua itu teratasi karena hampir semua mayoritas menyetujui. Selalu ada pro dan kontra dalam dunia pemerintahan, jadi Rea tidak kaget sama sekali. Reiki pun berada di sana. Dia Rea tugaskan untuk mencari segala informasi dari bangsawan penyihir yang masih kukuh dengan keputusannya. Reiki yang seorang rubah tentu saja sangat mudah mendapatkan semua itu. Dia hanya perlu menyamar menjadi orang yang biasa mereka percaya dan mengorek informasi tanpa perlu ketahuan. *** “Apa yang sudah kamu dapatkan?” tanya Rea “Mereka tetap ingin membelot. Mereka memang mengatakan
Setelah pembantaian keluarga kerajaan, kini ketua semua klan penyihir berkumpul. Mereka membahas apa yang akan mereka lakukan setelah ini. Mengingat kini sudah tidak ada raja yang memimpin mereka dan mereka bebas melakukan apapun. “Kita harus membuat peraturan yang di setujui oleh semua pihak. Jika tidak akan banyak kejahatan, mengingat penyihir saat ini termasuk yang terkuat.” ucap salah satu ketua “Aku setuju. Kita tidak bisa hidup bebas tanpa aturan, karena akan merugikan banyak orang. Para penyihir kuat akan semakin menindas penyihir yang lemah.” Kenyataan itu tidak bisa mereka bantah. Karena kebanyakan yang memiliki mana lemah menjadi pelayan atau hanya sekedar pedagang yang tak jarang di pandang sebelah mata. “Kalau begitu kita angkat saja Raja yang baru. Bukankah anak Floricel cukup kuat, dia bisa menjadi pemimpin kita.” “Aku menolak.” tolak Rea “Kenapa?” “Aku sudah memiliki suami dan lagipula suamiku seorang Alpha Werewolf, kami tidak mungkin tinggal disini dan pack ka
“Sial! Kenapa telepati ku tidak berfungsi.” umpat Phelan “Mungkin mereka sudah tahu, Yang Mulia.” wajah Phelan berubah merah menahan emosi “Kita keluar.” titahnya Begitu sampai di luar, matanya langsungh tertuju pada satu objek, yaitu Rain yang sedang menangis. Phelan merasakan mana yang besar dan suci dari tubuh gadis kecil itu. “Aku akan mengambil gadis kecil itu.” ucapnya “Jangan yang mulia. Bisa saja ini jebakan untuk anda.” ucap orang kepercayaan Phelan “Tidak ada siapa-siapa disini. Aku yakin jika mereka tidak sengaja meninggalkannya disini dan mencari kita.” ucap Phelan sama sekali tidak curiga “Tapi yang mulia…” Phelan segera melangkah cepat kearah Rain yang bercucuran air mata. *** “Now.” Begitu aba-aba sudah keluar dan mereka melihat jika Phelan dan orang-orangnya sudah keluar, De Sade dan Olden keluar dari persembunyian mereka. Phelan dan anak buahnya terkejut saat melihat mereka di serang. Phelan tidak merasakan hawa keberadaan mereka saat keluar tadi. “Apa in
Seperti yang sudah mereka rencanakan, kini mereka telah bersiap untuk menyerang Phelan.“Kalian sudah siap?” tanya WendySemuanya mengangguk. Luci segera membuat portal penghubung ke istana. Keluarga Olden sudah menunggu mereka di bagian belakang istana. Mereka akan menyerang dari dua sisi agar Phelan dan antek-anteknya tidak bisa kabur.Rea yang menggendong Rain mengepalkan tangannya. Wanita itu masih tidak rela putrinya menjadi umpan. Dengan satu tarikan nafas, Rea masuk ke dalam portal..“Ini istananya?” tanya ValiKayne mengangguk. Mereka berjalan kedalam, yang membingungkan kenapa istana ini begitu sepi? Tidak ada penjaga yang berkeliaran di istana.“Apa Phelan sudah tahu kalau kita akan datang?”“Sepertinya begitu.”“Aceline.”Aceline kemudian memejamkan matanya dan mulai fokus mencari keberadaan orang-orang istana.“Istana benar-benar kosong. Tidak ada satupun yang berada di istana.” ucap Aceline“Bagaimana bisa?”3 jam sebelumnya“Yang mulia, saya merasa akan ada yang menyera
“Apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya Kayne“Maksud kakek?” tanya Rea“Rea, aku yakin kamu sudah tahu siapa musuh kita. Jadi, kakek meminta untuk menyelesaikan ini secepatnya” ucap Kayne“Kamu sudah mendapatkan apa yang di perlukan bukan?” Rea mengangguk“Kita lakukan secepatnya” saut Wendy“Rea, sudah tidak ada waktu untuk mempersiapkan diri. Phellan semakin bergerak liar dan acak. Pria tua itu mulai menyerang untuk mendapatkan Rain”“Lalu?” tanya Vali“Lalu apa lagi? Tentu Rea harus mulai merapalkan mantra yang di perlukan serta mengontrol mananya agar tetap sama” jawab Wendy“Kita lakukan sekarang nek” Rea berdiri dari duduknya“Jaga si kembar selagi aku melakukan pelatihan singkat” Vali mengangguk***“Pejamkan matamu dan taruh tangan sebelah kananmu di atas buku. Lalu fokuskan pikiranmu dengan apa yang ingin kamu lakukan” ucap WendyRea segera memejamkan mata dan mulai melakukan seperti apa yang di ucapkan Wendy. Wanita itu mulai menaruh telapak tangannya di atas buku, lal