Selagi menunggu pie yang di panggang jadi, Saphire mengambil kesempatan itu untuk beristirahat sekedar untuk mengusap peluh pada dahi nya, dan mengatur nafas dengan teratur. Ternyata para pelayan setiap harinya akan seperti ini baik sedang ada perayaan atau pesta kecil begini. Saphire masih kebingungan sebenarnya dengan ia yang mengerjakan semua itu, padahal niatnya tadi ingin pulang ke kediaman nya, dan sekarang tiba tiba saja menjadi pelayan pada pesta di Istana. "Ini sudah siap." mendengar itu membuat Saphire tersadar pada lamunan, segera mengambil pie indah dan pastinya akan nikmat itu. "Terima kasih." ucap Saphire."Hati hati membawa nya." "Baik." tanggap Saphire.Sesuai ucapan kepala pelayan yang sedang berada di dapur, Saphire berjalan perlahan tapi pasti membawa baki dengan beberapa pie yang di bawanya, tentunya Saphire terlihat anggun dan dapat menyesuaikan dengan sekitar, sekarang saja ia berjalan anggun. Tidak ada perbedaan antara Saphire dengan anak bangsawan lain nya
Sejauh ini tidak ada yang membuat Saphire terbebani, semua pekerjaan yang di berikan masih bisa ia kuasai tanpa bantuan dari yang lainnya. Dan yang membuatnya heran adalah, keberadaan Maria, kawan nya itu tidak ada di mana pun. Apa Maria merubah pikiran nya untuk tidak menghadiri pesta teh ini?Padahal tanpa di sadari Saphire, sesekali ia menjadi perhatian karena parasnya yang cantik, tetapi memakai pelayan. Pakaian itu terlihat tidak pantas di badan nya, seperti permata yang tertutupi. Elgar peka dengan itu, maka sesekali ia akan memperhatikan nya dari tempat duduk yang kebetulan menghadap langsung ke tempat yang Saphire jaga.Rasa was was itu selalu ada, terpantau Milya masih sibuk dengan bincangan nya itu. Bahkan pada saat menyempatkan berbicara padanya, Elgar buat sibuk Milya ini, supaya tidak ada rencana untuk melihat hal lain, atau bahkan Saphire. "Kemari, Miguel." panggil Elgar."Ada apa?"Elgar menggerakkan jari nya pertanda kalau Miguel harus merundukan badan, yang langsun
Tak di sangka jika, yang Saphire selamatkan adalah Maria. Sepertinya Maria baru saja datang di pesta teh, ia sangat memuji penampilan cantik dari Maria hari ini.Di hadapan Saphire Maria membulatkan mata, terkejut melihat ada Saphire di sini, karena bukan kah beberapa saat yang lalu Saphire berpamitan pulang? dan bagaimana bisa berada di perjamuan ini memakai pakaian pelayan?"Bisa jelaskan pada ku?" tanya Maria.Belum Saphire menjawab, perkataan nya harus tertahan oleh seseorang yang baru saja datang dan semua orang merunduk menghormati begitu juga dengan Saphire sendiri. Beliau adalah Raja, ayah dari Elgar. Tidak tertinggal Ratu di samping nya, tampak keduanya terlihat sangat cocok dan juga berkelas. "Ada keributan apa ini?" tanya Raja."Tidak ayah, hanya kekacauan kecil saja." balas Milya masih menggandeng lengan Elgar mesra. Perhatian Raja tertuju pada kekacauan itu, karena terlihat kentara sekali berbeda dengan yang lain. Tidak ambil pusing tentang itu, Raja mengalihkan pada h
"Kemana sebenarnya Putra ku itu?" tanya Ratu daei samping Raja. Sesuai dengan tadi, para tamu sedang makan malam bersama dengan hidangan mewah yang sudah di sediakan oleh koki Istana. Tentu Milya sebagai perencana dari kegiatan ini berusaha memberikan yang terbaik bagi setiap tamu yang hadir."Mungkin Elgar masih di kamar mandi, Ibu Ratu." Milya menjawab, yang memang jarak di antara mereka tidak terlalu jauh. "Kamu benar, tapi ini sudah terhitung sangat lama, Elgar tidak pernah selama ini di dalam kamar mandi." "Kita tunggu sebentar lagi saja ya sayang, bila tidak muncul juga, aku akan meminta pengawal untuk memeriksanya." ucap Raja yang di angguki oleh Ratu. Tentu, Maria yang memang masih satu meja bersama Raja dan Ratu serta Milya, mendengar hal yang tengah mereka bicarakan.Maria memperkirakan kalau ia mengetahui keberadaan Elgar sebenarnya berada di mana kalau sudah lama tidak muncul, lelaki itu kemungkinan besar akan bersama Saphire dan berduaan saja di Istana. Setidaknya Ma
Setelah pertemuan nya dengan Elgar, sekaligus di tenangkan Saphire menjadi lebih baik dari pada sebelum nya pada saat setelah bertemu dengan Milya. Ingin sekali berkata kasar pada sosok perempuan itu, tapi kembali lagi apalah daya dia. Dengan pakaian nya yang sebelum nya sebelum menjadi pelayan, Saphire berjalan pulang dengan hati tenang, dan langkah tanpa beban. Lalu, ia pun harus menyiapkan kalimat pembelaan karena kedua orang tuanya yang akan menyambut dengan semua pertanyaan berdasarkan khawatir, memikirkan itu ia menjadi ingin langsung pulang, rindu juga di rasanya. Ngomong ngomong, dirinya belum bertemu lagi dengan Maria. Mungkin kawan nya itu sedang beristirahat setelah menghadiri pesta, ia akan menemui nya besok saja di Royal.____Saphire kemarin mengira, ia akan bertemu dengan Maria hari ini. Ternyata salah, kawan nya itu tidak masuk dikarenakan sakit yang melanda. Itu artinya, Saphire menjalani hari di Royal akan seorang diri. Tidak ada Maria sama dengan tidak ada kawan.
Saat ini Saphire tengah berada di dalam salah satu ruangan di Istana tentunya bersama Miguel, lelaki itu yang lebih dulu mengajak nya entah apa yang akan ia perlihatkan sehingga sampai seperti ini. "Ayo masuk kemari." Miguel membuka kan pintu dan mempersilahkan Saphire untuk masuk lebih dulu, dan ia tutup kembali setelah ikut masuk."Nikmati saja makanan yang ada." ucap Miguel setelah mereka berdua duduk berhadapan. "Aku datang kemari atas ajakan mu tidak untuk menikmati sajian yang ada." balas Saphire."Sepertinya kamu sangat tidak sabaran, sebelum itu Saphire aku berkata dengan sungguh sungguh bahwa hubungan mu dengan Elgar sangat lah salah, walau cinta kalian benar." ujar Miguel.Saphire memalingkan wajah ke samping, entah kenapa tetapi dirinya merasa sangat malu dan hina setelah mendengar penuturan dari Miguel. "Biarkan itu menjadi urusan kami berdua." "Bukan begitu Saphire, sebelum semakin jauh. Selagi masih bisa di tangani, hati mu tidak akan terasa begitu sakit." "Jangan pe
Miguel kira Saphire akan menemui Elgar nanti, ternyata saat ini juga. Sekarang saja mereka berjalan ke arah penjara yang sepertinya Elgar di bawa ke sana oleh para pengawal. Miguel sendiri tidak yakin kalau pengawal di sana akan mempersilahkan Saphire masuk atau tidak, tapi sepertinya bisa saja karena Miguel yang mengikuti. Keduanya sudah berada di depan pintu menuju penjara, Saphire menatap Miguel untuk menambah keyakinan bahwa keputusan saat ini sudah lah tepat. Miguel mengangguk. "Biarkan kita masuk." ucap Miguel pada pengawal yang menjaga dan menghalangi mereka untuk masuk. "Baik Tuan." "Elgar di tempatkan di mana?" tanya Miguel."Putra Mahkota di tempatkan di penjara ujung Tuan." "Baik, terima kasih." balas Miguel.Miguel lebih dulu masuk lalu di ikuti oleh Saphire dari belakang, tidak melihat kanan kiri Saphire hanya fokus pada Elgar saja sekarang. Jujur saja, Saphire tidak tahu di mana penjara ujung itu, ia sudah percayakan pada Miguel. Duk! "Awh, Miguel kenapa berhenti
Tidak ada yang berbeda dengan Royal setiap harinya, mungkin akan berbeda jika adanya acara acara yang di adakan. Mengingat saat ini hanya akan ada hari hari biasa dan juga untuk kedepan nya, jadi hari itu akan sama saja tidak ada yang spesial, terkecuali bila ada kejadian yang tidak di duga duga, kejadian yang sama sekali tidak tertera di kalender sekalipun.Saphire bersama Maria tengah berjalan jalan di sekitar koridor Royal, mereka hanya menghabiskan waktu sebelum masuk nanti. Maria yang melihat lihat sekitar dan sesekali menyapa, sementara Saphire berjalan di selingi dengan membaca buku yang ada di tangan nya. "Saphire bagaimana menurut mu tentang orang ketiga di dalam hubungan orang lain?" tanya Maria masih berjalan. Tentunya mendengar apa yang di tanyakan oleh Maria membuat Saphire seperti terkena petir di pagi bolong ini, apa Maria sedang membahas tentang dirinya? apa Maria merasa jijik dengan teman nya yang berhubungan dengan Elgar di belakang status pertunangan dengan Milya
Saphire berbalik, cukup terkejut karena bagaimana Elgar mengetahui keberadaan nya di hari kemarin. Apa Elgar juga mengirim seseorang untuk memata matai diri nya? "Kenapa kamu bisa tahu?" tanya Saphire. "Tidak peduli dari mana aku mengetahui nya, yang jelas, jawab pertanyaan ku Saphire." ujar Elgar. Saphire menimang nimang apakah ia harus berbohong atau tidak, kalau ia berbohong pasti Elgar sudah mengetahui kebenaran nya, bila sebalik nya Elgar pasti tidak suka karena Saphire telah berbohong. "Kemarin aku menemani Miguel berlatih." cicit Saphire. Elgar mengeraskan rahang nya. "Dan boleh aku tahu kenapa kamu melakukan nya?" tanya Elgar masih menahan dirinya. "Apa kamu di paksa?" tanya Elgar dengan Saphire yang masih terdiam karena merasa takut. "Ah sudah ku kira, kamu telah di paksa untuk ikut bersama dengan nya." ucap Elgar. "Tidak." "Lalu apa, Saphire." "Aku menemani Miguel karena atas keinginan ku sendiri, tidak ada paksaan dari Miguel ataupun dari orang lain." "Ken
"Saphire." "Ya? kenapa?" "Bisa bantu aku untuk membawa buku di perpustakaan? karena permintaan dari guru selanjutnya.""Baiklah, ayo." Bisa di hitung jari Saphire berinteraksi dengan teman teman se ruangan nya, karena ia yang selalu bersama Maria dan ia merasa cukup dengan Maria saja tidak peduli dengan yang lain, oh atau mungkin bisa di tambah dengan dua teman nya di kegiatan seni tanah liat, dan juga Miguel. Bila mengenai Elgar, itu akan menjadi hal lain yang bagi Saphire. Entah akan menganggapnya sebagai apa yang pasti ada nya Elgar di kehidupan Saphire menjadi pengaruh begitu besar pada saat saat itu. "Ini buku nya Saphire, aku sudah membagi dua nya. Jadi tidak akan berat membawa." "Kemari kan." pinta Saphire untuk bagiannya. Saphire kira perjalanan nya menuku ruangan kembali akan lancar tanpa hambatan apapun, tetapi ternyata di depan ruangan yang Saphire dan teman teman nya tempati ada sekitar tiga orang yang menunggu di sana, entah siapa yang di tunggu. "Oh, ini dia manu
"Apa kamu menunggu lama?" tanya Miguel.Posisi Saphire yang sebelumnya membelakangi Miguel, kini mereka berdua tengah berhadapan. Saphire memperhatikan penampilan yang berbeda dari Miguel, tentunya dengan memakai pakaian Olahraga klub polo nya. "Tidak, mungkin karena aku bersama teman di sini." balas Saphire."Teman?" Miguel tidak salah mendengar bukan? tidak ada siapapun di sekitar Saphire sedari tadi."Kuda mu, Miguel." "Ah, kalian sudah berteman rupanya.""Benar, tadi pun aku sempat untuk memberikan nya rumput." "Rumput? dari mana?" "Ada yang memberikan nya tadi, tidak masalah kan?" "Ya tidak apa apa." Tangan Miguel bergerak membuka pintu kandang kuda milik nya, di raih nya tali pada kuda dan menuntun ke lapangan. "Saphire, kamu bisa menunggu di sana bersama gadis lain. Buat nyaman diri mu, dan duduk di mana saja sesuai dengan keinginan mu." ujar Miguel tadi sebelum terjun ke lapangan. Mendengar penuturan dari Miguel tadi, Saphire menuruti nya. Ia menempati tempat duduk yan
"Ngomong ngomong Miguel." panggil Saphire masih terdengar sopan di telinga Miguel."Kenapa?" "Apakah orang yang tadi mengajak berbicara adalah teman mu?" "Ya, dan mungkin hanya satu satunya teman ku." Jawaban dari Miguel mengundang rada penasaran Saphire. "Apa aku tidak di anggap sebagai teman mu?" "Haha, itu persoalan yang berbeda untuk ku." "Kenapa begitu" "Apa ada sesuatu yang bisa kamu berikan pada ku?" tanya Miguel mengalihkan pembicaraan.Saphire yang mengerti kalau Miguel tidak ingin membahasnya lebih lanjut memilih untuk diam, dan kembali merasa bingung dengan pertanyaan dari Miguel. "Sesuatu yang di berikan?" "Ya.""Untuk apa?" "Kami di klub Polo meyakini jika mendapatkan barang dari gadis terkasih nya, akan di anggap sebagai berkat yang selalu menyertai terutama ketika turun ke lapangan." balas Miguel."Tetapi, bukan nya sekarang hanya latihan saja? maksudku apa memang harus?" "Sama saja, mau latihan ataupun perlombaan, itu akan kami hargai dan menjaga nya sepenuh h
Benar saja, Saphire di bawa oleh Miguel ke tempat latihan Polo nya. Mata Saphire tengah di suguhi dengan banyak nya kuda di dalam kandang, kepala mereka menyembul keluar dan ada juga yang sedang di beri rumput.Mengingat Miguel akan latihan, Saphire merasa lingkungan sekitarnya sudah mulai ramai dengan banyak orang, mungkin teman teman satu klub Miguel. Beberapa di antara mereka juga ada yang membawa seorang gadis yang bisa di lihat status mereka sepasang kekasih ataupun sepasang tunangan. Sedangkan Saphire di sini sebagai apa? hanya menemani Miguel yang ia harap akan berjalan lancar tanpa ada yang menghambat. "Ayo, aku akan menunjukan kuda milik ku." ajak Miguel, yang melihat Saphire sangat sibuk dengan melihat lihat sekitar."Maaf aku tidak fokus, aku sangat tertarik dengan lingkungan di sini, sangat indah." balas Saphire menatap wajah Miguel. "Kamu menyukai nya?" "Tentu saja." "Maka aku akan selalu mengajak mu." "Memang aku sudah meng iya kan?" "Aku tidak butuh persetujuan i
"Istirahat tadi, kamu kemana saja Saphire?" tanya Maria."Aku bertemu dengan seseorang, kenapa bertanya? urusan mu dengan dengan klub paduan suara hanya sebentar saja?" "Benar, pada saat aku kembali ke dalam kelas aku tidak menemukan mu, dan sengaja aku mencari ke kantin juga tidak ada." "Aku akan ikut klub kerajinan tanah liat." putus Saphire. Tentunya mendapatkan dukungan dari Maria, bagaimana tidak? Maria melihat Saphire yang sudah dapat berinteraksi dengan lebih banyak orang. "Aku senang mendengarnya, lalu di mana itu? dan kapan mulai untuk mu?" "Ruangan nya tepat di ujung, tidak begitu banyak yang menjangkau. Dan untuk ku pertama memulai di hari jumat nanti." "Buat kan aku cangkir pertama mu ya." pinta Maria. "Tentu, akan aku usahakan." Saphire dan Maria melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat menunggu jemputan, tentunya seperti biasa Saphire hanya mengantar saja anggapan nya sekalian saja menuju gerbang pulang. "Jarang sekali supir mu sudah datang Maria." ucap Saphir
Saat ini Saphire tengah berjalan mengikuti kedua teman baru nya itu menuju tempat kegiatan kerajinan tanah liat berada.Ia kira kegiatan itu tidak langsung hari ini ia ikuti, tapi ternyata boleh di ikuti dengan segera. Karena Saphire yang tidak ada kegiatan dan juga sedang mengalihkan pikiran nya, jadilah dia sekarang ikut kegiatan.Dan lagi, mengingat apa yang di lakukan oleh Roblyn dan Becca membuat Saphire terharu. Mereka masih memakan makanan kecil yang ia bawa tadi padahal sudah menyentuh tanah. Dengan anggapan kata mereka kalau makanan itu di kemas dengan rapat jadi tidak kotor sama sekali. Saphire terharu dengan perbuatan mereka berdua yang dapat menghargai sesuatu yang tidak penting tetapi menjadi penting untuk orang lain. "Saphire, kamu mau pergi ke mana?" tanya Becca yang menyadarkan Saphire karena terus berjalan. "Ah aku kira kita masih berjalan." dengan rasa malu Saphire berjalan kembali mendekati sepasang kekasih itu. "Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Becca."Tid
Tidak ada yang berbeda dengan Royal setiap harinya, mungkin akan berbeda jika adanya acara acara yang di adakan. Mengingat saat ini hanya akan ada hari hari biasa dan juga untuk kedepan nya, jadi hari itu akan sama saja tidak ada yang spesial, terkecuali bila ada kejadian yang tidak di duga duga, kejadian yang sama sekali tidak tertera di kalender sekalipun.Saphire bersama Maria tengah berjalan jalan di sekitar koridor Royal, mereka hanya menghabiskan waktu sebelum masuk nanti. Maria yang melihat lihat sekitar dan sesekali menyapa, sementara Saphire berjalan di selingi dengan membaca buku yang ada di tangan nya. "Saphire bagaimana menurut mu tentang orang ketiga di dalam hubungan orang lain?" tanya Maria masih berjalan. Tentunya mendengar apa yang di tanyakan oleh Maria membuat Saphire seperti terkena petir di pagi bolong ini, apa Maria sedang membahas tentang dirinya? apa Maria merasa jijik dengan teman nya yang berhubungan dengan Elgar di belakang status pertunangan dengan Milya
Miguel kira Saphire akan menemui Elgar nanti, ternyata saat ini juga. Sekarang saja mereka berjalan ke arah penjara yang sepertinya Elgar di bawa ke sana oleh para pengawal. Miguel sendiri tidak yakin kalau pengawal di sana akan mempersilahkan Saphire masuk atau tidak, tapi sepertinya bisa saja karena Miguel yang mengikuti. Keduanya sudah berada di depan pintu menuju penjara, Saphire menatap Miguel untuk menambah keyakinan bahwa keputusan saat ini sudah lah tepat. Miguel mengangguk. "Biarkan kita masuk." ucap Miguel pada pengawal yang menjaga dan menghalangi mereka untuk masuk. "Baik Tuan." "Elgar di tempatkan di mana?" tanya Miguel."Putra Mahkota di tempatkan di penjara ujung Tuan." "Baik, terima kasih." balas Miguel.Miguel lebih dulu masuk lalu di ikuti oleh Saphire dari belakang, tidak melihat kanan kiri Saphire hanya fokus pada Elgar saja sekarang. Jujur saja, Saphire tidak tahu di mana penjara ujung itu, ia sudah percayakan pada Miguel. Duk! "Awh, Miguel kenapa berhenti