Hari sudah malam dan Cakra hendak kembali ke kamarnya untuk istirahat, namun Pram ayahnya Cakra memintanya untuk menemuinya di ruang kerjanya.Cakra hanya mendengus kesal tidak berdaya menolak permintaan ayahnya.Dengan langkah malas laki-laki itu tetap berjalan menuju ruang kerja ayahnya."Papa mau ngomong serius sama kamu," ujar Pram begitu Cakra datang.Pram menatap wajah putra satu-satunya itu sebelum melanjutkan pembicaraanya."Sekarang kamu udah nikah, status kamu sebagai seorang suami dan kamu harus bertanggung jawab sama istri kamu. Menafkahinya, menyayangi dia karena sekarang dia adalah partner hidup kamu."'Buset sejak kapan bokap gue jadi pak ustadz yang biasa ceramahin orang pas nikahan?' batin Cakra.Cakra tersenyum bingung dan ingin menyanggah apa yang Pram katakan.Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan berkata "Paaa, semua kejadian ini hanya salah paham. Cakra ga mau lanjutin kesalahpahaman ini lebih lama lagi pa, Cakra ga cinta sama dia.""Cinta atau tidak, suka
Nayra dan Oma tidak ikut ke rumah sakit karena Kania menyuruhnya untuk tetap di rumah. Lagipula oma sudah tua dan tidur di rumah sakit akan membuatnya tidak nyaman, jadi dia menyuruh Nayra juga di rumah menemani Oma Dewi. "Oma mau saya bikinin teh hangat Oma?" tanya Nayra pada Oma yang tampak gelisah hingga malam tidak tidur karena memikirkan Pram anaknya."Ga usah sok-sokan mau ambil hati saya kamu," jawabnya tidak suka pada Nayra."Omaa, saya ga ada niat untuk ngelakuin itu, saya cuma melaksanakan tugas saya buat jagain Oma seperti yang mama bilang," jawab Nayra dengan sabar."Ooh gitu ya? Sekarang kamu sudah berani panggil Kania itu mama kamu juga? Kamu itu ga pantes nikah sama Cakra. Kalau kamu memang perempuan baik-baik, calon suami kamu pasti akan tetap nikahin kamu dan kamu ga akan nyusahin cucu saya Cakra. "Mendengar semua itu membuat Nayra terdiam dan merasa dia memang perempuan yang buruk sampai Ezhra justru tega meninggalkannya.Namun sedetik kemudian dia meyakinkan diri
Bi Nur yang tidak sengaja lewat di depan kamar mereka pun melihat Nayra dan Cakra dalam keadaan seperti itu.Menyadari adanya bi Nur yang melihat mereka. Cakra lalu melepaskan Nayra dan terlihat gugup.Bi Nur pun buru-buru pergi dan senyum-senyum sendiri melihat kedua pasangan baru itu.Padahal Cakra merasa kesal setelah menyadari apa yang telah terjadi antara dia dan Nayra."Kamu itu kalau jalan liat-liat, percuma punya mata kalau jalan aja masih nabrak orang," omel Cakra."Loh kok jadi nyalahin saya sih? Kamu juga salah, ngapain masuk ke kamar ga salam dulu? Kan saya ga tahu.""Ya terserah saya lah, kamu lupa kalau ini kamar saya? Kamu tuh cuma tamu di sini, sebentar lagi kamu bersama dengan baju-baju kamu dan jejak-jejak kamu itu harus segera angkat kaki dari rumah saya," ujar Cakra dengan kesal.Nayra tidak merasa takut dengan apa yang Cakra katakan. Meskipun apa yang Cakra ucapkan sebenarnya tidak baik, tapi karena nada dan sifat jail Cakra membuatnya menjadi tidak terkesan jahat
Hari ini Pram sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah setelah dirawat di rumah sakit. Dia menyuruh Cakra untuk mulai bekerja di kantor dan Reno yang akan mengawasi Cakra. "Eh kamu kan teman aku nih, jadi kamu jangan apa-apa ngadu ya ke bokap aku, awas kamu," peringat Cakra pada Reno temannya. Reno tersenyum lucu mendengar apa yang Cakra katakan padanya. "Ya gimana Cak, aku ga bisa lah bohong sama orang tua, bokap kamu percaya sama aku karena aku tuh jujur, jadi ya mana mungkin aku bohong sama dia soal kelakuan kamu?""Kamu tuh bener-bener bikin aku naik darah tau ga? Temen macam apa sih kamu yang tega liat temennya menderita?""Menderita apanya orang kamu baik-baik aja gini.""Ya gimana aku ga menderita? Suruh lanjutin pernikahan yang salah ini? Asal kamu tahu aja ya? Aku itu salah jodoh, pernikahan ini juga salah, aku udah tahu salah ya ga mau lah disuruh lanjut," curhat Cakra.Reno yang mendengar semua itu tersenyum sambil menyesap kopi miliknya."Terserah kamu deh mau bilang
"Kamu" ujar Cakra begitu membuka pintu dan tampak Nayra berdiri di sana.Laki-laki itu bingung kenapa Nayra datang ke kantornya. "Ngapain kamu disini?""Boleh saya masuk dulu?" tanya Nayra tidak menjawab pertanyaan Cakra."Ga boleh," jawab Cakra menghalangi Nayra untuk masuk ke ruangannya, namun Nayra tetap masuk dan membuat Cakra semakin kesal padanya. "Mama nyuruh saya buat anterin makanan buat kamu," jelas Nayra sambil meletakkan makanan yang ia bawa untuk Cakra. "Idih sejak kapan? Saya mau makan diluar."Cakra tidak habis pikir kenapa juga ibunya harus meminta Nayra mengantarkan makanan untuknya.Sedangkan Nayra hanya menjalankan apa yang Kania minta."Heh denger ya, kamu tuh jangan terlalu nurut sama mama, kalau kaya gini caranya mereka akan tambah suka sama kamu, terus kapan kita bisa pisah? Atau jangan-jangan kamu emang ga mau pisah sama saya dan berpikir buat lanjutin pernikahan ini sama seperti apa yang mereka minta?"Cakra semakin kesal karena sikap Nayra. Dia pikir jika N
Nayra dan Cakra menjadi bingung dengan apa yang harus mereka lakukan. Mereka berdua sudah berusaha untuk meyakinkan orang tuanya masing-masing namun tidak ada yang berhasil.Cakra tidak mungkin nekat menceraikan Nayra jika orang tuanya tidak setuju. Dan Nayra juga tidak ingin mengecewakan hati orang tuanya yang sangat ia sayangi. Hari hari berlalu Nayra mencoba untuk menerima pernikahannya dan membiasakan diri tinggal bersama Cakra.Hingga suatu pagi, Pram mengatakan pada semua orang bahwa dia akan menggelar resepsi pernikahan untuk Cakra karena Cakra adalah anak satu-satunya dan ia ingin pernikahannya diumumkan dengan menggelar resepsi."APA?" tanya Cakra kaget bukan main. Dia tentu sangat takut jika Verlisa tahu dirinya sudah menikah dengan Nayra.'Mampuslah aku, ga ga ini ga boleh terjadi. Kalau papa mau bikin resepsi dan semua orang tahu gimana? Gimana nasib hubungan gue sama Verlisa?' tanya Cakra dalam hati. "Kenapa Cak? Ada yang salah sama omongan papa?" tanya Pram saat meliha
Pagi ini Kania mamanya Cakra, sedang berbicara dengan Reno dan membahas masalah keperluan untuk resepsi Cakra.Pram sudah berangkat ke kantor dan menyuruh Cakra untuk segera menyusulnya."Pokoknya saya minta tolong banget ya sama kamu Reno. Tolong siapin semuanya," pinta Kania pada Reno."Iya tante, insyaallah saya usahakan semua."Cakra yang baru turun ke lantai bawah dan melihat mereka berdua mendadak menjadi kesal, dia tahu apa yang mamanya lakukan bersama Reno.Laki-laki itu pun lalu menghampiri mereka dan seperti biasa dia akan protes tentang apapun yang menyangkut Nayra dan pernikahannya. "Maaa, Cakra kan udah bilang, ga usah bikin resepsi yang mewah-mewah ah. Ngapain ga perluuu," tuturnya gemas sekali. "Kamu ini kenapa sih Cak datang-datang udah ngomel aja?" tanya Kania heran."Ya habisnya mama ngapain siapin semuanya besar-besaran? Itu tuh ga perlu ma. Kalau mama mau ngelakuin ini, harusnya saat Cakra menikah dengan orang yang Cakra mau. Bukan dengan yang sekarang–""Hussh,
Hari ini Cakra dan Nayra kembali ke rumah orang tua Nayra dan Cakra harap Hendrawan tidak ada di rumah supaya dia bisa leluasa berbicara dengan Maya."Pokoknya kamu tuh harus aktif ngomong dan meyakinkan orang tua kamu. Awas aja kalau sampai kamu diem aja," ancam Cakra."Saya tuh udah ngomong sama mama sebelumnya, dia ga mau dengerin saya. Sekarang mama sama papa yakin kalau kita harus terus hidup dalam pernikahan ini.""Gila kamu ya, semua ini tuh gara-gara kamu. Kalau dari awal kamu tegas menolak, semua ga akan jadi kaya gini tau ga?""Kok kamu jadi nyalahin saya mulu sih? Kamu juga salah dong, kalau kamu ga tiba-tiba muncul di kamar saya, semua juga ga akan jadi kaya gini," ucap Nayra membela diri."Ya siapa juga yang tahu kalau itu tuh kamar kamu. Saya terpaksa karena nyelamatin diri waktu itu. Eh selamat dari bahaya satunya, datanglah kehancuran yang sesungguhnya dengan nikah sama kamu."Nayra hanya mendengus kesal, saat ini dia juga bingung tidak ada yang bisa ia yakinkan untuk
Hari demi hari berlalu, bahkan sekarang sudah bertahun-tahun Nayra hidup sendiri tanpa Cakra. Baginya sesuatu yang ia anggap sebagai takdir, cara terbaik untuk menerimanya meskipun suka atau tidak adalah dengan menjalaninya dan tidak berputus asa.Suatu hari Nayra sedang sibuk melakukan acara berbagi takjil gratis di pinggir jalan. Hari ini adalah bulan puasa, dia dan teman-teman komunitasnya sibuk melakukan banyak acara-acara berbagi di bulan yang penuh arti ini.Malam hari sehabis sholat tarawih di salah satu masjid yang besar di kotanya, perempuan itu hendak pulang ke rumah karena hari sudah malam.Saat ia hendak berjalan tiba-tiba seseorang memanggilnya dan membuat perempuan itu harus menoleh ke belakang.Netra perempuan itu langsung menatap laki-laki dengan sarung dan peci hitam dengan baju koko yang berdiri tepat di depannya. Hanya berjarak beberapa meter dari dirinya berdiri saat ini.Mata laki-laki itu tampak berbinar dan tidak percaya bisa melihat Nayra di masjid ini."Nayra,
Nayra sangat pusing dengan pekerjaannya. Beberapa hari kemarin dia harus lembur karena banyak sekali yang harus ia kerjakan. Malam ini, dia juga harus berada di ruangan dalam gedung tinggi yang menjadi kantornya itu.Untung saja masih ada beberapa teman yang masih di sana dan Nayra tidak perlu takut. "Iya Ma, Nayra akan pulang setelah semua selesai," ujarnya saat Maya menghubunginya. Perempuan itu sungguh pusing melihat Nayra yang hanya menghabiskan waktunya unjuk bekerja saja, padahal ia ingin Nayra bisa mencari pasangan lagi dan menikah."Kenapa kamu harus bekerja hingga larut seperti ini Nay? Orang tuamu tidak hidup kekurangan. Apapun yang kamu inginkan masih bisa dipenuhi oleh orang tuamu. Jadi tolonglah, pulang dan jaga kesehatanmu," omel Maya.Nayra sudah pusing dengan pekerjaannya, ditambah lagi harus mendapatkan omelan dari Maya, dia serasa tidak kuat lagi dengan semua itu."Maa, tolonglah, aku pasti akan pulang tapi tidak sekarang. Mama jangan khawatir."Nayra buru-buru un
"Paa, apa kita buat rencana baru aja biar Nayra sama Septian bisa saling kenal dan lebih dekat lagi?" tanya Maya sambil bersiap-siap di dalam kamarnya. Hari ini mereka akan menghadari pernikahan Savia, siapa yang menyangka jika gadis itu akan menikah dengan Reno? Teman baik Cakra. Hendrawan yang sudah putus asa, tidak memiliki ide apapun terhadap saran dari Maya. "Lebih baik jangan dipaksakan Ma, semua yang terjadi sama Nayra, papa juga merasa bersalah. Tapi kalau saja Ezhra tidak pergi saat itu...."Hendrawan tidak melanjutkan kata-katanya. Ia tidak tahu jika Ezhra sudah kembali dan beberapa kali menemui Nayra, karena perempuan itu tidak menceritakannya pada orang tuanya. Maya pun mendekati suaminya itu dan menarik nafas berat. "Tidak ada yang salah Pa, mungkin memang takdir cinta Nayra harus seperti ini. Tugas kita sekarang hanya mendoakan dia dan mencoba berusaha agar dia mendapatkan kebahagiaannya lagi," tutur Maya tidak ingin membuat suaminya merasa bersalah. "Tapi apa yang
Berbulan bulan lamanya Nayra belum juga menandatangani surat cerai nya. Ia pikir tidak akan ada bedanya saat ini dia bercerai atau tidak. Semuanya akan tetap sama, dia tidak akan bertemu dengan Cakra dan tetap sendiri.Perempuan itu menjalani hari-harinya dengan mulai bekerja di sebuah perusahaan impiannya.Maya dan Hendrawan hendak menjodohkannya dengan Septian sekarang angkat tangan karena Nayra benar-benar tidak bisa menerimanya."Bagaimana jika dia trauma karena pernikahannya Pa?" tanya Maya saat sedang menikmati kopi bersama di ruang keluarga.Hendrawan menyeruput kopinya dengan santai. Dia tidak bisa berkomentar atas kalimat istrinya itu."Mama jadi khawatir sama dia. Jangan sampai Nayra tidak mau menerima siapapun hingga tua nanti." Maya menjadi sangat sedih saat memikirkan itu. Berbagai cara sudah ia lakukan supaya bisa membuat Nayra melupakan hubungan pernikahannya yang pernah terjadi dengan Cakra.Tapi apa yang Nayra katakan? Bagaimanapun sesuatu yang pernah terjadi padanya
Berhari-hari Nayra terdiam murung di dalam kamar miliknya. Rasa kecewanya pada Cakra masih saja memenuhi pikiran dan hatinya. Namun kejadian yang menimpa Cakra hingga membuatnya masuk penjara juga menjadi pertanyaan di hati dan pikirannya. Dulu ia menahan kesedihan karena ingin ikut bersama laki-laki itu menjalani hukumannya di desa. Ia rela menemani Cakra dan tidak tinggal di rumah orang tuanya.Sekarang ia menangis karena orang yang dulu ia bela dan ia temani sekarang tega mengkhianati. "Kamu tanda tangani saja surat cerai itu Nay. Mau tidak mau kamu harus melakukannya tanpa memikirkan apapun. Mama sudah tidak bisa lagi mentoleransi kesalahan yang laki-laki itu lakukan," ujar Maya dengan kecewa. Perempuan itu mungkin merasa lebih kecewa dari Nayra. Hati seorang ibu yang telah membesarkan anaknya hingga dewasa dengan penuh cinta, namun setelah dewasa anaknya menikah dengan laki-laki yang salah dan tidak membuatnya bahagia sungguh merupakan hal tersedih bagi Maya.Perempuan itu ber
"Jadi kamu lebih memilih laki-laki itu dan menjebaknya daripada menikah denganku?" tanya Axzo yang merupakan kekasih Verlisa.Malam hari selesai dari sebuah club, Verlisa menceritakan bahwa dia tidak bisa dan tidak mau bersama Axzo lagi. Laki-laki itu tentu tidak terima dengan apa yang Verlisa katakan dan pengakuan dari wanita itu membuatnya sakit hati."Dia pacar aku, yang sampai saat ini masih aku cintai—""Lalu kamu jadikan aku ini apa? Selama ini apakah kamu hanya pura-pura mencintaiku?" tanya Axzo dengan sesak.Laki-laki itu memarkirkan mobilnya di sebuah jalanan yang sangat sepi, bahkan mungkin hanya ada kendaraan mereka saja di jalan itu. Verlisa protes kenapa Axzo menghentikan mobilnya. Axzo keluar dari mobil dan berteriak dengan begitu kencang untuk menyalurkan emosi dirinya.Axzo sangat mencintai Verlisa, tapi wanita itu mematahkan hatinya. Baru kali ini Axzo merasa benar-benar tertekan dan sakit hati."Maafkan aku, tapi aku pikir aku bisa mencintaimu dan berusaha mencoba
Sore hari Cakra pergi ke rumah Savia karena ia tahu pasti Nayra ada di sana. Selama mereka menikah dan memiliki masalah, Nayra selalu pergi ke rumah sahabatnya itu.Laki-laki itu merasa tidak berani menemui istri dan Savia karena masalah yang terjadi. Tapi mau bagaimana? Jika ia tidak segera menyelesaikan masalah ini, maka semuanya akan semakin memburuk."Aku mau ketemu sama Nayra," ujarnya saat Savia yang membukakan pintunya."Dia lagi pergi." Savia tidak berbohong akan hal itu, Nayra memang sedang pergi ke masjid untuk menemui salah satu orang yang akan ia minta pendapat dan bisa mengambil keputusan dengan jernih.Cakra tidak percaya jika Nayra tidak ada di rumah Savia. "Aku ga percaya. Aku butuh ketemu sama dia, tolong jangan halangi aku," pintanya dengan penuh harap."Kalau dibilang ga ada ya ga ada, emangnya kalian lagi ada masalah apa lagi sih? Kok kelihatannya masalah selalu ada. Kasihan besti aku tuh kamu sakitin terus."Bukannya ingin ikut campur, Savia hanya merasa kasihan d
Nayra belum bisa menceritakan apa yang terjadi pada Savia. Masalah rumah tangganya kali ini benar-benar sudah membuatnya hampir menyerah.Ia pikir apa Cakra sebenarnya bukanlah jodohnya? Setelah ini bagaimana? Apa perpisahan adalah jalan keluarnya? "Nay, aku tahu kamu pasti lagi ada masalah, tapi aku ga akan minta kamu cerita kalau emang kamu belum mau," ujar Savia saat perempuan itu sedang makan bersama.Nayra hanya diam. Sebenarnya ia juga butuh seseorang yang bisa membantu mencari solusi untuk masalah ini tapi siapa? Bukankah apa yang terjadi ini adalah aib? Aib suaminya sendiri, yang menyakitinya dan membuat Nayra sedih.Awalnya Nayra menentang orang tuanya demi ikut dengan Cakra sebagai istrinya. Tapi apa yang ia dapatkan sekarang? Cakra menyakitinya. Jika Nayra bicara soal masalah ini dengan orang tuanya, mereka pasti akan langsung membuat Nayra dan Cakra bercerai dan tidak akan memaafkan laki-laki itu."Untuk sementara waktu ini boleh ya Sav aku nginep dulu di rumah kamu. Aku
"Kamu benar-benar udah gila Saa, aku benci sama kamu," ujar Cakra pada Verlisa yang masih berada di hotel.Perempuan itu terkejut, Cakra yang dulunya sangat mencintainya dan berjanji akan menikahinya kini mengatakan kalau dirinya membencinya?Itu sungguh tidak bisa ia terima. Verlisa menatap Cakra tidak percaya. "Benci kamu bilang? Mas Cakra Yudhistira, apa yang mengubah rasa cintamu itu jadi benci ke aku?" tanya Verlisa dengan geram. Perempuan yang awalnya duduk santai di sofa itu menatap Cakra sambil mencoba mengendalikan dirinya."Kamu ga bisa maksa aku Sa, aku udah nikah, aku sudah menyadari kalau memang Nayra yang terbaik buat aku."Cakra berhasil membuat Verlisa murka dengan ucapannya. Perempuan itu semakin benci dengan Nayra.Laki-laki itu cukup geram dan marah juga dengan apa yang terjadi. Ia berniat akan mengusir Verlisa. "Sekarang kamu pergi, ngapain kamu di sini ha? Aku udah ga bisa lagi sama kamu. Aku mau cari Nayra," ujarnya menyuruh Verlisa keluar dari kamarnya.Ucapan