Share

129. Sama-sama Terluka

Penulis: Niniluv
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-24 12:15:25

Dengan langkah pelan, Ervan mendorong kursi roda Seyla menyusuri setiap lorong rumah sakit.

Sesekali dia melirik arloji di pergelangan tangannya. Senyum tipis mulai terukir di bibirnya, Ervan tak sabar melihat hal apa yang akan Liora lakukan untuk menyakiti perasaan Seyla.

Ervan tau, Liora adalah perempuan licik. Jadi, tanpa harus Ervan katakan mungkin Liora sudah bisa membuat rencana yang menyakitkan untuk Seyla.

"Seyla, kau masih ingat. Setelah aku membawamu menemui Arka, tolong tepati janjimu untuk menuruti satu permintaan dariku."

Tanpa berpikir panjang, Seyla langsung mengangguk mengiyakan ucapan Ervan.

Kini langkah Ervan terhenti, mereka sudah sampai di depan pintu ruangan pribadi Arka. Ervan kemudian meraih knop pintu di depannya, dia kembali melihat arloji di pergelangan tangannya sesaat. Dia yakin, pasti Liora sudah menyiapkan semuanya. Pintu pun akhirnya terbuka.

Seketika, Seyla dan Ervan serempak membulatkan mata. N
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   130. Kebahagiaan Itu Pasti Datang

    Arka terdiam. Dia tak mungkin akan meninggalkan Liora sendiri di sana demi Seyla. Liora adalah istrinya, tidak mungkin dia harus mementingkan perasaan perempuan lain dan tak mempedulikan perasaan istrinya sendiri."Aku tidak akan menemui Seyla."Liora menatap suaminya dengan sorot memastikan, benarkan apa yang dikatakan Arka barusan? Benarkah laki-laki itu tidak akan mengejar Seyla dan meminta maaf pada perempuan itu?"Aku harus tidak peduli dengan apa yang terjadi pada Seyla. Dan ... kenapa juga aku harus menjelaskan padanya? Apa yang kita lakukan barusan memang hal wajar yang dilakukan oleh sepasang suami istri. Jika dia merasa sakit hati karena hal itu, aku rasa itu bukan urusanku. Karena dia bukan siapa-siapaku."Terlihat jelas mata Arka mulai memerah menahan air mata saat mengatakan semua itu. Membuat Liora bisa merasakan apa yang sebenarnya Arka rasakan. Tapi mau bagaimana lagi, apa yang dikatakan Arka barusan memang yang seharusnya Arka lak

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   131. Permintaan Ervan

    Ervan menghentikan langkahnya setelah dirinya sampai membawa Seyla ke ruang rawat perempuan itu kembali. Dia menatap wajah Seyla sesaat, perempuan itu masih menahan isakan setelah melihat apa yang terjadi di ruang Arka tadi."Sudahlah, kau tak perlu menangisi laki-laki yang bahkan tak mempedulikanmu lagi. Sekarang kau sudah percaya kan, bahwa Arka sudah tidak mencintaimu lagi?"Seyla menghapus air matanya yang masih membekas di pipi. Dia masih tak percaya kenapa Arka begitu dengan mudahnya melupakan dirinya dan justru membuka hati untuk perempuan lain? Benarkan karena dia terlalu lama koma? "Kau jangan lagi berpikir jika Liora melakukan hal jahat pada Arka dan membuat Arka terpaksa menikah. Karena apa yang kau lihat barusan sudah cukup jelas, Arka juga mencintai Liora. Mereka menikah bukan karena paksaan, tapi karena saling mencintai. Aku tau ini sangat menyakitkan untukmu, tapi tolong percayalah dan mulai lupakan Arka saat ini juga. Karena jika kau terus

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   132. Akhir Untuk Awal

    Laki-laki yang masih memakai kemeja dokter berjalan keluar rumah sakit mengiringi langkah istrinya. Sesampainya di luar, langkah mereka terhenti saat pandangan mereka bertemu pada seorang laki-laki berpakaian serba hitam terlihat menunggu kedatangan mereka. "Aku pulang dulu ya sayang?" ijin Liora pada sang suami. Arka mengarahkan pandangannya pada Ervan sesaat, lalu kembali menatap Liora. "Hati-hati ya."Liora mengangguk mengiyakan. Dia kemudian berjalan menuju tempat mereka memarkirkan mobil, Ervan nyaris mengikuti."Tunggu."Langkah Liora dan Ervan serempak terhenti, mereka kembali menatap ke arah Arka dengan sorot tanya. "Kenapa sayang?" tanya Liora penasaran. "Aku ingin berbicara dengan Ervan sebentar, kamu boleh menunggu di mobil lebih dulu."Tentu Liora jadi curiga, apa yang ingin dibicarakan suaminya dengan Ervan? Apa ini menyangkut tentang Seyla? Liora kemudian mengarahkan pandangannya pada Ervan, la

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   133. Menunggu Cucu Pertama

    Satu Minggu berlalu ...Di sebuah ruang keluarga seorang pria paruh baya bersama istri dan satu anak perempuannya tengah berkumpul. Diandra dan Erika tentu merasa bingung, masih pagi David meminta mereka berkumpul tidak seperti biasanya."Diandra, sebentar lagi kita akan mempunyai cucu."Mata Diandra seketika melebar, menatap suaminya dengan sorot kaget. "Cucu?""Liora sekarang sedang hamil, dia juga baru mengabariku beberapa hari lalu."Perlahan tangan Diandra mengepal erat, rahangnya mulai mengeras menahan amarah. Tentu saja kehamilan Liora ini adalah kabar buruk baginya. Diandra semakin takut, jika anak tirinya itu memiliki keturunan pasti David juga akan memberikan harta semakin banyak pada Liora."Diandra, aku ingin kita memberikan hadiah yang sangat mewah untuk kelahiran cucu pertama kita ini. Kita masih mempunyai waktu lama untuk merencanakan hadiah apa yang akan kita berikan."Diandra menggeleng tak setuju. Dia t

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   134. Dalam Bahaya

    "Sudahlah ma, Liora tidak sejahat itu pada kita kenapa kita harus jahat pada Liora? Lagi pula, sepertinya Liora tidak lagi menginginkan banyak harya Ayah. Setelah perusahaan itu ada ditangannya, Liora sudah merasa cukup. Dia tak meminta apapun pada ayah, dan tidak mengganggu kita."Diandra menggeleng nyaris tak percaya dengan anaknya ini. Kenapa tiba-tiba justru berada di pihak Liora? "Apa yang Liora telah berikan padamu sampai kau kini lebih memilih membelanya daripada mamamu sendiri Erika?"Erika menghela nafas pelan. Sebenarnya dia sudah malas mengikuti Diandra untuk merebutkan harta David. Terakhir dia bertemu dengan Liora di pantai saat itu, Erika mulai sadar sepertinya Liora tidak terlalu mempedulikan harta lainnya dari David selain perusahaan. Yang Liora incar sejak awal adalah perusahaan, dan adik tirinya itu kini sudah mendapatkannya. "Ma, percayalah semua harta ayah pasti jatuh pada kita kecuali perusahaan.""Sudahlah!" Diandra berdiri

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   135. Khawatir Karena Sayang

    Melihat sepasang suami istri mulai berdebat di hadapannya, membuat Ervan menjadi tidak nyaman. "Aku rasa aku lebih baik segera pergi saja dari sini," ucap Ervan memotong perdebatan mereka."Tunggu Ervan," Arka menahan sahabatnya untuk tak segera pergi. Dia masih menatap Ervan dengan sorot marah. "Aku menugaskanmu untuk berada di samping Liora bukan hanya untuk sekedar menjaganya saja, kau bisa mengingatkan Liora jika dia bekerja sampai membahayakan kandungannya seperti ini.""Ervan selalu mengingatkanku untuk hal itu, tapi jika dia tetap mengikuti apa yang kamu perintahkan aku akan berhentikan dia!" sahut Liora membuat Arka terdiam tak percaya. Dia lalu mengimbuhkan, "aku tau aku sedang hamil. Dan aku tau apa yang harus aku lakukan dan tidak aku lakukan untuk kesehatan bayi dalam kandunganku."Setelah mengatakan itu Liora melangkah pergi memasuki rumahnya begitu saja, meninggalkan dua laki-laki di sana. Arka hanya menghela nafas pasrah. Semua yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-26
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   136. Tak Bisa Memaksa

    Entah kenapa, mendadak hatinya jadi berdesir aneh setelah Liora mengatakan semua itu. Arka kemudian menjawab, "tidak perlu mengatakan terimakasih. Kamu adalah istriku, dan ada darah dagingku juga dalam rahimmu. Jadi aku harus selalu mengkhawatirkanmu."Liora masih mengukir senyum. Dia perlahan semakin mendekat kemudian berucap, "walau begitu aku tetap harus mengatakan terimakasih padamu. Terimakasih karena telah membuatku merasa senang dan dikhawatirkan. Aku tidak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya.""Jika kamu merasa senang karena aku mengkhawatirkanmu, apakah kamu harus membuatku khawatir setiap detik seperti ini?"Liora mengernyit, lalu berpikir sejenak. "Aku tau, mungkin kekhawatiranmu padaku bisa saja mengganggu pikiranmu apalagi saat kamu bekerja. Jadi aku juga berharap, kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku setiap saat.""Jika begitu, tolong ikuti perintahku Liora. Aku tidak melarangmu bekerja, tapi jika kamu terus menyibukkan diri sampa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-26
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   137. Karena Ada Rasa Cemburu

    Mobil yang Arka dan Liora tumpangi kini terhenti tepat di depan sebuah gedung tinggi, itu adalah perusahaan Liora. Pandangan Arka kini mengarah ke luar kaca mobil, tak jauh dari tempatnya menghentikan mobil terlihat seorang laki-laki yang berdiri di dekat mobil hitam. Itu adalah Ervan yang Arka pikir tengah menunggu kedatangan Liora. Pandangan Arka kini beralih menatap sang istri yang masih duduk di sampingnya."Ervan sudah menunggumu, apa setelah ini kamu ada urusan di luar?"Liora diam sesaat. Dia ingat hari ini Ervan akan menjalankan tugas yang dia perintahkan kemarin, yaitu mengawasi Seyla. Tapi Arka tak tahu hal itu, dan terus mengira Ervan tetap berada di sampingnya selama Arka jauh dari Liora."Tidak ada klien yang akan aku temui hari ini. Jadi aku akan seharian mengerjakan berkas-berkas di dalam."Arka mengangguk percaya. Dia sama sekali tak mencurigai Liora."Baiklah, jika ada apa-apa tolong segera kabari aku."

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-26

Bab terbaru

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   213. Kita Bersama

    Pagi harinya, Liora dan Arka langsung memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Karena mereka hanya membawa satu baju ganti, jadi mereka tak mungkin akan bermain-main di pantai lebih dulu sebelum pulang. Sesampai di rumah, mereka langsung membersihkan diri masing-masing. Mereka juga sempat membeli makanan di luar untuk di bawa ke rumah. Karena perjalanan yang cukup jauh, tentu Liora juga pasti lelah, Arka tak mungkin meminta sang istri untuk menyiapkan sarapan untuk mereka. Kini mereka duduk di ruang makan, menikmati sarapan yang sudah siap di meja makan. "Minggu depan Kala sudah mulai masuk sekolah kan?" tanya Liora memastikan. Kala mengangguk membenarkan. "Iya ma, sekarang Kala jadi tidak sabar untuk masuk sekolah. Saat masuk sekolah nanti, Kala akan minta ibu guru untuk memanggil nama Kala lebih dulu, agar Kala bisa menceritakan kisah liburan Kala bersama mama papa lebih dulu ke teman-teman."

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   212. Menghitung Bintang

    "Wahh cantiknya!" seru Kala saat melihat hamparan bintang di langit. Saat ini dia duduk di depan tenda, beralaskan tikar dan didampingi mama papanya di sampingnya. "Papa, ayo kita hitung bintang-bintang itu." Mendengar ucapan sang anak, Liora justru tertawa kecil. "Mana mungkin kita bisa menghitung bintang itu. Jumlahnya sangat banyak, pasti sampai berjuta-juta." "Kala suka dengan bintang-bintang itu, andai saja bisa menatapnya setiap malam. Arka menghela nafas pelan. "Sayang sekali bintang tidak muncul setiap malam. Tapi jika cuacanya bagus dan Kala ingin melihatnya lagi saat di rumah, Kala bisa keluar rumah sebelum tidur. Papa dan mama akan menemani Kala." "Benarkah?" Arka mengangguk mengiyakan, membuat anak itu bersorak riang. "Terimakasih papa." "Kamu tidak berterima kasih juga pada mama? Mama juga akan menemanimu melihat bintang," ucap Liora memasang raut cemburu.

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   211. Suasana Senja

    Cukup lama setelah Arka dan Liora menemani Kala bermain membuat istana pasir, menikmati makan siang bersama, bercerita, bercanda, berfoto dan banyak hal yang mereka lalui hingga akhirnya matahari mulai tenggelam di ufuk barat.Liora dan Arka berdiri membelakangi kamera yang masih menyala, mereka menikmati senja di pantai itu sambil bergandengan tangan. Sesekali menertawakan Kala yang tengah berlari bersama anak lainnya mengejar burung camar yang terbang di langit-langit senja. "Kala itu ... mirip denganmu ya."Liora menoleh, menatap sang suami dengan sorot tak setuju. "Tapi cara berpikirnya mirip denganmu, lihat saja jika dia memutuskan sesuatu ... sangat sama sepertimu."Arka terkekeh pelan. Mungkin yang dikatakan Liora memang benar. "Tapi dia cantik, sepertiku kan?" Liora tersenyum bangga. Dia melepaskan genggamannya lalu melipat tangannya ke depan dada. "Jika kamu tidak menikah denganku, anakmu mungkin tidak akan secantik Kala."

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   210. Cinta itu Nyata

    Cukup lama Liora dan Arka berjalan di tepi pantai bergandengan berdua saja. Mereka benar-benar menikmati waktu berdua, mengingatkan mereka kembali dengan masa-masa di mana Liora masih mengejar cinta Arka.Tapi sekarang, Liora sudah tak mengejarnya lagi. Dia sudah berhasil memiliki Arka. "Liora."Liora ikut menghentikan langkahnya saat Arka berhenti. Laki-laki itu kini menatapnya dengan sorot serius, entah kenapa tatapan itu justru membuat Liora gugup. Sudah sangat lama dia tak merasa seperti ini.Arka meraih satu tangan istrinya lagi, menggenggamnya erat. "Terimakasih telah menghadirkan kebahagiaan ini."Liora tersenyum. "Seharusnya aku yang harus mengatakan itu. Terimakasih sayang.""Dan ada satu hal yang ingin kembali ku katakan padamu."Liora tak menjawab, dia masih menunggu dengan perasaan yang begitu penasaran. Apa yang ingin dikatakan Arka?"Aku sungguh mencintaimu."Liora tertegun. Kalimat itu .

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   209. Kembali ke Pantai

    Pukul delapan pagi, mobil yang Arka kemudikan akhirnya sampai juga di tempat tujuan mereka. Baru keluar dari pantai saja Kala begitu tampak antusias melihat pemandangan yang indah. Ini pertama kalinya dia diajak ke sana. Kala jadi tak sabar untuk bermain pasir dan air di pinggir pantai itu. Dia juga melihat banyak anak kecil seumurannya bermain di sana. "Mama papa ayo!"Arka mengambil beberapa peralatan di bagasi mobil, seperti kursi lipat, tripod, kamera, makanan ringan dan minuman. Tentu Arka tak mau momen spesial ini tak diabadikan begitu saja. "Ayo," ajak Liora. Dia mengulurkan tangannya untuk menyuntik sang anak. Sedangkan Arka yang sibuk membawa barang-barang, mulai mengikuti langkah mereka dari belakang. Sampai di tepi pantai, Arka langsung mencari tempat yang pas untuk menyusun tempat duduk yang akan menjadi tempat istirahat mereka nantinya saat lelah bermain. Kala yang begitu antusias mulai melepas alas ka

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   208. Pembicaraan

    Arka meletakkan secangkir kopi susu di atas meja. Dia lalu duduk di samping sahabatnya yang sejak tadi sudah menunggunya di kursi teras rumah."Istri dan anakmu sudah tidur?" tanya Ervan memastikan. Arka menjawabnya dengan anggukan. Jika tidak mengingat ucapan Ervan di wahana bermain tadi, Arka juga tidak mau meminta Ervan untuk datang ke rumahnya. "Besok aku dan Liora akan mengajak Kala ke pantai, jadi mungkin hanya malam ini ada waktu untuk mengobrol bersamamu. Takutnya apa yang ingin kau bicarakan itu sangat penting, jadi aku tidak mau menundanya lama."Ervan mengangguk paham. Namun sebelum mengatakan inti pembicaraan mereka, Ervan justru tertawa pelan. "Apa kau tidak mau berterimakasih padaku? Jika bukan karena caraku untuk mengajak Kala ke wahana bermain tadi, mungkin Liora tidak akan bersikap seperti ini, mungkin istrimu masih belum sadar jika anaknya begitu sangat penting, jadi bukankah karena caraku ini Liora jadi sadar?"Arka m

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   207. Sudah Lama

    Terlalu semangat dan menikmati liburan hari ini, Kala kelelahan. Kini sudah menunjukan pukul 7 malam, mereka seharusnya sudah sampai ke rumah, tapi jalanan malam itu mendadak macet. Tak ada cara lain, Arka harus dengan sabar mengikuti antrian panjang di jalanan yang sudah mulai gelap itu. Jarak rumahnya dari tempat wahana bermain tadi juga sangat jauh, memerlukan waktu hampir dua jam untuk ke sana. Tapi Arka tak mengeluh, paling tidak hari ini dia bisa melihat putrinya tersenyum bahagia.Arka menoleh, sang anak kini sudah terlelap di pangkuan Liora. Liora dengan tulus sejak tadi terus mengusap punggung sang anak, berusaha membuat kenyamanan untuk tidur anak itu walau tidur dengan posisi yang mungkin tidak biasa."Apa kamu lelah?" tanya Arka memastikan keadaan sang istri. Liora menjawab dengan gelengan, lalu mengukir senyum. "Hari ini sangat menyenangkan, aku sama sekali tidak lelah. Mungkin aku lebih menyukai hari seperti ini

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   206. Bersama

    Anak kecil yang sejak tadi duduk di kursi taman sambil menikmati es krim di tangannya tak sadar jika ada dua orang dewasa mendekatinya."Kala."Kala berhenti menikmati es krim tersebut, kini dia mendongak. Mata seketika berbinar senang melihat kedua orang tuanya akhirnya datang juga.Dia tidak akan marah lagi pada Liora ataupun Arka, karena sebelum Ervan meninggalkannya tadi dia sudah berjanji pada Ervan. Karena Ervan sudah membuat rasa sedih Kala hilang, maka dia harus memaafkan kedua orang tuanya, seperti yang Kala janjikan pada Ervan tadi."Mama, papa!"Liora dan Arka memutuskan untuk ikut duduk di samping anak itu. "Kala, maafin mama ya."Kala terdiam sesaat, dia tau apa maksud mamanya barusan. Dia kemudian menggeleng tak ingin menyalahkan sang mama. "Mama enggak salah, Kala yang harus minta maaf ke mama. Kala tau mama sibuk, tapi Kala selalu meminta mama untuk menemani Kala. Maafin Kala ya ma."Arka tersen

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   205. Akhirnya Bertemu

    Dengan tergesa, Liora dan Arka keluar dari mobil setelah sampai di sebuah tempat yang cukup ramai. Ini pertama kalinya mereka datang ke sana. Liora melihat banyak anak kecil bersama orang tuanya bersenang-senang di tempat itu. Di sana juga banyak wahana untuk anak kecil yang terlihat begitu menyenangkan. Liora yakin Ervan tak membohongi mereka saat ini, pasti benar Kala sangat menyukai tempat itu."Arka, Liora!"Perhatian Arka dan Liora langsung tertuju ke asal suara yang memanggilnya barusan. Ervan benar ada di sana, dan mulai menghampiri mereka.Namun Liora tetap tidak bisa tenang, tidak ada Kala di dekat Ervan. Lalu di mana anaknya? Bukankah Ervan saat di telpon tadi mengatakan sedang bersama Kala?"Ervan, mana Kala?" tanya Arka yang juga sama khawatirnya dengan Liora.Ervan menghela nafas pelan. Lalu menjelaskan semuanya. "Kala hanya ingin berlibur."Arka tau, Minggu ini anaknya libur sekolah. Bahkan Minggu lalu Kal

DMCA.com Protection Status