“Kepada seluruh tamu, dipersilakan duduk sesuai dengan meja yang telah diberikan identitas. Acara akan segera dimulai.”
Seluruh tamu di ruangan utama itu akhirnya duduk setelah beberapa dari mereka berdiri untuk berbincang dengan orang lainnya. Dan Damian duduk bersama dengan para wanitanya di meja yang bundar yang sama. Meja dan kursi dengan warna berbeda sebagai identifikasi pemilik acara.Acara dimulai dan Damian naik ke panggung yang tersedia untuk memberikan sambutannya. Damian tampil dengan percaya diri, menunjukkan dirinya pada orang-orang sekelas dirinya juga.Harvest duduk di kursinya sambil memperhatikan Damian. Dia melipat tangannya di depan dadanya.“Tentunya saya ucapkan terima kasih atas kehadiran semuanya, tamu-tamu undangan saya yang terhormat. Dengan senang hati, saya mengundang Anda semua ke acara ulang tahun Saga Corporation.”Semua orang bertepuk tangan. Damian tampak menawan sebagai tokoh utamanya hari itu. Dia mDokter memeriksakan keadaan Selena. Damian memperhatikan dari sofa, menatapi dokter yang tetap profesional meski diperhatikan Damian seperti seolah dia akan melakukan kesalahan di sana. “Dia hanya demam. Demamnya cukup tinggi saat ini. Obat penurun demam akan membantu keadaannya lebih baik. Dia hanya membutuhkan waktu istirahat yang cukup,“ ucap dokter itu. “Apa yang dia lakukan memangnya? Dia hanya di kamar sepanjang hari, kenapa dia bisa jatuh sakit? Dia bahkan punya waktu istirahat yang jauh lebih banyak dariku, tapi dia bisa jatuh sakit juga?” Damian mengangkat satu alisnya, seolah tak percaya jika Selena sakit. Luca sendiri tak bisa mengatakan apa-apa di sana. Dia hanya diam, memperhatikan juga. Namun, pikirannya sekarang terfokus pada kamar Damian yang selama ini aksesnya terbatas. Dia bahkan tak diizinkan masuk ke kamarnya juga, selain kepala pelayan yang bertugas merapikan kamarnya, menyiapkan air untuknya mandi dan juga pakaian ganti di sana. Dan secara tiba-tiba, Damian
“Oh, sial... Dia tidak dibawa ke unit kesehatan, tapi ke kamar lain.”Jovan, pria yang mencari Selena itu sekarang mendengus. Dia benar-benar tak habis pikir, rencananya untuk membuat Selena keluar dari ruang bawah tanah dan mungkin akan di bawa ke unit kesehatan salah. Selena malah dibawa ke kamar Damian yang mana membuatnya terlihat putus asa saat itu. Dia menggosok kepala belakangnya dengan agak kasar. Sebelumnya, Jovan mengecek kondisi Selena yang memang buruk. Dan akhirnya meminta Selena untuk berbaring di bawah saja, untuk membuat orang yang akan patroli ke ruang bawah terkecoh dengan kondisinya yang sebenarnya tak seburuk itu. Namun, mungkin karena dia berbaring di bawah juga, kondisi Selena agak memburuk. Dia bahkan tidur tanpa terusik sama sekali. Hanya saja, dia memang tidak tidur dalam keadaan nyenyak. Dia terus mengerang dalam tidurnya saat itu. Dia sepertinya lupa akan rencana Jovan untuk membawanya keluar dari mansion Damian saat itu.
Jovan mendapatkan akses yang dia inginkan dengan mudahnya. Dia segera naik ke atas dan mendekati kamar Damian yang letaknya sedikit tersembunyi dan jauh dari kamar lainnya. Itu untuk memberikannya privasi sekaligus waktu istirahat yang baik. Damian sendiri saat itu fokus dengan pestanya, bersama dengan para wanitanya yang menemaninya dengan setia. Damian menjamu tamu-tamu spesial dengan baik menjelang penutupan pesta itu. Jovan berjalan lebih cepat, jantungnya berdetak lebih cepat karena ini akan sangat berbahaya untuk kelangsungan hidupnya, dia tahu itu. Dia terlihat tegang dan berusaha tampil tenang walau keringat mulai membasahi tubuhnya seiring dia berjalan dengan lebih cepat menuju kamar Damian. Tiba di kamar Damian, Jovan membuka pintu dan mendapati Selena yang sedang duduk di kasur dengan buku bacaan yang disediakan kepala pelayan. Karena tak ada kegiatan lain, Selena hanya bisa melakukan itu. Selena sedikit terkejut saat Jovan membuka pintu dan
“Sial!” Damian langsung berlari bersama dengan orang-orangnya yang bertugas. Sementara para wanitanya sekarang menoleh ke arah Damian dengan kebingungan. Mereka saling melirik satu sama lain saat mereka dievakuasi. Kelihatannya orang-orang Damian juga pandai dalam menghadapi situasi ini, sebagian dari mereka dengan sigap mengamankan para tamu. “Apa yang terjadi? Kenapa ada suara tembakan dari arah kamarnya Damian?” tanya Merry, dia terdengar cemas sekaligus gelisah. “Kami belum mengetahuinya, belum ada yang sampai di sana untuk mengabari situasinya. Ke sebelah sini, menuju pintu evakuasi! Pintu-pintu lain akan ditutup secara otomatis untuk mencegah kaburnya pelaku. Lewat sini!” Merry bersama dengan para tamu lainnya dievakuasi. Pertanyaan muncul di benar mereka—para wanitanya Damian itu. Mereka tentunya bingung, kamar Damian yang dinilai sebagai area terlarang, hingga hanya kepala pelayan yang bisa memasukinya, kini terdengar suara tembakan da
Damian mendengar suara helikopter yang mana membuatnya langsung menatap ke arah luar jendela besar yang ada di dekatnya. Yang mana helikopter itu terlihat mendekat dan menuju ke mansion. Damian mengernyitkan dahinya saat menyadari itu bukan helikopter miliknya. “Helikopter asing mendekat ke arah mansion. Pastikan izinnya!” Anak buahnya dengan cepat meminta konfirmasi ke rekan-rekannya yang lain saat itu juga. “Helikopter asing mendekat. Kelihatannya itu bantuan tersangka.” Begitu konfirmasi diterima, anak buah itu menatap ke arah Damian seolah menunggu Damian memberikan perintah. Namun Damian berpikir dulu sejenak, yang mana lawannya ini juga punya akses untuk hal besar seperti helikopter, menandakan dia bukan orang biasa. “Menuju ke atap dan bersiap untuk menembak!” perintah Damian. “Tuan, akan berbahaya jika helikopternya mengalami kerusakan sehingga harus jatuh di dekat mansion. Ada banyak orang saat ini di sini. Keselamatan tamu
Pengejaran helikopter terjadi. Dua helikopter terus mengikuti helikopter yang membawa Jovan dan Selena. Yang membuat Jovan bersama rekannya sekarang waspada dan harus memikirkan baik-baik untuk menuju ke markas mereka. Karena jika mereka membawa helikopternya langsung ke markas, yang ada musuh akan mengetahui letak markas mereka. “Sepertinya kita harus berkeliling dulu,” ucap Jovan sambil menatap Selena yang terlihat pucat. “Kita tidak bisa menerbangkan helikopter secara sembarangan di langit kota, itu akan menimbulkan masalah juga,” balas rekannya yang menjadi pilot di helikopter tersebut. “Kalau begitu, bagaimana jika kita meminta bantuan? Kita harus menurunkan helikopternya di tempat lain dan berlindung di tempat itu,” saran yang lainnya. “Jangan, itu terlalu membahayakan mereka. Kebanyakan perusahaan yang bisa kita mintai bantuan adalah perusahaan yang berhubungan dengan Saga Corporation. Nantinya mereka bisa dengan mudah mengetahui di bal
Helikopter Saga Corporation pada akhirnya bisa ditumbangkan oleh helikopter dengan logo H tersebut. Yang akhirnya bisa membuat Jovan dan rekan-rekannya bergerak menuju ke markas mereka, dengan diikuti oleh helikopter logo H tersebut. Mereka bersorak kegirangan atas bantuan yang mendadak itu, di mana mereka merasa sangat terbantu. “Bertahanlah sebentar lagi, Selena. Kau akan mendapatkan perawatan sehabis ini,” ucap Jovan sambil menatap Selena yang tetap memejamkan matanya di sana. “Dia terlihat sangat pucat. Kondisi tubuhnya memang seburuk itu?” tanya rekannya. “Ya, Damian pria yang sangat kejam untuknya.” Mata Jovan terlihat lebih gelap begitu menyebutkan nama yang kelihatannya teramat sangat dia benci saat itu. *** Di sisi lainnya, Damian membantingkan senjata yang dia pegang. Damian menolak pinggangnya sambil mendengus kesal. Nafasnya terdengar sangat berat dan anak buahnya sekarang hanya bisa tertunduk saat Damian sedang dilanda e
Jovan menatap Selena yang berkeringat dingin di sana. Dia mendesah pelan, cukup putus asa atas apa yang terjadi secara tiba-tiba. Perubahan atmosfer yang terlalu cepat membuatnya sulit mengambil keputusan dengan cepat dan memikirkan hal yang mungkin menguntungkan. Rekannya satu telah tewas dan dia bersama rekannya yang tersisa sekarang terpojok di dalam helikopter yang sudah dihentikan. Dan derap langkah yang terdengar hati-hati dan bersamaan itu mendekat, musuh sekarang berusaha semakin menyudutkan mereka. Karena yang mereka inginkan mungkin Selena, Jovan sekarang hanya bisa menatap Selena beberapa saat. Saat Selena menatapnya juga dengan kebingungan atas situasi yang terjadi saat itu, sekaligus takut akan apa yang dia hadapi. Tak pernah terbersit di pikirannya dia akan menghadapi situasi seperti ini. Sejak diculik dan ditahan Damian, kehidupan normalnya telah lenyap. “Hey...” panggil Jovan pelan. “Mm?” Selena bergumam dan menatap Jovan yang
Selena sedang menyiapkan makan malam untuk Damian malam itu. Menggunakan gaun yang menonjolkan perut hamilnya, Selena juga bertelanjang kaki di dapur. Ini sebenarnya pemandangan yang biasa. Namun, Damian merasa ngeri jika melihat Selena aktif melakukan kegiatan.“Kau tahu, bayinya seperti bisa lahir kapan saja dan sialnya itu sangat menggangguku. Bisakah kau diam dan istirahat saja?” tanyanya dengan khawatir. “Aku bosan. Aku sudah terlalu sering memanjakan diriku. Aku ingin tetap produktif. Aku merasa lebih lelah saat aku justru tidak produktif. Pikiran untuk produktif sangat menggangguku.” Damian menghela nafasnya dan mengurut pelan keningnya. Dia benar-benar tidak bisa menghentikan Selena jika memang itu yang Selena inginkan. “Kau ini...”“Mungkin karena ini anakmu, dia menginginkan aku lebih produktif seperti ayahnya. Dia membuatku resah jika diam. Makanya belakangan ini aku jadi sering memasak di dapur dan juga melakukan banyak kegiatan lainnya. Aku yakin anak ini akan jadi ana
“Sebaiknya tidak dihisap, mengerti? Karena itu akan mengundang kontraksi dini. Kau tidak mau itu terjadi, kan?” Dokter langsung menatap Selena, yang menjelaskan tentang air yang berasal dari dadanya. Dokter memperingatkan suaminya agar tidak menghisapnya. Namun, sepertinya itu telah terjadi. Melihat Damian sama sekali tidak menyangkal dan justru hanya diam dengan ekspresi kakunya. Lain dengan Selena yang langsung menyengir mendengar apa yang dikatakan dokter.“Baik, Dokter.” “Kau boleh berbaring di brankar, kita akan memeriksa kondisi bayinya sekarang.” Selena berbaring di brankar dan menatapi layar yang berada tepat di depannya. Dia memperhatikan layar saat dokter mulai menaruh gel dan mengusapkannya di sekitar perutnya, menimbulkan sensasi geli dan dingin yang membuat Selena sempat bergidik sejenak. Terlihat bagaimana bayinya saat ini tengah meringkuk. Dengan USG 3D yang mereka lakukan, mereka sekarang bisa melihat dengan
Selena menatapi perutnya yang semakin besar. Selain perutnya, dia bisa merasakan lengan dan kakinya semakin berisi. Belakangan ini dia memang lebih banyak makan. Selain berusaha memasok nutrisi terbaik untuk calon bayi, keinginan kuat untuk memakan makanan tertentu juga mendorongnya untuk banyak makan. Ditatapnya tubuhnya di cermin. Pipinya yang semakin tembam juga membuatnya semakin cemberut. Dia tidak ingin menyentuh timbangan kecuali diperlukan dan diminta dokter. “Perutku juga gatal,” keluhnya sambil mengusap perutnya dari balik gaun yang dia pakai. Selena belakangan ini juga lebih sering menggunakan gaun yang memang dikhususkan untuk wanita hamil, yang membuatnya merasa sedikit lebih bebas bergerak dan bahannya juga sangat nyaman. Damian yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja akhirnya kembali ke kamar. Dia menatapi pintu kamar yang terbuka, dan melihat Selena yang tengah bercermin di kamarnya. Damian tersenyum saat menge
Sesuai urutan pernikahan dan kehamilan, setelah Arsella, maka Grace yang melahirkan putri pertama mereka juga. Ini membuat Damian tengah menebak-nebak apa gender anak pertamanya bersama dengan Selena. Hingga mereka sempat membuat taruhan juga. “Jika sekarang tengah banyak anak perempuan yang lahir, maka aku yakin anak pertama kita juga perempuan. Baguslah, aku tinggal berdiskusi dengan mereka tentang bagaimana cara membesarkan anak perempuan. Aku yakin dia akan menjadi secantik dirimu,” ucap Damian. “Tapi dari bagaimana aku mengidam, aku jarang mau makanan pedas. Aku lebih tertarik dengan makanan asin, kelihatannya ini anak laki-laki. Mengingat keturunanmu juga sepertinya dominan laki-laki. Kita tidak tahu riwayat keluarga Axel, tapi Luca punya dua saudara perempuan,” jelas Selena. Damian mendesis pelan. Selena benar tentang riwayat keluarga dari pihak laki-laki juga akan mempengaruhi hasil ini.“Ingat pamanmu? Padahal Gallent mempunyai dua ana
Selena menoleh padanya dengan keheranan melihat semangat yang tiba-tiba pada Damian. Damian menutup pintu di belakangnya dan menatap Selena sambil bersandar ke pintu dan menyilangkan tangannya di depan dadanya. Selena keheranan dengan tingkah laku Damian belakangan ini. “Oh, ya... Itu bagus. Kau bisa mengikutinya kalau itu yang kau mau.” Selena mengangguk setuju. Damian menghela nafasnya dan mendekati Selena. Entah kenapa ini malah terasa seperti dia meminta izin Selena dan Selena mengizinkannya dengan mudah. Damian mendekat dan mendekap Selena dari belakang, membuat Selena hanya memegangi lengan Damian yang ada di lehernya. “Aku penasaran ada apa denganmu sebenarnya. Kenapa kau mendadak seperti ini?” tanya Selena. “Aku hanya merasa sepertinya kau akan suka jika aku bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Axel. Kau sepertinya sangat bangga dan terharu melihat bagaimana Axel mampu melakukan hal kecil seperti itu,” ucap Damian.
Damian mengobrol dengan Axel serta yang lainnya di ruang tamu. Awalnya, mereka membahas tentang bisnis, namun perlahan obrolan mereka menuju ke arah yang lebih pribadi seperti rumah tangga mereka. Mereka membicarakan tentang istri dan anak-anak mereka bagi yang sudah punya anak. Ini sedikit asyik saat mendengarkan para ayah bicara tentang anak-anak. “Aku sempat berharap aku menikah di usia yang lebih muda lagi. Aku merasa sangat tua dalam pertemuan orang tua anak-anak di sekolah.” Salah satunya terkekeh. “Aku justru sempat berharap agar aku tidak menikah terlalu cepat. Anak laki-lakiku benar-benar sangat nakal. Dia benar-benar mirip aku sewaktu kecil. Dan istriku tidak bisa mengatasinya.”“Ah, ayolah. Dia itu putramu, kau yang seharusnya bisa mengatasinya.”“Aku belum selesai bicara. Aku memang sangat berusaha keras mengatasinya. Aku melakukan berbagai cara, dari yang lembut sampai yang kasar. Sampai dia pernah berteriak kalau aku ayah yang buru
“Jadi, bagaimana rasanya morning sickness? Apakah kau masih berharap kita akan punya banyak anak?” Selena tertawa sambil menatapi Damian yang terbaring di kasurnya itu. Damian hanya memalingkan wajahnya sambil mendengus keras. Kelihatannya dia sangat tersiksa untuk mengalami ini. Dia kemudian hanya tersenyum tipis ke arah Selena yang merawatnya. “Aku rasa dia akan menjadi anak tunggal sepertiku,” balas Damian sambil terkekeh pelan. “Aku juga anak tunggal.” Selena seketika tertawa namun terdiam dengan cepat.Sekarang Damian yang tertawa pelan melihat ekspresi Selena langsung berubah saat menyadari tentang Axel yang adalah kakaknya. Dia bukan anak tunggal dan semua orang tahu itu. “Aku ingin memakan sesuatu yang asin dan pedas,” gumam Selena tiba-tiba. “Apa kau mengidam? Ah, sial. Sepertinya aku tidak bisa memenuhi keinginanmu,” umpat Damian. “Kita bisa menggunakan layanan pesan antar, jadi kau tidak perlu pergi kelu
“Aku benar-benar tidak sabar melihatnya tumbuh besar di perutmu, lalu kita akan melihatnya dengan mata kepala kita sendiri bagaimana dia tumbuh di luar perutmu. Aku sangat menantikannya,” bisik Damian. Selena hanya terkekeh pelan dan bersandar dengan santai ke dada Damian. Damian menikmati rambut Selena yang menggelitik dadanya. Tangannya masih terus mengusap kulit halus Selena. Damian berdeham, dia merasakan sedikit rasa tidak nyaman di tenggorokannya dan juga perutnya. Kemudian, Damian menegakkan punggung Selena agar tidak bersandar lagi padanya dengan halus. Selena mengerutkan alisnya sambil menoleh ke arah Damian yang sekarang bangkit dari tempat duduknya. Itu membuat Selena keheranan saat Damian sudah keluar dari bak lebih dulu. Namun, Damian malah mengejutkan Selena dengan tiba-tiba muntah di wastafel. Selena langsung bangkit juga dan hendak menghampiri Damian. Selena mengambil jubah mandinya memakainya, lalu mengambilkan punya Damian juga. Itu sa
Damian langsung menatap Selena saat menyadari Selena menatapnya. Dia sedikit gelagapan karena terlalu fokus pada gambar bayi mereka. Damian seharusnya lebih memperhatikan sekarang. “Oh, ya. Biji wijen yang lucu,” ucapnya seadanya. Selena dan dokter tertawa. Damian mengerutkan alisnya, tak tahu apa yang lucu dari ucapannya. Meski begitu, dia kemudian hanya menatap keduanya keheranan saja. Setelah mengobrol dan berkonsultasi, mengajukan banyak pertanyaan dan dokter menjawabnya dengan sabar, Selena dan Damian akhirnya keluar dari ruangan itu. Rumah sakit seharusnya menjadi tempat yang sangat aman dari berbagai kejadian berbahaya sebelumnya. Tapi, tanpa Selena sadari, anak buah Damian sudah berjaga-jaga di luar rumah sakit. Mereka semua sudah seperti mengawal presiden yang melakukan kunjungan ke sebuah rumah sakit. Setelah dari rumah sakit, Damian membawa Selena pulang dan menyuruhnya istirahat saat dia sendiri harus melakukan pekerjaann