Share

116. Kejam

Author: Niniluv
last update Last Updated: 2024-05-21 09:15:32

Langkah Liora terhenti tepat saat dirinya sampai di depan sebuah ruang rawat VIP. Ervan yang sejak tadi berjalan mengikuti perempuan itu pun juga ikut terhenti.

"Kau tunggu di sini, jangan menguping pembicaraanku dengan perempuan itu. Dan ingat mulai sekarang kau sudah berada di pihakku, jadi jangan katakan apapun tentangku pada Arka tanpa seijinku!" ucap Liora penuh peringatan.

Ervan mengangguk sebagai jawaban menyetujui apa yang Liora katakan. Dia tak mengikuti lagi saat Liora mulai masuk ke dalam ruangan, dan memilih berdiri di depan ruangan itu menunggu sang bos.

Perempuan yang masih duduk di kasur pasien baru saja berhasil menghentikan tangisannya. Baru beberapa detik dia kembali menikmati pemandangan melalui jendela kaca ruangan itu, kini ketenangannya kembali diusik oleh suara pintu masuk yang terbuka. Dia menoleh, dan berharap itu adalah laki-laki yang sama yang menghampirinya beberapa menit lalu.

Tapi nyatanya bukan. Dia justru mengernyi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   117. Siapa Yang Akan Mengalah

    Ucapan Liora barusan berhasil membuat sebuah pemikiran buruk mempengaruhi Seyla. Namun Seyla terus berusaha meyakinkan dirinya, tidak mungkin Arka setega itu padanya. "Jangan coba membohongiku. Aku mengenal Arka sejak lama, aku tau Arka bukan laki-laki seperti itu!"Liora tersenyum miris. Seyla sebegitunya mencintai Arka, bahkan saat mendengar keburukan laki-laki itu Seyla terus saja berusaha tak mempercayai. Berbanding balik dengannya, Liora juga mencintai Arka tapi jika mendengar keburukan Arka dari orang lain dia pasti akan lebih mempercayai orang lain daripada suaminya sendiri."Tidak ada gunanya aku membohongimu. Aku mengatakan apa yang sebenarnya memang terjadi." Liora mengarahkan pandangannya ke arah lain, sorotnya kini menerawang jauh mengingat kejadian yang membuatnya bertemu dengan Arka pertama kali. "Aku tidak tau jika Arka ternyata sudah memiliki tunangan. Kami bertemu pertama kalinya di sebuah club, aku mulai jatuh cinta padanya sejak pertemu

    Last Updated : 2024-05-21
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   118. Keduanya Telah Terluka

    Pintu terbuka secara kasar berhasil mengagetkan seorang laki-laki yang sejak tadi berdiri di depan ruang rawat tersebut. Seorang perempuan keluar dengan mata yang sudah menggenang. Membuat laki-laki itu khawatir. "Kenapa kau menangis Liora?"Liora hanya menggeleng tanpa mempedulikan kekhawatiran Ervan. Dia menghapus air matanya cukup kasar, lalu melangkah pergi tanpa mengatakan satu kalimat apapun pada laki-laki yang menunggu jawaban darinya. Ervan menghela nafas kasar. Dia menatap pintu yang tadinya sudah ditutup kembali oleh Liora. Ervan yakin pasti telah terjadi sesuatu di dalam sana tadinya, dan entah itu apa Ervan tak akan tau. Tak mau lama berada di sana. Ervan kemudian bergegas menyusul Liora. Sampai di luar rumah sakit. Ervan ingin menghampiri Liora yang sudah berdiri di sisi jalan, namun belum sempat sebuah taksi lebih dulu datang. Ervan menghentikan langkahnya, perempuan itu sudah masuk ke dalam taksi dan

    Last Updated : 2024-05-21
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   119. Yang Terjadi Hari Ini

    Dengan langkah tergesa, Arka berjalan menuju parkiran setelah mendapatkan pesan singkat dari sahabatnya. Dia melihat seorang laki-laki seumurannya berdiri di samping mobil hitam yang terparkir di parkiran rumah sakit. Arka segera menghampiri."Apa yang terjadi Van?"Ervan menoleh. Dia menatap sahabatnya yang baru saja sampai dengan sorot frustasi. "Seharusnya aku memberitahumu sejak awal jika Liora akan datang ke rumah sakit."Arka mengernyit bingung saat sang sahabat menyebutkan nama istrinya. Dia kemudian mengedarkan pandangannya ke sekitar, tapi dia tak mendapati keberadaan sang istri di sana. "Mana Liora?""Dia sudah pergi, entah pulang ke rumah atau kemana. Dia tak mengatakan satu katapun padaku.""Apa maksudmu? Apa yang terjadi pada Liora? Bukankah aku sudah minta padamu untuk selalu mengikutinya kemana pun dia pergi. Kau lupa dia pernah menghilang dari rumah dan nyaris menggugurkan kandungannya?" Tentu

    Last Updated : 2024-05-22
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   120. Masih Terluka

    Pintu utama terbuka, seorang perempuan melangkah masuk dengan langkah gontai. Hingga sampai di depan pintu sebuah ruangan, langkahnya terhenti. Matanya menatap pintu di hadapannya dengan sorot kosong. Itu adalah ruang kamar yang dulunya dia tempati saat Arka tak mengijinkan tidur bersama. Liora memutuskan untuk kembali memasuki kamar itu. Sesampainya di dalam, dia diam sesaat sambil memperhatikan sekitar. Ruangan itu sudah kosong, hanya ada lemari, meja, dan kasur yang tersisa. Arka sudah memindahkan semua barang-barangnya ke kamar mereka. Namun ada satu benda lagi yang masih ada di sana, dan mungkin Arka tak tau keberadaan benda tersebut.Liora mulai menghampiri sebuah nakas yang tak terlalu jauh dari kasur. Dia kemudian menarik satu laci, dan benar sebuah cincin cantik dengan permata biru masih ada di sana. Mata Liora kembali menggenang. Hatinya selalu saja merasa perih saat melihat keberadaan cincin itu. Dengan tangan gemetar dia mulai menga

    Last Updated : 2024-05-22
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   121. Arka Adalah Segalanya

    Tiga hari setelahnya, Arka tak pernah lagi datang untuk melihat atau sekedar menanyakan bagaimana keadaan Seyla. Hal itu membuat kondisi Seyla semakin buruk. Perempuan itu tidak mau makan, tidak mau minum obat, dan tidak mau berbicara saat dokter mengajaknya berbicara. Tak ada yang tau yang menyebabkannya seperti itu adalah Arka. Hanya satu orang yang mengetahui apa yang terjadi pada Seyla, yaitu Ervan. Walau tak pernah melihat kondisi Seyla, Arka selalu meminta Ervan untuk menjaga perempuan itu. Arka juga sempat beberapa kali menanyakan keadaannya, tapi Ervan kali ini berbohong pada sang sahabat. Dan mengatakan Seyla baik-baik saja, padahal kenyataannya justru sebaliknya. Ervan melakukan semua itu juga demi Arka sendiri. Dia tau, Arka mempunyai keinginan untuk menjauhi Seyla agar bisa menerima Liora. Tapi selalu kalah dengan rasa kekhawatiran. Karena itulah, mulai saat itu Ervan memiliki ide untuk membantu sahabatnya bisa melupakan Seyla.

    Last Updated : 2024-05-22
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   122. Ada Kekhawatiran Yang Tersembunyi

    Malam itu, setelah selesai makan malam dengan istrinya. Arka memutuskan untuk pergi ke kamar lebih dulu. Dia kini berdiri di balkon kamar, sambil menatap layar ponsel yang sejak tadi dia genggam. "Apa aku harus menelpon Ervan?" Arka ragu. Setiap hari dia selalu mendapatkan kabar dari Ervan bahwa Seyla baik-baik saja. Tapi, entah kenapa Arka masih merasa tidak tenang jika tidak melihat langsung keadaan Seyla. Tapi, jika dia menemui Seyla pasti perempuan itu akan semakin berharap padanya. "Seharusnya aku tidak perlu mengkhawatirkannya. Ada Ervan yang pasti bisa menjaga Seyla dengan baik. Dan ... aku harus fokus untuk menjaga Liora. Tapi, kenapa ini terasa sangat sulit."Arka berdecak kesal. Dia kemudian mengarahkan pandangannya ke bawah, menatap pemandangan malam di sekitar rumahnya. Angin malam yang begitu dingin kini menerpa wajah, dan sedikit membuat rambutnya jadi berantakan. Arka berusaha menenangkan dirinya, me

    Last Updated : 2024-05-22
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   123. Hatinya Sudah Terbuka

    Tak langsung menjawab. Arka diam sambil mengingat kejadian waktu itu. Dia benar-benar khawatir setelah Ervan mengatakan Liora menangis, dan tak mengatakan apapun pada Ervan sebelum pergi. Dia takut, Liora akan melakukan sesuatu yang membahayakan saat tak bisa mengontrol emosinya. Pandangan Arka kembali menatap Liora, perempuan itu masih menunggu jawabannya. "Aku khawatir saat Ervan mengatakan kamu pergi begitu saja meninggalkannya setelah bertemu Seyla. Itu membuat aku teringat dimana kamu pergi dari rumah dan berencana menggugurkan kandunganmu." Arka menatap wajah perempuan itu cukup dalam. Lalu menghela nafas pelan. "Aku tidak mau kamu kenapa-kenapa Liora." Kedua sudut bibir Liora terangkat, mengukur senyum tipis. Entah dia harus senang atau tidak saat Arka mengaku mengkhawatirkannya. "Kamu hanya takut janinnya kenapa-kenapa. Tapi bukankah, jika janin ini tidak ada ... kamu bisa meninggalkanku dan kembal

    Last Updated : 2024-05-23
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   124. Cinta Itu Akan Jadi Milik Liora

    Beberapa helai rambut Liora, mulai Arka sisipkan ke belakang telinga perempuan itu. Membuat laki-laki itu kini bisa menatap dengan seksama wajah tenang istrinya yang masih terlelap.Sesekali Arka mengulum senyum gemas, saat apa yang mereka lakukan tadi malam mendadak teringat kembali di kepalanya. Pukul sudah menunjukan jam enam pagi. Tapi, sedikitpun Arka tak berniat untuk bergegas meninggalkan kasurnya. Dia masih ingin lebih lama menatap wajah sang istri, mungkin dia akan menunggu sampai Liora bangun juga. Tak lama, kelopak mata perempuan itu perlahan terbuka. Liora berkedip beberapa kali saat cahaya mulai masuk ke pandangannya, hingga akhirnya perhatiannya terarah pada laki-laki tampan yang masih menatapnya dengan jarak dekat. Posisinya saat ini tidur terlentang, sedangkan Arka tidur menghadap ke arahnya. Namun mata laki-laki itu sudah terbuka sejak tadi, dan kini terus memperhatikan Liora membuat perempuan itu mengernyit curiga saat menyada

    Last Updated : 2024-05-23

Latest chapter

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   213. Kita Bersama

    Pagi harinya, Liora dan Arka langsung memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Karena mereka hanya membawa satu baju ganti, jadi mereka tak mungkin akan bermain-main di pantai lebih dulu sebelum pulang. Sesampai di rumah, mereka langsung membersihkan diri masing-masing. Mereka juga sempat membeli makanan di luar untuk di bawa ke rumah. Karena perjalanan yang cukup jauh, tentu Liora juga pasti lelah, Arka tak mungkin meminta sang istri untuk menyiapkan sarapan untuk mereka. Kini mereka duduk di ruang makan, menikmati sarapan yang sudah siap di meja makan. "Minggu depan Kala sudah mulai masuk sekolah kan?" tanya Liora memastikan. Kala mengangguk membenarkan. "Iya ma, sekarang Kala jadi tidak sabar untuk masuk sekolah. Saat masuk sekolah nanti, Kala akan minta ibu guru untuk memanggil nama Kala lebih dulu, agar Kala bisa menceritakan kisah liburan Kala bersama mama papa lebih dulu ke teman-teman."

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   212. Menghitung Bintang

    "Wahh cantiknya!" seru Kala saat melihat hamparan bintang di langit. Saat ini dia duduk di depan tenda, beralaskan tikar dan didampingi mama papanya di sampingnya. "Papa, ayo kita hitung bintang-bintang itu." Mendengar ucapan sang anak, Liora justru tertawa kecil. "Mana mungkin kita bisa menghitung bintang itu. Jumlahnya sangat banyak, pasti sampai berjuta-juta." "Kala suka dengan bintang-bintang itu, andai saja bisa menatapnya setiap malam. Arka menghela nafas pelan. "Sayang sekali bintang tidak muncul setiap malam. Tapi jika cuacanya bagus dan Kala ingin melihatnya lagi saat di rumah, Kala bisa keluar rumah sebelum tidur. Papa dan mama akan menemani Kala." "Benarkah?" Arka mengangguk mengiyakan, membuat anak itu bersorak riang. "Terimakasih papa." "Kamu tidak berterima kasih juga pada mama? Mama juga akan menemanimu melihat bintang," ucap Liora memasang raut cemburu.

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   211. Suasana Senja

    Cukup lama setelah Arka dan Liora menemani Kala bermain membuat istana pasir, menikmati makan siang bersama, bercerita, bercanda, berfoto dan banyak hal yang mereka lalui hingga akhirnya matahari mulai tenggelam di ufuk barat.Liora dan Arka berdiri membelakangi kamera yang masih menyala, mereka menikmati senja di pantai itu sambil bergandengan tangan. Sesekali menertawakan Kala yang tengah berlari bersama anak lainnya mengejar burung camar yang terbang di langit-langit senja. "Kala itu ... mirip denganmu ya."Liora menoleh, menatap sang suami dengan sorot tak setuju. "Tapi cara berpikirnya mirip denganmu, lihat saja jika dia memutuskan sesuatu ... sangat sama sepertimu."Arka terkekeh pelan. Mungkin yang dikatakan Liora memang benar. "Tapi dia cantik, sepertiku kan?" Liora tersenyum bangga. Dia melepaskan genggamannya lalu melipat tangannya ke depan dada. "Jika kamu tidak menikah denganku, anakmu mungkin tidak akan secantik Kala."

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   210. Cinta itu Nyata

    Cukup lama Liora dan Arka berjalan di tepi pantai bergandengan berdua saja. Mereka benar-benar menikmati waktu berdua, mengingatkan mereka kembali dengan masa-masa di mana Liora masih mengejar cinta Arka.Tapi sekarang, Liora sudah tak mengejarnya lagi. Dia sudah berhasil memiliki Arka. "Liora."Liora ikut menghentikan langkahnya saat Arka berhenti. Laki-laki itu kini menatapnya dengan sorot serius, entah kenapa tatapan itu justru membuat Liora gugup. Sudah sangat lama dia tak merasa seperti ini.Arka meraih satu tangan istrinya lagi, menggenggamnya erat. "Terimakasih telah menghadirkan kebahagiaan ini."Liora tersenyum. "Seharusnya aku yang harus mengatakan itu. Terimakasih sayang.""Dan ada satu hal yang ingin kembali ku katakan padamu."Liora tak menjawab, dia masih menunggu dengan perasaan yang begitu penasaran. Apa yang ingin dikatakan Arka?"Aku sungguh mencintaimu."Liora tertegun. Kalimat itu .

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   209. Kembali ke Pantai

    Pukul delapan pagi, mobil yang Arka kemudikan akhirnya sampai juga di tempat tujuan mereka. Baru keluar dari pantai saja Kala begitu tampak antusias melihat pemandangan yang indah. Ini pertama kalinya dia diajak ke sana. Kala jadi tak sabar untuk bermain pasir dan air di pinggir pantai itu. Dia juga melihat banyak anak kecil seumurannya bermain di sana. "Mama papa ayo!"Arka mengambil beberapa peralatan di bagasi mobil, seperti kursi lipat, tripod, kamera, makanan ringan dan minuman. Tentu Arka tak mau momen spesial ini tak diabadikan begitu saja. "Ayo," ajak Liora. Dia mengulurkan tangannya untuk menyuntik sang anak. Sedangkan Arka yang sibuk membawa barang-barang, mulai mengikuti langkah mereka dari belakang. Sampai di tepi pantai, Arka langsung mencari tempat yang pas untuk menyusun tempat duduk yang akan menjadi tempat istirahat mereka nantinya saat lelah bermain. Kala yang begitu antusias mulai melepas alas ka

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   208. Pembicaraan

    Arka meletakkan secangkir kopi susu di atas meja. Dia lalu duduk di samping sahabatnya yang sejak tadi sudah menunggunya di kursi teras rumah."Istri dan anakmu sudah tidur?" tanya Ervan memastikan. Arka menjawabnya dengan anggukan. Jika tidak mengingat ucapan Ervan di wahana bermain tadi, Arka juga tidak mau meminta Ervan untuk datang ke rumahnya. "Besok aku dan Liora akan mengajak Kala ke pantai, jadi mungkin hanya malam ini ada waktu untuk mengobrol bersamamu. Takutnya apa yang ingin kau bicarakan itu sangat penting, jadi aku tidak mau menundanya lama."Ervan mengangguk paham. Namun sebelum mengatakan inti pembicaraan mereka, Ervan justru tertawa pelan. "Apa kau tidak mau berterimakasih padaku? Jika bukan karena caraku untuk mengajak Kala ke wahana bermain tadi, mungkin Liora tidak akan bersikap seperti ini, mungkin istrimu masih belum sadar jika anaknya begitu sangat penting, jadi bukankah karena caraku ini Liora jadi sadar?"Arka m

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   207. Sudah Lama

    Terlalu semangat dan menikmati liburan hari ini, Kala kelelahan. Kini sudah menunjukan pukul 7 malam, mereka seharusnya sudah sampai ke rumah, tapi jalanan malam itu mendadak macet. Tak ada cara lain, Arka harus dengan sabar mengikuti antrian panjang di jalanan yang sudah mulai gelap itu. Jarak rumahnya dari tempat wahana bermain tadi juga sangat jauh, memerlukan waktu hampir dua jam untuk ke sana. Tapi Arka tak mengeluh, paling tidak hari ini dia bisa melihat putrinya tersenyum bahagia.Arka menoleh, sang anak kini sudah terlelap di pangkuan Liora. Liora dengan tulus sejak tadi terus mengusap punggung sang anak, berusaha membuat kenyamanan untuk tidur anak itu walau tidur dengan posisi yang mungkin tidak biasa."Apa kamu lelah?" tanya Arka memastikan keadaan sang istri. Liora menjawab dengan gelengan, lalu mengukir senyum. "Hari ini sangat menyenangkan, aku sama sekali tidak lelah. Mungkin aku lebih menyukai hari seperti ini

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   206. Bersama

    Anak kecil yang sejak tadi duduk di kursi taman sambil menikmati es krim di tangannya tak sadar jika ada dua orang dewasa mendekatinya."Kala."Kala berhenti menikmati es krim tersebut, kini dia mendongak. Mata seketika berbinar senang melihat kedua orang tuanya akhirnya datang juga.Dia tidak akan marah lagi pada Liora ataupun Arka, karena sebelum Ervan meninggalkannya tadi dia sudah berjanji pada Ervan. Karena Ervan sudah membuat rasa sedih Kala hilang, maka dia harus memaafkan kedua orang tuanya, seperti yang Kala janjikan pada Ervan tadi."Mama, papa!"Liora dan Arka memutuskan untuk ikut duduk di samping anak itu. "Kala, maafin mama ya."Kala terdiam sesaat, dia tau apa maksud mamanya barusan. Dia kemudian menggeleng tak ingin menyalahkan sang mama. "Mama enggak salah, Kala yang harus minta maaf ke mama. Kala tau mama sibuk, tapi Kala selalu meminta mama untuk menemani Kala. Maafin Kala ya ma."Arka tersen

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   205. Akhirnya Bertemu

    Dengan tergesa, Liora dan Arka keluar dari mobil setelah sampai di sebuah tempat yang cukup ramai. Ini pertama kalinya mereka datang ke sana. Liora melihat banyak anak kecil bersama orang tuanya bersenang-senang di tempat itu. Di sana juga banyak wahana untuk anak kecil yang terlihat begitu menyenangkan. Liora yakin Ervan tak membohongi mereka saat ini, pasti benar Kala sangat menyukai tempat itu."Arka, Liora!"Perhatian Arka dan Liora langsung tertuju ke asal suara yang memanggilnya barusan. Ervan benar ada di sana, dan mulai menghampiri mereka.Namun Liora tetap tidak bisa tenang, tidak ada Kala di dekat Ervan. Lalu di mana anaknya? Bukankah Ervan saat di telpon tadi mengatakan sedang bersama Kala?"Ervan, mana Kala?" tanya Arka yang juga sama khawatirnya dengan Liora.Ervan menghela nafas pelan. Lalu menjelaskan semuanya. "Kala hanya ingin berlibur."Arka tau, Minggu ini anaknya libur sekolah. Bahkan Minggu lalu Kal

DMCA.com Protection Status