Share

80. Tak Liora Sadari

Penulis: Niniluv
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-02 09:15:37

"Kamu yakin tidak apa-apa?" tanya Arka sekali lagi pada sang istri.

Saat ini mereka berada di dalam mobil, baru saja mobil yang mereka tumpangi telah sampai di depan perusahaan Liora.

Awalnya Arka tak mengijinkan Liora masuk kerja, tapi perempuan itu bersikeras tak mau menuruti perintahnya. Tentu Arka sangat khawatir dengan kondisi Liora karena tadi pagi perempuan itu terus mengeluh perutnya sakit begitu hebat.

"Setelah meminum obat yang kamu berikan tadi, sekarang keadaanku sudah membaik." Liora tersenyum meyakinkan sang suami. Dia lalu menambahkan, "lagi pula di sana nanti juga ada Ervan yang menjagaku. Jadi kamu tidak perlu khawatir sayang."

Arka menghela nafas kesal. Padahal dia sangat tidak suka jika Liora lebih bergantung pada Ervan dibandingkan dirinya, namun perempuan itu selalu saja membanggakan keberadaan Ervan di depannya.

"Kalau begitu aku keluar dulu ya sayang?" tak menunggu jawaban sang suami, Liora tiba-tiba mencium singk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   81. Hamil

    Setelah sampai di rumah sakit, Liora meminta Ervan untuk menemui Arka. Dia sengaja mengatakan akan menunggu di mobil, padahal diam-diam dia justru ke ruang dokter kandungan tanpa sepengetahuan siapapun. Sesampainya di sana, dia menemui dokter kandungan yang beberapa minggu lalu dia temui. Liora menceritakan semua keluhannya sejak tadi malam, dan dokter itu memutuskan untuk memeriksanya. Liora juga diminta untuk melakukan testpack. Dan benar dugaannya, dia hamil.Liora masih tak percaya. Akhirnya yang selama ini dia inginkan terjadi. Dia nyaris ingin menangis haru setelah dokter dan testpack yang dia pakai barusan menyatakan dirinya benar positif hamil. "Selamat atas kehamilan anak pertamanya Bu Liora. Pasti anda juga tidak sabar untuk segera memberitahu dokter Arka tentang ini."Liora mengangguk mengiyakan. Tentu saja, dia sengaja tak memberitahu siapapun jika tujuan utamanya ke rumah sakit untuk menemui dokter kandungan. Dia ingin membuat supri

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   82. Terluka

    Melihat Arka dan Ervan berjalan menuju parkiran, Liora yang sudah berada di dalam mobil itu segera menghapus air matanya. Dengan sekuat tenaga dia menahan perih di hatinya, berpura-pura seakan masih tidak tau apa-apa.Testpack yang dia pegang tadi kini dimasukkannya ke dalam tas. Liora mengurungkan niatnya untuk memberitahu hal itu pada suami. Menurutnya lebih baik Arka tidak tau apa-apa tentang kehamilannya saat ini. Sekarang dia sadar, kenapa Arka tidak mau sampai Liora hamil. Liora sadar kenapa Arka sampai saat ini sulit mengatakan cinta padanya, bahkan masih tetap bersikeras akan menceraikannya. Ternyata ini alasan semuanya.Yang lebih membuat Liora terluka, kenapa sejak awal Arka tidak jujur padanya jika laki-laki itu sudah memiliki tunangan? Kenapa harus membuat Liora jatuh cinta sedalam ini?Pintu mobil terbuka, Liora menoleh. Arka berdiri di sampingnya sambil menatap khawatir. "Ervan bilang kondisimu tidak baik-baik saja selama

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   83. Untuk Memiliki Selamanya

    Sesampainya di rumah, tubuh Liora lemas. Dia terjatuh saat dirinya sampai di kamar. Semua barang-barang miliknya yang berada di dalam tas kini berhamburan ke lantai. Liora sudah tak sanggup menahan air matanya. Dia menangis histeris. "Bodoh! Kenapa aku tidak mencaritahu siapa Arka lebih dulu sebelum menikah? Kenapa aku tidak bertanya lebih dulu dia sudah memiliki tunangan atau belum? Kenapa aku tidak memikirkan semua itu? Kenapa ...?"Pandangan Liora mendadak mengarah pada sebuah cincin yang melingkar di jari tengah salah satu tangannya. Ucapan Arka yang mengatakan cincin itu adalah milik Seyla masih terngiang di telinga. Seketika Liora langsung melepas dan melemparnya ke sembarang arah."Aku tak mau melihat cincin itu, aku tidak mau melihat perempuan bernama Seyla itu!"Mendadak tangisan Liora terhenti. Pikirannya kembali teringat pada perempuan koma yang pernah dia lihat waktu lalu. Membuat hati Liora kini sedikit merasa lebih tenang.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-03
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   84. Memanfaatkan Keadaan

    Arka menurut, dia tak mau membantah keinginan sang istri. Karena kondisi Liora sedang tidak baik, Arka juga tidak tega untuk meninggalkan perempuan itu sendiri berada di kamar. Malam ini, dia tak keberatan jika harus menemani Liora tidur di sana. Salah satu tangan laki-laki itu perlahan terulur, mengusap pucuk kepala Liora dengan lembut. Pandangan Arka tiba-tiba terarah pada tangan sang istri yang masih menggenggamnya erat. Arka seketika tersadar, ada sesuatu yang kurang pada jari tangan Liora. Cincin putih yang Liora ambil dari kamarnya waktu itu, kini tidak ada di jari sang istri. Arka sangat ingat, Liora memakainya di jari tengah bersampingan dengan cincin pernikahan mereka. Dia lalu meraih tangan Liora yang ada di dalam selimut, untuk memastikan jika Liora memindahkan cincin itu di tangan satunya. Namun tetap saja, Arka juga tak melihat cincin itu terpasang di sana. Membuatnya kini panik.Mata Liora perlahan kembali terbuka, dia belum terti

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-03
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   85. Perhatian Yang Lebih

    Pukul lima pagi, Arka terjaga. Dia berkedip beberapa kali, sebelum akhirnya sorot matanya mengarah pada wajah cantik sang istri yang masih terlelap. Posisinya saat ini masih sama seperti tadi malam, Arka memeluk tubuh perempuan itu namun tak begitu erat dengan satu tangannya yang kini menjadi bantalan Liora. Dia kemudian menelentangkan tubuhnya menatap langit-langit kamar. "Tidurku nyenyak sekali," ucap Arka pelan sambil memijat pangkal hidungnya untuk menghilangkan kantuk. Dia lalu menoleh, menatap Liora yang sama sekali tak terusik. Arka mulai menyentuh kening Liora sesaat. "Suhu tubuhnya normal, Liora tidak demam. Tapi kenapa dia terlihat seperti tidak enak badan?" Arka mulai beringsut duduk, sambil menarik perlahan tangannya yang masih menjadi bantalan Liora. Dia tak berniat untuk membangunkan tidur perempuan itu, namun usahanya justru gagal. Liora terbangun karena ulahnya. "Aku membangunkanmu," ucap Arka merasa bersala

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-03
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   86. Masih Dirahasiakan

    Mendengar pertanyaan sang suami, Liora mengukir senyum kosong. Dia lalu membersihkan bibirnya dengan tisu sesaat, lalu bertanya, "jika aku memang hamil kenapa?"Arka terdiam, tak bisa menjawab. Liora kemudian menegakkan tubuhnya. Menatap wajah Arka yang berubah ketakutan dari pantulan cermin di depannya. Sudah dia duga, kehamilannya ini pasti akan menjadi kabar buruk untuk sang suami. "Bercanda." Liora tersenyum lebar berusaha menutupi luka di hatinya. Pilihannya untuk menutupi kehamilan ini dari suami sepertinya memang tepat. "Aku tidak hamil."Arka menghela nafas lega. Jujur jantungnya seketika berdebar cemas saat Liora mengaku hamil. Entah kenapa sampai saat ini dia belum siap. Arka belum bisa memilih harus bertahan dengan Seyla atau Liora?"Kalau begitu aku ke ruang makan dulu untuk menyiapkan buah-buahan yang kamu minta tadi ya?"Liora mengangguk mengiyakan. Laki-laki itu kemudian melangkah pergi setelah mendapat ijin darinya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-04
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   87. Orang Licik

    Liora menggeleng, tak mengijinkan perempuan itu untuk sadar dari komanya. Seyla harus mati, perempuan itu tidak boleh hidup. Liora takut jika Seyla sembuh, Arka akan meninggalkannya dan memilih kembali dengan tunangannya. Perlahan Liora mendekatkan bibirnya ke telinga Seyla. Dia berbisik pelan, "Arka sudah menjadi milikku. Tidak ada yang bisa mengambilnya dariku. Kau sebaiknya mati saja, hidupmu sama sekali tak ada gunanya di dunia ini! Aku tidak mau melihatmu hidup!"Lagi-lagi jari tangan Seyla justru bergerak. Liora semakin panik, dia takut perempuan itu akan membuka mata. Tak ada yang bisa Liora pikirkan, hatinya terus mengatakan Seyla harus mati. Hingga tanpa sadar, Liora menarik semua alat medis yang terpasang di tangan Seyla. Dia juga melepas selang oksigen yang dipakai perempuan itu, membuat monitor pasien yang masih terhubung pada Seyla kini berbunyi semakin nyaring. Tidak ada rasa bersalah, Liora justru tersenyum puas atas semua perbua

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-04
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   88. Menunggumu

    Beberapa jam lalu Liora baru sampai rumah. Saat ini dia duduk santai di sofa ruang tengah, sesekali tertawa pelan saat pikirannya kembali teringat dengan perbuatannya saat berada di rumah sakit tadi. Sekarang dia hanya perlu bersabar menunggu kabar kematian Seyla, saat Arka pulang nanti. "Suamiku pasti akan sedih, dan menangisi perempuan tercintanya itu." Liora mengernyit, lalu menggeleng tak setuju dengan kalimatnya barusan. Dia kemudian meralat, "lebih tepatnya tunangannya itu, Seyla bukan lagi perempuan yang dicintai Arka. Yang dicintainya saat ini adalah aku."Liora menghela nafas pelan. Menyandarkan tubuhnya di punggung sofa, entah kenapa dia merasa waktu berjalan sangat lambat. Padahal Liora tidak sabar menantikan detik-detik kabar duka itu."Nanti jika Arka memberitahuku tentang kematian Seyla, dia tetap mengatakan perempuan itu sepupunya atau mengaku jika Seyla adalah tunangannya?" Liora mulai berpikir sebentar. Lalu menggeleng tak pedul

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-04

Bab terbaru

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   213. Kita Bersama

    Pagi harinya, Liora dan Arka langsung memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Karena mereka hanya membawa satu baju ganti, jadi mereka tak mungkin akan bermain-main di pantai lebih dulu sebelum pulang. Sesampai di rumah, mereka langsung membersihkan diri masing-masing. Mereka juga sempat membeli makanan di luar untuk di bawa ke rumah. Karena perjalanan yang cukup jauh, tentu Liora juga pasti lelah, Arka tak mungkin meminta sang istri untuk menyiapkan sarapan untuk mereka. Kini mereka duduk di ruang makan, menikmati sarapan yang sudah siap di meja makan. "Minggu depan Kala sudah mulai masuk sekolah kan?" tanya Liora memastikan. Kala mengangguk membenarkan. "Iya ma, sekarang Kala jadi tidak sabar untuk masuk sekolah. Saat masuk sekolah nanti, Kala akan minta ibu guru untuk memanggil nama Kala lebih dulu, agar Kala bisa menceritakan kisah liburan Kala bersama mama papa lebih dulu ke teman-teman."

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   212. Menghitung Bintang

    "Wahh cantiknya!" seru Kala saat melihat hamparan bintang di langit. Saat ini dia duduk di depan tenda, beralaskan tikar dan didampingi mama papanya di sampingnya. "Papa, ayo kita hitung bintang-bintang itu." Mendengar ucapan sang anak, Liora justru tertawa kecil. "Mana mungkin kita bisa menghitung bintang itu. Jumlahnya sangat banyak, pasti sampai berjuta-juta." "Kala suka dengan bintang-bintang itu, andai saja bisa menatapnya setiap malam. Arka menghela nafas pelan. "Sayang sekali bintang tidak muncul setiap malam. Tapi jika cuacanya bagus dan Kala ingin melihatnya lagi saat di rumah, Kala bisa keluar rumah sebelum tidur. Papa dan mama akan menemani Kala." "Benarkah?" Arka mengangguk mengiyakan, membuat anak itu bersorak riang. "Terimakasih papa." "Kamu tidak berterima kasih juga pada mama? Mama juga akan menemanimu melihat bintang," ucap Liora memasang raut cemburu.

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   211. Suasana Senja

    Cukup lama setelah Arka dan Liora menemani Kala bermain membuat istana pasir, menikmati makan siang bersama, bercerita, bercanda, berfoto dan banyak hal yang mereka lalui hingga akhirnya matahari mulai tenggelam di ufuk barat.Liora dan Arka berdiri membelakangi kamera yang masih menyala, mereka menikmati senja di pantai itu sambil bergandengan tangan. Sesekali menertawakan Kala yang tengah berlari bersama anak lainnya mengejar burung camar yang terbang di langit-langit senja. "Kala itu ... mirip denganmu ya."Liora menoleh, menatap sang suami dengan sorot tak setuju. "Tapi cara berpikirnya mirip denganmu, lihat saja jika dia memutuskan sesuatu ... sangat sama sepertimu."Arka terkekeh pelan. Mungkin yang dikatakan Liora memang benar. "Tapi dia cantik, sepertiku kan?" Liora tersenyum bangga. Dia melepaskan genggamannya lalu melipat tangannya ke depan dada. "Jika kamu tidak menikah denganku, anakmu mungkin tidak akan secantik Kala."

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   210. Cinta itu Nyata

    Cukup lama Liora dan Arka berjalan di tepi pantai bergandengan berdua saja. Mereka benar-benar menikmati waktu berdua, mengingatkan mereka kembali dengan masa-masa di mana Liora masih mengejar cinta Arka.Tapi sekarang, Liora sudah tak mengejarnya lagi. Dia sudah berhasil memiliki Arka. "Liora."Liora ikut menghentikan langkahnya saat Arka berhenti. Laki-laki itu kini menatapnya dengan sorot serius, entah kenapa tatapan itu justru membuat Liora gugup. Sudah sangat lama dia tak merasa seperti ini.Arka meraih satu tangan istrinya lagi, menggenggamnya erat. "Terimakasih telah menghadirkan kebahagiaan ini."Liora tersenyum. "Seharusnya aku yang harus mengatakan itu. Terimakasih sayang.""Dan ada satu hal yang ingin kembali ku katakan padamu."Liora tak menjawab, dia masih menunggu dengan perasaan yang begitu penasaran. Apa yang ingin dikatakan Arka?"Aku sungguh mencintaimu."Liora tertegun. Kalimat itu .

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   209. Kembali ke Pantai

    Pukul delapan pagi, mobil yang Arka kemudikan akhirnya sampai juga di tempat tujuan mereka. Baru keluar dari pantai saja Kala begitu tampak antusias melihat pemandangan yang indah. Ini pertama kalinya dia diajak ke sana. Kala jadi tak sabar untuk bermain pasir dan air di pinggir pantai itu. Dia juga melihat banyak anak kecil seumurannya bermain di sana. "Mama papa ayo!"Arka mengambil beberapa peralatan di bagasi mobil, seperti kursi lipat, tripod, kamera, makanan ringan dan minuman. Tentu Arka tak mau momen spesial ini tak diabadikan begitu saja. "Ayo," ajak Liora. Dia mengulurkan tangannya untuk menyuntik sang anak. Sedangkan Arka yang sibuk membawa barang-barang, mulai mengikuti langkah mereka dari belakang. Sampai di tepi pantai, Arka langsung mencari tempat yang pas untuk menyusun tempat duduk yang akan menjadi tempat istirahat mereka nantinya saat lelah bermain. Kala yang begitu antusias mulai melepas alas ka

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   208. Pembicaraan

    Arka meletakkan secangkir kopi susu di atas meja. Dia lalu duduk di samping sahabatnya yang sejak tadi sudah menunggunya di kursi teras rumah."Istri dan anakmu sudah tidur?" tanya Ervan memastikan. Arka menjawabnya dengan anggukan. Jika tidak mengingat ucapan Ervan di wahana bermain tadi, Arka juga tidak mau meminta Ervan untuk datang ke rumahnya. "Besok aku dan Liora akan mengajak Kala ke pantai, jadi mungkin hanya malam ini ada waktu untuk mengobrol bersamamu. Takutnya apa yang ingin kau bicarakan itu sangat penting, jadi aku tidak mau menundanya lama."Ervan mengangguk paham. Namun sebelum mengatakan inti pembicaraan mereka, Ervan justru tertawa pelan. "Apa kau tidak mau berterimakasih padaku? Jika bukan karena caraku untuk mengajak Kala ke wahana bermain tadi, mungkin Liora tidak akan bersikap seperti ini, mungkin istrimu masih belum sadar jika anaknya begitu sangat penting, jadi bukankah karena caraku ini Liora jadi sadar?"Arka m

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   207. Sudah Lama

    Terlalu semangat dan menikmati liburan hari ini, Kala kelelahan. Kini sudah menunjukan pukul 7 malam, mereka seharusnya sudah sampai ke rumah, tapi jalanan malam itu mendadak macet. Tak ada cara lain, Arka harus dengan sabar mengikuti antrian panjang di jalanan yang sudah mulai gelap itu. Jarak rumahnya dari tempat wahana bermain tadi juga sangat jauh, memerlukan waktu hampir dua jam untuk ke sana. Tapi Arka tak mengeluh, paling tidak hari ini dia bisa melihat putrinya tersenyum bahagia.Arka menoleh, sang anak kini sudah terlelap di pangkuan Liora. Liora dengan tulus sejak tadi terus mengusap punggung sang anak, berusaha membuat kenyamanan untuk tidur anak itu walau tidur dengan posisi yang mungkin tidak biasa."Apa kamu lelah?" tanya Arka memastikan keadaan sang istri. Liora menjawab dengan gelengan, lalu mengukir senyum. "Hari ini sangat menyenangkan, aku sama sekali tidak lelah. Mungkin aku lebih menyukai hari seperti ini

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   206. Bersama

    Anak kecil yang sejak tadi duduk di kursi taman sambil menikmati es krim di tangannya tak sadar jika ada dua orang dewasa mendekatinya."Kala."Kala berhenti menikmati es krim tersebut, kini dia mendongak. Mata seketika berbinar senang melihat kedua orang tuanya akhirnya datang juga.Dia tidak akan marah lagi pada Liora ataupun Arka, karena sebelum Ervan meninggalkannya tadi dia sudah berjanji pada Ervan. Karena Ervan sudah membuat rasa sedih Kala hilang, maka dia harus memaafkan kedua orang tuanya, seperti yang Kala janjikan pada Ervan tadi."Mama, papa!"Liora dan Arka memutuskan untuk ikut duduk di samping anak itu. "Kala, maafin mama ya."Kala terdiam sesaat, dia tau apa maksud mamanya barusan. Dia kemudian menggeleng tak ingin menyalahkan sang mama. "Mama enggak salah, Kala yang harus minta maaf ke mama. Kala tau mama sibuk, tapi Kala selalu meminta mama untuk menemani Kala. Maafin Kala ya ma."Arka tersen

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   205. Akhirnya Bertemu

    Dengan tergesa, Liora dan Arka keluar dari mobil setelah sampai di sebuah tempat yang cukup ramai. Ini pertama kalinya mereka datang ke sana. Liora melihat banyak anak kecil bersama orang tuanya bersenang-senang di tempat itu. Di sana juga banyak wahana untuk anak kecil yang terlihat begitu menyenangkan. Liora yakin Ervan tak membohongi mereka saat ini, pasti benar Kala sangat menyukai tempat itu."Arka, Liora!"Perhatian Arka dan Liora langsung tertuju ke asal suara yang memanggilnya barusan. Ervan benar ada di sana, dan mulai menghampiri mereka.Namun Liora tetap tidak bisa tenang, tidak ada Kala di dekat Ervan. Lalu di mana anaknya? Bukankah Ervan saat di telpon tadi mengatakan sedang bersama Kala?"Ervan, mana Kala?" tanya Arka yang juga sama khawatirnya dengan Liora.Ervan menghela nafas pelan. Lalu menjelaskan semuanya. "Kala hanya ingin berlibur."Arka tau, Minggu ini anaknya libur sekolah. Bahkan Minggu lalu Kal

DMCA.com Protection Status