Nayra dan Cakra menjadi bingung dengan apa yang harus mereka lakukan. Mereka berdua sudah berusaha untuk meyakinkan orang tuanya masing-masing namun tidak ada yang berhasil.Cakra tidak mungkin nekat menceraikan Nayra jika orang tuanya tidak setuju. Dan Nayra juga tidak ingin mengecewakan hati orang tuanya yang sangat ia sayangi. Hari hari berlalu Nayra mencoba untuk menerima pernikahannya dan membiasakan diri tinggal bersama Cakra.Hingga suatu pagi, Pram mengatakan pada semua orang bahwa dia akan menggelar resepsi pernikahan untuk Cakra karena Cakra adalah anak satu-satunya dan ia ingin pernikahannya diumumkan dengan menggelar resepsi."APA?" tanya Cakra kaget bukan main. Dia tentu sangat takut jika Verlisa tahu dirinya sudah menikah dengan Nayra.'Mampuslah aku, ga ga ini ga boleh terjadi. Kalau papa mau bikin resepsi dan semua orang tahu gimana? Gimana nasib hubungan gue sama Verlisa?' tanya Cakra dalam hati. "Kenapa Cak? Ada yang salah sama omongan papa?" tanya Pram saat meliha
Pagi ini Kania mamanya Cakra, sedang berbicara dengan Reno dan membahas masalah keperluan untuk resepsi Cakra.Pram sudah berangkat ke kantor dan menyuruh Cakra untuk segera menyusulnya."Pokoknya saya minta tolong banget ya sama kamu Reno. Tolong siapin semuanya," pinta Kania pada Reno."Iya tante, insyaallah saya usahakan semua."Cakra yang baru turun ke lantai bawah dan melihat mereka berdua mendadak menjadi kesal, dia tahu apa yang mamanya lakukan bersama Reno.Laki-laki itu pun lalu menghampiri mereka dan seperti biasa dia akan protes tentang apapun yang menyangkut Nayra dan pernikahannya. "Maaa, Cakra kan udah bilang, ga usah bikin resepsi yang mewah-mewah ah. Ngapain ga perluuu," tuturnya gemas sekali. "Kamu ini kenapa sih Cak datang-datang udah ngomel aja?" tanya Kania heran."Ya habisnya mama ngapain siapin semuanya besar-besaran? Itu tuh ga perlu ma. Kalau mama mau ngelakuin ini, harusnya saat Cakra menikah dengan orang yang Cakra mau. Bukan dengan yang sekarang–""Hussh,
Hari ini Cakra dan Nayra kembali ke rumah orang tua Nayra dan Cakra harap Hendrawan tidak ada di rumah supaya dia bisa leluasa berbicara dengan Maya."Pokoknya kamu tuh harus aktif ngomong dan meyakinkan orang tua kamu. Awas aja kalau sampai kamu diem aja," ancam Cakra."Saya tuh udah ngomong sama mama sebelumnya, dia ga mau dengerin saya. Sekarang mama sama papa yakin kalau kita harus terus hidup dalam pernikahan ini.""Gila kamu ya, semua ini tuh gara-gara kamu. Kalau dari awal kamu tegas menolak, semua ga akan jadi kaya gini tau ga?""Kok kamu jadi nyalahin saya mulu sih? Kamu juga salah dong, kalau kamu ga tiba-tiba muncul di kamar saya, semua juga ga akan jadi kaya gini," ucap Nayra membela diri."Ya siapa juga yang tahu kalau itu tuh kamar kamu. Saya terpaksa karena nyelamatin diri waktu itu. Eh selamat dari bahaya satunya, datanglah kehancuran yang sesungguhnya dengan nikah sama kamu."Nayra hanya mendengus kesal, saat ini dia juga bingung tidak ada yang bisa ia yakinkan untuk
Akhirnya Cakra dan Nayra pun pulang ke rumah dengan kecewa karena tidak berhasil membuat Maya percaya.Setelah mendengar apa yang Maya katakan, Cakra menjadi tidak bisa berbuat banyak.Apalagi yang bisa ia lakukan? Dia tidak mungkin mengatakan bahwa dirinya mencintai Verlisa dan akan menikahinya. Jika Cakra mengatakan itu pada orang tua Nayra lalu orang tua Nayra mengatakannya pada orang tua Cakra pasti dia sendiri yang akan tamat di tangan Pram dan Kania.Sekarang Cakra harus memutar keras pikirannya untuk bisa menemukan cara agar dirinya terbebas dari pernikahan yang ia anggap salah ini."Sekarang bagaimana? Ribet kan jadinya? Mana mama mau ngadain resepsi lagi. Apaan coba?" tanya Cakra saat berada di kamarnya bersama Nayra.Nayra juga sudah tidak memiliki solusi untuk masalah ini. Memangnya apa juga yang akan dia lakukan? Mengemis cinta pada Ezhra yang sudah meninggalkannya?"Oke saya punya ide, sekarang kita terima semua ini dulu dan biarin mereka berpikir kalau kita sudah meneri
"Ya ini gimana? Disembunyiin dimana?" tanya Nayra panik sambil memegang tirai yang ia bawa."Di bawah selimut di bawah selimut, cepetan ah lelet banget jadi orang," omel Cakra lirih dan panik.Kania yang sudah berusaha mengetuk pintu kamar mereka dan tidak ada jawaban dari keduanya pun mencoba untuk masuk dan melihat apa yang sebenarnya terjadi.Begitu Kania masuk, Nayra dan Cakra tampak tersenyum kikuk dan aneh."Kalian kenapa? Tadi mama denger–""Oh itu tadi ada tikus ma, lewat di pojokan terus kita takut dan ngusir tikusnya bareng-bareng," jawab Cakra meyakinkan Kania.Kania sempet tidak percaya pada apa yang Cakra katakan."Ya ga mungkin lah ma kita ribut-ribut malam-malam, iya kan Nay?""Oh iya Ma.""Ya udah ini udah malam kalian tidur ya, inget besok kalian harus fitting baju lo, jangan tidur malem-malem," nasihat Kania pada Cakra dan Nayra meskipun dia sempat curiga pada mereka berdua.Kania lalu pergi dari kamar mereka namun masih saja kepikiran kalau dirinya mendengar mereka
"Kok kamu duduk di depan?" tanya Reno saat mereka bertiga hendak pergi."Ya kamu mau aku duduk di mana? Diatas maksud kamu? Aneh banget," ujar Cakra dengan kesal saat Reno mempertanyakan itu.Sedangkan Nayra sudah duduk diam di kursi belakang."Ya kamu aneh, duduk di belakang lah sama istri kamu.""Idih ogah banget, udah deh kamu jadi supir kan? Sekarang ayo jalan," suruh Cakra.Mendengar itu Nayra juga merasa kesal dengan Cakra. "Siapa juga yang mau duduk sama kamu?" tanyanya pelan namun mereka masih mendengarnya."Tuh kan kamu denger sendiri dia bilang apa?" Reno sampai heran melihat mereka yang tidak akur begini. "Kalian ini kan suami istri, ya harusnya duduk barengan dong.""Heh kok kamu maksa sih? Mana ada aturannya kaya begitu? Undang-undang nomor berapa? Pasal berapa ayat berapa? Nyebelin banget jadi orang," omel Cakra justru berdebat dengan Reno."Ya bukan gitu, namanya pasangan yang baru menikah kan harusnya sama-sama, romantis gitu.""Heh romantis apanya? Ga ada ya romantis
Nayra dan Cakra pun memilih milih baju yang cocok untuk mereka. Meskipun dengan perasaan dongkol, Cakra tetap dengan terpaksa menjalani semuanya.Apalagi ditambah adanya Reno yang ditugaskan mengawasi mereka. Cakra bisa saja kabur tapi dia tidak mungkin melakukan itu, lagipula dia akan pergi kemana? Uang dan segala fasilitas yang dia miliki berasal dari orang tuanya dan kalau dia kabur yang dia dapatkan hanya lebih susah dari ini."Jangan yang ini ah kulit aku kelihatan ga cerah," tutur Cakra menolak baju yang dipilihkan."Ya itu bagus buat kamu Cak, kalau kulit kamu ga cerah, ya itu emang udah dari lahir," komentar Reno.Sementara Nayra sedang mencoba salah satu gaun di ruang ganti. Dia sendiri juga merasa bahwa semua ini tidak perlu, tapi mau bagaimana lagi?Sama seperti Cakra dia juga harus tetap melakukannya meskipun dengan terpaksa. Setelah selesai, Nayra keluar dari ruang ganti untuk menunjukkan gaunnya pada Cakra.Ternyata laki-laki itu sudah selesai ganti baju juga dan teng
Hari ini adalah hari yang ditunggu oleh keluarga besar Cakra. Hari dimana dia mengumumkan pada semua orang bahwa putra satu-satunya ini sudah menikah.Pesta yang mereka gelar tidak terlalu mewah namun juga tidak terlalu sederhana. Mereka menggelar pesta pernikahan itu di hotel dan mengundang kerabat-kerabat dari pihak orang tua Cakra dan Nayra.Disaat orang tua mereka berdua merasa sangat bahagia, berbeda dengan Cakra yang merasa hidupnya terancam.Dia sangat khawatir jika sampai Verlisa tahu soal ini. Cakra memikirkan bagaimana jika Verlisa tahu mengenai pernikahannya ini?Meskipun Verlisa tidak berteman dengan orang tuanya dan kerabatnya di media sosial namun tetap saja ia khawatir karena Verlisa bisa tahu soal ini kapan saja.Dia mencoba meyakinkan dirinya kalau Verlisa tidak akan tahu, lagipula acara ini juga tidak diliput media internasional jadi Verlisa tidak akan mungkin tahu. Ditambah lagi gadis itu juga super sibuk, jadi kemungkinan dia juga tidak akan tahu hal ini. Reno jug
Hari demi hari berlalu, bahkan sekarang sudah bertahun-tahun Nayra hidup sendiri tanpa Cakra. Baginya sesuatu yang ia anggap sebagai takdir, cara terbaik untuk menerimanya meskipun suka atau tidak adalah dengan menjalaninya dan tidak berputus asa.Suatu hari Nayra sedang sibuk melakukan acara berbagi takjil gratis di pinggir jalan. Hari ini adalah bulan puasa, dia dan teman-teman komunitasnya sibuk melakukan banyak acara-acara berbagi di bulan yang penuh arti ini.Malam hari sehabis sholat tarawih di salah satu masjid yang besar di kotanya, perempuan itu hendak pulang ke rumah karena hari sudah malam.Saat ia hendak berjalan tiba-tiba seseorang memanggilnya dan membuat perempuan itu harus menoleh ke belakang.Netra perempuan itu langsung menatap laki-laki dengan sarung dan peci hitam dengan baju koko yang berdiri tepat di depannya. Hanya berjarak beberapa meter dari dirinya berdiri saat ini.Mata laki-laki itu tampak berbinar dan tidak percaya bisa melihat Nayra di masjid ini."Nayra,
Nayra sangat pusing dengan pekerjaannya. Beberapa hari kemarin dia harus lembur karena banyak sekali yang harus ia kerjakan. Malam ini, dia juga harus berada di ruangan dalam gedung tinggi yang menjadi kantornya itu.Untung saja masih ada beberapa teman yang masih di sana dan Nayra tidak perlu takut. "Iya Ma, Nayra akan pulang setelah semua selesai," ujarnya saat Maya menghubunginya. Perempuan itu sungguh pusing melihat Nayra yang hanya menghabiskan waktunya unjuk bekerja saja, padahal ia ingin Nayra bisa mencari pasangan lagi dan menikah."Kenapa kamu harus bekerja hingga larut seperti ini Nay? Orang tuamu tidak hidup kekurangan. Apapun yang kamu inginkan masih bisa dipenuhi oleh orang tuamu. Jadi tolonglah, pulang dan jaga kesehatanmu," omel Maya.Nayra sudah pusing dengan pekerjaannya, ditambah lagi harus mendapatkan omelan dari Maya, dia serasa tidak kuat lagi dengan semua itu."Maa, tolonglah, aku pasti akan pulang tapi tidak sekarang. Mama jangan khawatir."Nayra buru-buru un
"Paa, apa kita buat rencana baru aja biar Nayra sama Septian bisa saling kenal dan lebih dekat lagi?" tanya Maya sambil bersiap-siap di dalam kamarnya. Hari ini mereka akan menghadari pernikahan Savia, siapa yang menyangka jika gadis itu akan menikah dengan Reno? Teman baik Cakra. Hendrawan yang sudah putus asa, tidak memiliki ide apapun terhadap saran dari Maya. "Lebih baik jangan dipaksakan Ma, semua yang terjadi sama Nayra, papa juga merasa bersalah. Tapi kalau saja Ezhra tidak pergi saat itu...."Hendrawan tidak melanjutkan kata-katanya. Ia tidak tahu jika Ezhra sudah kembali dan beberapa kali menemui Nayra, karena perempuan itu tidak menceritakannya pada orang tuanya. Maya pun mendekati suaminya itu dan menarik nafas berat. "Tidak ada yang salah Pa, mungkin memang takdir cinta Nayra harus seperti ini. Tugas kita sekarang hanya mendoakan dia dan mencoba berusaha agar dia mendapatkan kebahagiaannya lagi," tutur Maya tidak ingin membuat suaminya merasa bersalah. "Tapi apa yang
Berbulan bulan lamanya Nayra belum juga menandatangani surat cerai nya. Ia pikir tidak akan ada bedanya saat ini dia bercerai atau tidak. Semuanya akan tetap sama, dia tidak akan bertemu dengan Cakra dan tetap sendiri.Perempuan itu menjalani hari-harinya dengan mulai bekerja di sebuah perusahaan impiannya.Maya dan Hendrawan hendak menjodohkannya dengan Septian sekarang angkat tangan karena Nayra benar-benar tidak bisa menerimanya."Bagaimana jika dia trauma karena pernikahannya Pa?" tanya Maya saat sedang menikmati kopi bersama di ruang keluarga.Hendrawan menyeruput kopinya dengan santai. Dia tidak bisa berkomentar atas kalimat istrinya itu."Mama jadi khawatir sama dia. Jangan sampai Nayra tidak mau menerima siapapun hingga tua nanti." Maya menjadi sangat sedih saat memikirkan itu. Berbagai cara sudah ia lakukan supaya bisa membuat Nayra melupakan hubungan pernikahannya yang pernah terjadi dengan Cakra.Tapi apa yang Nayra katakan? Bagaimanapun sesuatu yang pernah terjadi padanya
Berhari-hari Nayra terdiam murung di dalam kamar miliknya. Rasa kecewanya pada Cakra masih saja memenuhi pikiran dan hatinya. Namun kejadian yang menimpa Cakra hingga membuatnya masuk penjara juga menjadi pertanyaan di hati dan pikirannya. Dulu ia menahan kesedihan karena ingin ikut bersama laki-laki itu menjalani hukumannya di desa. Ia rela menemani Cakra dan tidak tinggal di rumah orang tuanya.Sekarang ia menangis karena orang yang dulu ia bela dan ia temani sekarang tega mengkhianati. "Kamu tanda tangani saja surat cerai itu Nay. Mau tidak mau kamu harus melakukannya tanpa memikirkan apapun. Mama sudah tidak bisa lagi mentoleransi kesalahan yang laki-laki itu lakukan," ujar Maya dengan kecewa. Perempuan itu mungkin merasa lebih kecewa dari Nayra. Hati seorang ibu yang telah membesarkan anaknya hingga dewasa dengan penuh cinta, namun setelah dewasa anaknya menikah dengan laki-laki yang salah dan tidak membuatnya bahagia sungguh merupakan hal tersedih bagi Maya.Perempuan itu ber
"Jadi kamu lebih memilih laki-laki itu dan menjebaknya daripada menikah denganku?" tanya Axzo yang merupakan kekasih Verlisa.Malam hari selesai dari sebuah club, Verlisa menceritakan bahwa dia tidak bisa dan tidak mau bersama Axzo lagi. Laki-laki itu tentu tidak terima dengan apa yang Verlisa katakan dan pengakuan dari wanita itu membuatnya sakit hati."Dia pacar aku, yang sampai saat ini masih aku cintai—""Lalu kamu jadikan aku ini apa? Selama ini apakah kamu hanya pura-pura mencintaiku?" tanya Axzo dengan sesak.Laki-laki itu memarkirkan mobilnya di sebuah jalanan yang sangat sepi, bahkan mungkin hanya ada kendaraan mereka saja di jalan itu. Verlisa protes kenapa Axzo menghentikan mobilnya. Axzo keluar dari mobil dan berteriak dengan begitu kencang untuk menyalurkan emosi dirinya.Axzo sangat mencintai Verlisa, tapi wanita itu mematahkan hatinya. Baru kali ini Axzo merasa benar-benar tertekan dan sakit hati."Maafkan aku, tapi aku pikir aku bisa mencintaimu dan berusaha mencoba
Sore hari Cakra pergi ke rumah Savia karena ia tahu pasti Nayra ada di sana. Selama mereka menikah dan memiliki masalah, Nayra selalu pergi ke rumah sahabatnya itu.Laki-laki itu merasa tidak berani menemui istri dan Savia karena masalah yang terjadi. Tapi mau bagaimana? Jika ia tidak segera menyelesaikan masalah ini, maka semuanya akan semakin memburuk."Aku mau ketemu sama Nayra," ujarnya saat Savia yang membukakan pintunya."Dia lagi pergi." Savia tidak berbohong akan hal itu, Nayra memang sedang pergi ke masjid untuk menemui salah satu orang yang akan ia minta pendapat dan bisa mengambil keputusan dengan jernih.Cakra tidak percaya jika Nayra tidak ada di rumah Savia. "Aku ga percaya. Aku butuh ketemu sama dia, tolong jangan halangi aku," pintanya dengan penuh harap."Kalau dibilang ga ada ya ga ada, emangnya kalian lagi ada masalah apa lagi sih? Kok kelihatannya masalah selalu ada. Kasihan besti aku tuh kamu sakitin terus."Bukannya ingin ikut campur, Savia hanya merasa kasihan d
Nayra belum bisa menceritakan apa yang terjadi pada Savia. Masalah rumah tangganya kali ini benar-benar sudah membuatnya hampir menyerah.Ia pikir apa Cakra sebenarnya bukanlah jodohnya? Setelah ini bagaimana? Apa perpisahan adalah jalan keluarnya? "Nay, aku tahu kamu pasti lagi ada masalah, tapi aku ga akan minta kamu cerita kalau emang kamu belum mau," ujar Savia saat perempuan itu sedang makan bersama.Nayra hanya diam. Sebenarnya ia juga butuh seseorang yang bisa membantu mencari solusi untuk masalah ini tapi siapa? Bukankah apa yang terjadi ini adalah aib? Aib suaminya sendiri, yang menyakitinya dan membuat Nayra sedih.Awalnya Nayra menentang orang tuanya demi ikut dengan Cakra sebagai istrinya. Tapi apa yang ia dapatkan sekarang? Cakra menyakitinya. Jika Nayra bicara soal masalah ini dengan orang tuanya, mereka pasti akan langsung membuat Nayra dan Cakra bercerai dan tidak akan memaafkan laki-laki itu."Untuk sementara waktu ini boleh ya Sav aku nginep dulu di rumah kamu. Aku
"Kamu benar-benar udah gila Saa, aku benci sama kamu," ujar Cakra pada Verlisa yang masih berada di hotel.Perempuan itu terkejut, Cakra yang dulunya sangat mencintainya dan berjanji akan menikahinya kini mengatakan kalau dirinya membencinya?Itu sungguh tidak bisa ia terima. Verlisa menatap Cakra tidak percaya. "Benci kamu bilang? Mas Cakra Yudhistira, apa yang mengubah rasa cintamu itu jadi benci ke aku?" tanya Verlisa dengan geram. Perempuan yang awalnya duduk santai di sofa itu menatap Cakra sambil mencoba mengendalikan dirinya."Kamu ga bisa maksa aku Sa, aku udah nikah, aku sudah menyadari kalau memang Nayra yang terbaik buat aku."Cakra berhasil membuat Verlisa murka dengan ucapannya. Perempuan itu semakin benci dengan Nayra.Laki-laki itu cukup geram dan marah juga dengan apa yang terjadi. Ia berniat akan mengusir Verlisa. "Sekarang kamu pergi, ngapain kamu di sini ha? Aku udah ga bisa lagi sama kamu. Aku mau cari Nayra," ujarnya menyuruh Verlisa keluar dari kamarnya.Ucapan