Bab 39 MJDMP"Tadi Habib ada perlu apa cari saya?" tanya Anjani mengalihkan pembahasan."Oh, ya, saya mau ini, kasih uang donat," ucap dr. Ahmad seraya memberikan empat lembar uang lima puluh ribuan pada Anjani.Anjani menerima uang tersebut, dan tak lupa mengucapkan terima kasih, "Terima kasih ya, Bib, dan maaf, jadi merepotkan Habib," ucapnya merasa tak enak."Nggak, sama sekali nggak repot kok." dr0. Ahmad menjawab cepat, sedangkan Anjani, ia terlihat memandangi uang di tangannya, kemudian pikirannya mulai berkelana."Waktu sudah berjalan dua minggu, tapi aku belum berhasil mengumpulkan uang untuk membayar hutang pada Supeno. Bahkan tabungan dari uang pesangon dan hasil berjualan tiap harinya belum terkumpul separuhnya. Ya Allah ... Semoga di hari ke-40 nanti seluruh uangnya sudah terkumpul. Mungkin jika ditotal dari hasil sehari-hari akan mustahil terkumpul di hari ke-40. Tapi jika dihitung menggunakan kalkulator kuasaMu, maka tidak ada yang tidak mungkin," batin Anjani tetap opt
Bab 40 MJDMP"Saya penderita Agnesis V*gina, Bib!" jawab Anjani cepat, sebuah kalimat singkat namun begitu sulit untuk diucap. Setelah mengumpulkan segenap keyakinan, akhirnya Anjani memutuskan untuk jujur, menyampaikan kondisinya secara terang-terangan pada dr. Ahmad.Tentu bukan hal mudah bagi seseorang untuk mengatakan aib yang sengaja disimpan rapat-rapat. Ada rasa malu, takut, bahkan rendah diri saat aib diketahui oleh orang lain.dr. Ahmad terdiam mendengar jawaban Anjani, cukup terkejut dengan penuturannya, sebab dari sekian kemungkinan yang ia perkirakan, Agnesis Vag*na tidak termasuk di dalamnya. Heran, merasa aneh, dan ingin tertawa, itulah perasaan dr. Ahmad saat mendengar jawaban wanita yang ia nantikan cintanya.dr. Ahmad kemudian tersenyum penuh makna."Jadi itu alasan kamu menolak saya selama ini?" tanya dr. Ahmad memastikan.Anjani mengangguk, "Habib pasti terkejut, kan? Dan kecewa ...." Anjani menyahut lirih.dr. Ahmad kembali tersenyum, sangat menenangkan."No, sam
Bab 41 MJDMP"Apa Habib sungguh-sungguh ingin menikahi saya?" tanya Anjani memastikan sekali lagi."Apa saya terlihat tidak sungguh-sungguh, An? Apa usaha saya selama ini masih kurang menurut kamu?" tanya dr. Ahmad balik.Anjani terdiam."Apa yang membuat saya ragu, An? Kamu tidak perlu memikirkan kondisi kamu yang kamu anggap memiliki kekurangan itu. Sebab andai benar kamu menderita agnesis vagina pun saya tetap dengan keputusan saya untuk menikahi kamu, sebab saya merasa mampu menutupi kekurangan itu.Apalagi saat saya yakin kamu sempurna, maka tidak ada lagi hal yang perlu kamu ragukan. Percayalah, saya tidak akan mengulang hal yang meninggalkan kelam di hati kamu itu. Insya Allah, bagaimanapun kondisi kamu, saya akan tetap bisa menerima kamu apa adanya.Pernikahan bagi saya, bukan hal main-main, An, saya akan menjalaninya dengan segenap hati dan jiwa, percayalah!" dr. Ahmad masih terus berusaha meyakinkan Anjani.Mendengar penuturan dr. Ahmad, tak terasa mata Anjani mulai memanas,
Bab 42 MJDMP"Paman saya, Bib?" Anjani mempertegas."Iya, Paman kamu.""Apa bisa jika Paman saya tidak perlu hadir, Bib?" tanya Anjani yang sebenarnya sudah diperkirakan oleh dr. Ahmad."Bisa saja, asalkan ada wali lainnya. Apakah ada?" tanya dr. Ahmad balik. Sebab walau Anjani janda, sebaiknya pernikahan tetap dengan seizin walinya.Anjani tampak berpikir, ia teringat akan Kakek dari Ayahnya yang sudah tak pernah ia kunjungi lagi sejak orang tuanya pergi. Bahkan kabarnya pun tak ia ketahui."Sebenarnya ada, Bib. Kakek saya dari pihak ayah. Akan tetapi sudah lama saya tidak mendengar kabarnya." Anjani tertunduk sedih."Kenapa begitu, An?" tanya dr. Ahmad penasaran."Sebab saya tidak pernah lagi berkunjung ke sana sepeninggal orang tua saya, Bib. Awalnya dulu, si Mbah sempat meminta agar saya diasuhnya, akan tetapi, paman saya melarang, ia menyatakan bersedia mengasuh saya, sebab memang ia tak memiliki anak. Paman yang mengasuh saya adalah adik dari ibu saya.Dan sejak saat itu, Paman
Bab 43 MJDMP"Apakah dalam kecelakaan itu ada korban lain, An?" tanya dr. Ahmad mulai memecahkan misteri."Ada, Bib. Mobil yang menabrak saya ditumpangi oleh seorang wanita. Kondisinya cukup parah, dan dinyatakan meninggal setelah melewati perawatan beberapa hari." "Innalillah ... Beruntung kamu masih diselamatkan, An!" ungkap dr. Ahmad."Alhamdulillah, Bib.""Kalau memang begitu, besar kemungkinan dialah pendonor mata kamu, mungkin sebagai bentuk tanggung jawabnya. Tapi seharusnya kalau begitu, biaya juga ditanggung mereka. Memang sepertinya ada kejanggalan di sini," lanjut dr. Ahmad lagi."Begitu ya, Bib? Apa mungkin ini hanya alibi keluarga saya, ya? Demi bisa mendapatkan pinjaman dari Supeno, dengan mengatasnamakan kondisi saya? Sebab saya menjadi curiga sejak Bu Ambar bercerita, bahwa setelah kejadian hutang untuk operasi kornea itu, Paman dan Bibi terus-terusan datang untuk kembali berhutang, entah untuk apa? Dan Supeno selalu memberi pinjaman, sebab tahu jaminannya adalah say
Bab 44 MJDMPSelepas shubuh, mobil yang ditumpangi dr. Ahmad bersama calon istrinya melaju membelah jalanan. Bersamaan dengan matahari terbit, senyum keduanya pun turut terbit, dan terus bersinar sepanjang hari.Mereka memutuskan pergi pagi-pagi sekali untuk menghindari macet di Surabaya, selain itu untuk mempersingkat waktu, agar segala sesuatunya bisa terealisasi sesuai rencana.Untuk urusan kebutuhan pernikahan, dr. Ahmad sudah memasrahkannya pada Ummi Fahira. Wanita yang melahirkannya itu sangat bahagia mendengar rencananya akan segera menikahi Anjani. Akhirnya doa-doa yang dipanjatkannya selama ini terijabah. Ia menyanggupi akan menyiapkan segala sesuatunya dan meminta putranya fokus menemui kakek Anjani.Sekitar jam tujuh pagi, mereka sudah sampai di area sunan ampel. dr. Ahmad memarkir mobilnya untuk mengajak Anjani sarapan terlebih dahulu. Mereka memilih sebuah warung yang menyajikan menu sate gule untuk mengisi perut sebelum melanjutkan pencarian."Setelah ini kita Ziarah dul
Keduanya melanjutkan perjalanan, memasuki gang-gang kecil untuk menemukan alamat Kakek Jakfar. Mengikuti alamat yang ia dapat dari pemakaman Sunan Ampel.Sepuluh menit kemudian mereka sampai di sebuah rumah sederhana, dengan ukuran yang tak besar. Rumah terpencil yang terletak di tengah kepadatan kota Surabaya.Rumah kecil bercat biru yang terlihat rapi walaupun tampak berumur, menandakan di sana ada kehidupan. Akan tetapi suasananya terlihat sepi. Entah ke mana gerangan sang kakek Jakfar.Saat Anjani dan dr. Ahamad tengah kebingungan, seorang tetangga tiba-tiba melintas dan menyapa mereka."Cari Kakek Jakfar, ya?" tanyanya pada Anjani dan dr. Ahmad."Iya," jawab dr. Ahmad."Biasanya jam segini suka ngasih makan ayam di belakang, jadi mungkin nggak denger, Mas, kalau ada yang ketuk pintu, maklum kan sudah berumur, pendengarannya mulai menurun," jelas seseibu yang merupakan tetangga Kakek Jakfar."Oh, begitu, kalau gitu biar kami tunggu sebentar lagi," ucap dr. Ahmad sopan."Kalian ini
Bab 45 MJDMPKakek kenapa?" batin Anjani dan dr. Ahmad. Keduanya saling berpandangan heran melihat ekspresi Kakek yang tiba-tiba sesenggukan.Anjani berusaha menenangkan Kakeknya. Direngkuhnya tubuh ringkih yabg kini tengah tergugu hingga membungkuk. Punggungnya naik turun seirama dengan isakannya."Kakek kenapa nangis? Apa ada yang salah?" tanya Anjani hati-hati.Kakek Jakfar hanya menggeleng perlahan sembari berusaha menghentikan tangisnya."Masya Allah ... Masya Allah ... Alhamdulillah ... Syukron lillah ... Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad, wa 'alaa aali sayyidina Muhammad." hanya kalimat-kalimat thoyyibah itu yang keluar dari mulutnya seraya memegang dada untuk menenangkan degup jantungnya yang berpacu cepat akibat menangis.Saat tangisnya mulai reda, Kakek Jakfar mengusap wajahnya kasar, membersihkan sisa-sisa air matanya seraya tersenyum ke arah dr. Ahmad.Lelaki renta itu berjalan tak seimbang ke arah dr. Ahmad dengan begitu bersemangat, meraih tangan lelaki yang menj
Bab 34 - DILEMASatu per satu rangkaian acara telah terlewati. Tak banyak yang dilakukan hari ini, hanya doa dan mauidzoh hasanah singkat. Tidak ada acara adat yang beragam. dr. Ahmad sengaja menfokuskan acara pada jamuan para tamu, sebagaimana judulnya tasyakuran.Satu per satu tamu undangan dan keluarga berpamit, kini hanya tersisa beberapa kerabat dan kolega dr. Ahmad, berkumpul untuk sekedar mengobrol, karena niatnya memang perkumpulan mereka untuk reuni.dr. Ahmad berkumpul dan bercengkrama dengan teman-temannya, sementara Anjani menemui para istri yang turut serta.Adapun Zahira, gadis itu berpindah-pindah, kadang berada di pangkuan Daddy-nya, kadang pula berpindah ke sisi Mommy untuk bersiaga. Kelucuan gadis itu menjadi bahan pembicaraan malam ini, gadis kecil dengan sikap dewasa namun tetap dengan cara khas anak-anak. Sungguh sangat menggemaskan.Sejak tadi, Anjani sebenarnya menahan sakit di perutnya. Semakin lama sakit itu semakin terasa intens. Namun di depan para tamu, ia
Bab 33Anjani dan Zahira tengah berada di kamar untuk dirias. Malam nanti adalah malam acara 7 bulanan kehamilan Anjani.Sejak pagi, rumah sudah ramai kunjungan sanak saudara dr. Ahmad. Mereka berkumpul untuk meramaikan acara. Walaupun semua jamuan acara sudah di-handle oleh EO (event organizer) tapi tetap saja Mbak Sri dan kerabat dr. Ahmad menyibukkan diri menyiapkan jamuan.Zahira sangat bahagia hari ini, karena banyak teman saudaranya yang berkumpul. Terlebih, Anjani mengajaknya serta dalam hal tata rias, gadis kecil itu berasa akan disulap menjadi peri saat make up tipis disapukan ke wajah cantiknya.Zahira selesai lebih awal dirias. Gadis kecil itu kemudian dibantu oleh MUA untuk mengenakan gaunnya. Gaun berwarna biru langit senada dengan warna kebaya yang dikenakan Anjani juga jas yang dikenakan oleh Daddy-nya.Di depan cermin full body, Zahira memutar dirinya, mirip seperti tinkerbell yang imut dan menggemaskan.Anjani tersenyum melihat putri sambungnya begitu happy dan antusi
Bab 32 - DILEMA"Bang ...." Anjani memanggil suaminya manja. Di minggu siang yang damai, karena hanya ada mereka berdua di rumah. Mbak Sri berpamit pulang kampung barang sehari, sementara Zahira, tadi.pagi dijemput saudara dari Surabaya untuk diajak ke taman safari.Anjani menolak untuk ikut serta, karena kehamilan yang semakin besar membuatnya merasa mudah capek saat melakukan perjalanan. Terlebih area taman safari sangat luas, kebun binatang Surabaya saja tak mampu ia taklukkan.Kandungannya sudah memasuki usia 7 bulan. Sejak masuk trimester tiga, Anjani menjadi sangat doyan makan. Setelah tiga bulan hanya terbaring dengan makanan infus, ia seperti balas dendam saat perutnya mulai bisa menerima makanan. Kata mbak Sri, itu namanya "Maruk'i". Akibat dari itu, berat badannya melonjak tinggi. Membuat aktivitasnya terasa sangat berat.dr. Ahmad pun tak mempermasalahkannya, asalkan masih di batas normal, dan asal istrinya bersedia melakukan senam hamil untuk tetap menjaga kebugaran. Apapu
Bab 31 - DILEMASetelah rasa kram di perut Anjani berangsur hilang, dr. Ahmad membawa istrinya ke tempat makan. Sekedar duduk sembari menikmati es teh dan beberapa macam gorengan yang tersedia.dr. Ahmad memesan beberapa potong tempe mendoan, ote-ote dan juga pisang goreng. Kemudian membawany ke hadapan sang istri yang tengah duduk manis menikmati es teh."Masih anget, Sayang ... cobain, enak!" ucap dr. Ahamd seraya meletakkan sekotak forengan dengan toping cabe rawit yang menggugah selera.Tak menolak, Anjani pun langsung mencomot tempe mendoan dan memakannya."Enak?" tanya dr. Ahmad."Enak, Bang ... rasanya beda gitu kalau bikinan tangan orang," balas Anjani.dr. Ahmad terkekeh, "itu hanya perasaan kamu saja, kalau bagi Abang, ya jelas jauh lebih enak bikinan kamu," sanjung dr. Ahmad."Nah, itu juga cuma perasaan Abang. Jadilah makan gorengan aja bawa-bawa perasaan," sahut Anjani. Keduanya terkekeh bahagia.Sementara Anjani menikmati gorengan, dr. Ahmad mengangkat kaki Anjani dan me
Bab 30 - DILEMAMobil dr. Ahmad melesat cepat membelah jalanan yang cukup senggang pagi ini. Sepanjang perjalanan, Zahira terlihat riang. Ia berceloteh dan bernyanyi. Sementara Ayuma lebih banyak diam. Moodnya hancur pagi ini. Ia sudah sangat keras memutar otak untuk menggagalkan rencana kepulangannya, namun ia tak mendapatkan hasil apa-apa. Pada akhirnya ia pun berada di mobil ini menuju bandara."Ante Yuma kenapa diem aja?" tanya Zahira menyapa Ayuma."Ante Yuma sedih, Sayang ...," sahut Ayuma mulai berdrama."Sedih kenapa, Ante? tanya Zahira peduli."Karena mau berpisah sama Zahira," sahut Ayuma. Anjani yang berada di bangku depan hanya bisa mengerlingkan kepala, senyum puas tergambar di wajah Ayuma saat melihat Anjani memalingkan wajah ke jendela, berhasil membuat Anjani kesal cukup membuatnya terhibur.Namun senyum itu mendadak berubah masam saat tangan dr. Ahmad meraihnya, lalu mereka saling berpandangan mesra dan menguatkan. Seketika rasa cemburu menguasai hati Ayuma."Ante Yum
Bab 29 - DILEMA"Zahira ... dengar Daddy, Nak ... Mommy minta Ante Yuma untuk pulang itu bukan karena Mommy nggak suka sama Ante Yuma, Sayang ... tapi karena Mommy peduli sama Ante Yuma. Ante Yuma punya kesibukan di tempatnya, jadi Mommy nggak ingin merepotkan Ante Yuma di sini." dr. Ahmad menjelaskan dengan lembut pada Zahira. Namun gadis itu hanya terdiam."Lagi pula, tadi yang minta Ante Yuma pulang bukan Mommy, kok. Tapi Daddy," lanjut dr. Ahmad seketika membuat Zahira menoleh ke arahnya."Kok Daddy malah minta Ante Yuma pulang sih? Daddy nggak asih ah!" gerutu Zahira dengan kedua tangan disilangkan di dada.dr. Ahmad membelai kepala Zahira sayang. "Iya, Nak ... Daddy memang sengaja minta Ante Yuma untuk pulang, karena Daddy mau ajak Zahira ke Surabaya untuk bertemu saudara-saudara di sana? Gimana, Zahira mau, kan? Zahira bisa bebas bermain dengan banyak teman di sana." dr. Ahmad menyampaikan rencananya pada Zahira. Seketika raut wajah gadis itu berubah bahagia."Wah, beneran, Dad
Bab 28 - DILEMA"Keterlaluan kamu, Ayuma!" uca dr. Ahmad menahan amarah."Kok aku? Istri kamu itu yang keterlaluan, mengganggu kenyamanan tamu di rumah suaminya. Emang dasar nggak ada akhlak!" gerutu Ayuma."Tapi kamu hampir saja menamparnya kalau aku nggak segera mencegah. Apa yang seperti itu dikatakan berakhlak?" balas dr. Ahmad tak terima.Ayuma terdiam, ia memalingkan pandangan dari dr. Ahmad. "Sorry ... tadi aku kelepasan. Ya coba aja bayangin, orang lagi tidur dipaksa bangun, kemudian diusir disuruh pindah, terus diomel-omelin, siapa yang nggak kesel coba?" balas Ayuma mulai memutar balikkan fakta."Semua tidak akan menjadi seperti itu kalau kamu langsung bangun dan menuruti permintaannya. Aku lihat sendiri Anjani membangunkanmu untuk shalat dengan penuh kelemah-lembutan, tapi kamu yang tiba-tiba ngegas!" balas dr. Ahmad memojokkan Ayuma.Ayuma semakin memasang wajah kesal."Sudah ya, aku di sini nggak sendang ingin menjelaskan siapa yang salah dan siapa yang benar, tapi yang j
Bab 27 - DILEMAdr. Ahmad mengerjapkan matanya. Malam ini tidurnya terasa sangat nyenyak. Setelah bermalam-malam ia kesulitan tidur nyenyak akibat banyaknya permasalahan yang ia pikirkan, akhirnya ia menemukan kedamaian. Kedamaian yang ia dapatkan setelah kembali merasakan indahnya surga dunia bersama istrinya.Mengingat pergulatan hebatnya semalam, dr. 7 tersenyum sendiri, ia pun memiringkan tubuhnya, berniat merangkul sang istri. Namun betapa terkejutnya ia saat yang ia dapati adalah sebuah guling."Loh, Anjani mana?" gumamnya dalam hati. Lalu samar-samar ia mendengar bacaan Al Qur'an yang dilantunkan oleh suara lembut sang istri."Masya Allah ...." Seketika rasa damai semakin mengaliri hatinya. Hari masih menjelang shubuh, namun Anjani sudah sibuk menghadap Rabb-nya.dr. Ahmad terbangun, berjalan ke arah Anjani. Merai kepala bagian belakangnya, kemudian mengecup pucuk kepala istrinya tanpa menyentuh kulitnya."Bang ... sudah bangun?" tanya Anjani seraya menutup mushaf di tangannya.
Bab 26 - DILEMAdr. Ahmad mengusap wajahnya kasar, rasanya kepalanya hampir meledak. Belum sempat penat selepas mengantar Zahira ke rumah sakit hilang, Anjani semakin menambahnya secara bertubi-tubi. Beberapa kali ia menghela nafas panjang, berusaha menahan diri agar tak sampai dikuasai emosi."Kasih Abang waktu ya?" pinta dr. Ahmad setelah beberapa saat."Oke, sampai besok sore?" balas Anjani tegas."Sayang ... Zahira masih sakit, apa kamu tega?" dr. Ahmad terlihat memelas."Seharusnya tidak ada hubungannya antara Zahira sakit dengan Ayuma kalau Ayuma tak pernah berada di sini, Bang! Bukankah begitu? Bukankah selama ini kits mengurus Zahira sendiri? Kenapa sekarang seolah kita sangat butuh dengan Ayuma?" Anjani kembali berapi-api."An ... sekarang kondisinya beda, dulu ada Ummi, sekarang Ummi sudah nggak ada. Cobalah kamu mengerti sedikit saja!" pinta dr. Ahmad."Bang ... ada atau tidak adanya Ummi, tidak bisa menjadi alasan untuk kita membiarkan wanita lain masuk ke dalam kehidupan