Pram dan Kania sudah kuwalahan menghadapi ulah Cakra. Hari ini Pram ingin menyumbangkan sebagian tanah yang ia miliki untuk dibangun pondok pesantren."Kalau anak kamu ga bisa ngurus harta yang kita punya, lebih baik sebelum papa meninggal, beberapa harta kita setidaknya jatuh di tangan orang yang tepat," ujar Pram pada Kania.Perempuan itu tertunduk lesu. Tidak bisa berkomentar apa-apa selain daripada mendukung suaminya.Cakra yang mendengar pembicaraan orang tuanya pun tidak setuju."Pa, Cakra ini anak kandung papa sama mama. Kok kalian tega sih?""Untuk apa papa ga tega? Sekalipun kamu anak kita berdua tapi kalau kamu tidak memiliki kualifikasi menjadi pewaris keluarga ini, buat apa? Lebih baik semua warisan papa jatuh di tangan orang yang tepat."Cakra tidak percaya Pram mengatakan itu padanya. Laki-laki itu memandang Kania berharap mendapatkan pembelaan darinya. "Ma, Cakra kan juga baru berusaha kerja di kantor seperti yang kalian minta—""SEKARANG GA PERLU LAGI."Pram tiba-tiba
"Apa? Diusir? Jadi kamu mau menikah sama laki-laki yang ga punya apa-apa?" tanya Wijaya ayah Verlisa.Setelah diusir dari rumah dan tinggal di hotel, Cakra juga menceritakan hal itu pada Verlisa dan hari ini Cakra ke rumah wanita itu berniat membicarakan tentang hubungannya. "Jangan gila kamu Lisaa, kamu mau menikah dengan laki-laki yang jelas-jelas ga punya apa-apa karena diusir oleh orang tuanya?" tanya Wijaya pada Verlisa.Meskipun tidak berbicara di depan Cakra, namun laki-laki itu masih bisa mendengarnya karena nada tinggi dari Wijaya.Verlisa berusaha membujuk ayahnya, meyakinkannya bahwa Cakra laki-laki yang baik untuk dia."Ga. Papa ga akan serahin kamu pada laki-laki miskin. Sekarang dia miskin kan?"Mendengar itu hati Cakra menjadi sakit, benar apa yang ia pikirkan. Pada akhirnya harga dirinya di depan orang tua Verlisa hancur karena dirinya yang tidak memiliki apapun. "Pa, yang penting kita kan kaya, papa bisa dong tolong Cakra. Kita ini ga kekurangan uang—""DIAM KAMU VE
Sekarang Cakra tinggal di hotel untuk beberapa saat, mungkin sampai uang yang ada di tangannya habis. Ia masih memegang beberapa uang yang Pram berikan kemarin. Sekarang ia baru merasa kesulitan setelah Pram mengusirnya, oma Dewi pun tidak bisa membantunya sekarang.Verlisa juga tidak bisa berbuat apa-apa. Cakra merasa ia sedirian sekarang. Laki-laki itu memandang secarik kertas yang berisikan sebuah alamat yang Pram tuliskan. Cakra lalu mencari alamat tersebut di google maps.“Ya ampun ngapaian papa ngasih alamat ini? Dia mau aku tinggal di desa?” tanyanya saat melihat alamat tersebut di maps.Cakra menjadi kebingungan sendiri sekarang. Ia ingin meminjam uang pada Verlisa namun rasanya sangat malu. Lagi lagi soal harga diri, kalau orang tua Verlisa tahu pasti mereka akan sangat merendahkan Cakra.Tiba-tiba ada pesan masuk dari Nayra, gadis itu menanyakan keputusan Cakra. Apakah Cakra akan menceraikannya dan menikahi Verlisa atau tidak. Cakra pun meminta Nayra datang ke hotel dan me
Nayra bergegas keluar dari hotel untuk segera pulang ke rumah orang tuanya. Dia merasa sudah sangat lelah dengan hubungannya saat ini. Cakra mengikuti wanita itu, entah kenapa saat ini dia ingin sekali Nayra menemaninya. Di sisi lain Cakra merasa sudah putus asa karena keputusan orang tuanya yang sudah kecewa padanya.Malam ini langit terlihat sangat mendung, bintang yang biasa bersinar bersamaan dengan bulan pun kini seolah menghilang dan tak menampakkan diri.Nayra menunggu taksi yang dipesannya, perempuan itu sedikit cemas karena hari sudah larut malam. Dia tidak mungkin meminta bantuan Savia untuk menjemputnya.“Nay, kamu yakin mau pulang?” tanya Cakra yang menunggu Nayra hingga perempuan itu mendapatkan taksinya. “Ya maksud aku, malam ini aku butuh kamu Nay,” jujurnya tiba-tiba.Mendengar itu Nayra terkejut, dia lalu menatap Cakra yang berdiri di sampingnya. “Maksud kamu?” tanyanya.Cakra mendadak bingung karena ucapannya sendiri. Dia tergagap untuk menjelaskan isi pikirannya pa
"TAPI PEREMPUAN INI? DIA BENAR-BENAR INGIN MENGAMBILMU DARIKU."Nayra sudah lelah menghadapi Verlisa yang selalu menganggapnya sebagai pelakor karena dirinya yang menikah dengan Cakra.Nayra selalu menganggap bahwa semua itu adalah takdir. Meskipun terasa berat karena ketidakjelasan dalam hubungannya dengan Cakra, Nayra tetap menjalaninya."Sesuatu yang memang Allah takdirkan untukmu ga akan mungkin jadi milik aku Verlisa. Kalau kamu dan Cakra memang berjodoh kalian pasti akan menikah," jelas Nayra. Baginya selama belum bercerai dengan Cakra, laki-laki itu tetap jadi suaminya.Ucapan itu membuat Verlisa ingin menampar Nayra dan memakinya. "Aku dan Cakra pasti akan berjodoh kalau kamu ga ada diantara kita berdua," tegas Verlisa."Harusnya hubunganku dan Cakra baik-baik aja kalau kamu ga hadir diantara kita berdua," lanjutnya lagi.Cakra sudah pusing dengan perdebatan Verlisa dan Nayra, dia berusaha membuat Verlisa pergi dari kamar hotelnya. "Saa, please! Sekarang pulang ya, masalah hid
Hari ini Cakra ikut Nayra pulang ke rumahnya. Sejujurnya Laki-laki itu belum memiliki keberanian untuk mengatakan pada Hendrawan yang merupakan ayah dari Nayra tentang masalahnya saat ini. Nayra mengerti apa yang ada di dalam pikiran laki-laki itu. Terasa kacau dan berantakan, mungkin seperti itu penilaian Nayra terhadap Cakra."Kamu mau bilang apa sama orang tua kamu Nay?" tanya Cakra ragu. Dia sudah sangat pesimis menemui orang tua Nayra. "Orang tua kamu—""Orang tua aku bukan orang tua Verlisa mas, jangan samakan mereka dengan orang tua Verlisa," potong Nayra karena ia tahu apa yang akan Cakra katakan.Perempuan itu menatap Cakra mencoba meyakinkannya. "Tugas untuk bisa bikin mereka mengerti tentang keadaan kita ini adalah tugasku Mas. Aku tahu apa yang harus aku lakukan," jelas Nayra meyakinkan Cakra.Perempuan itu mencoba meyakinkan Cakra bahwa semua akan baik-baik saja. "Kamu ga usah khawatir soal papa mas, aku pasti bakal belain kamu kok," ujar Nayra saat mereka hampir sampai
"Ka–kamu mau apa Nay?" tanya Cakra gugup. Dia pikir Nayra akan mulai nakal padanya karena ini adalah kamar perempuan itu.Melihat ekspresi Cakra yang gugup padanya membuat Nayra ingin tersenyum lebar namun ia berusaha menahannya. "Maaass, tadi kamu bilang capek kan? Ya udah sini, berbaringlah!" suruh Nayra menjelaskan pada Cakra. "Biar aku pijitin mas, biar capeknya ilang," jelas Nayra lagi.Cakra menelan ludahnya dengan susah payah entah karena melihat kecantikan Nayra dengan pakaian tidurnya atau karena gaya bicara perempuan itu yang membuatnya menjadi tidak fokus."Eem, ga usah Nay, nanti juga ilang sendiri kok capeknya," katanya sambil mengambil jus mangga yang Nayra buat untuknya.Laki-laki itu mulai menghabiskan segelas jus itu mencoba menetralkan rasa aneh di dalam dirinya yang mulai tergoda dengan Nayra. Setelah jus itu habis, Cakra melirik Nayra di sampingnya yang ternyata memperhatikan dia saat minum tadi."Kamu yakin ga mau aku pijitin? Tangan aku ini emang kecil, tapi tet
"Nay, kamu tuh seakan nungguin laki-laki yang benar-benar cinta banget sama kamu. Aku masih belum bisa memberikan warna yang jelas sama hubungan kita ini, jadi sebaiknya kamu ga usah berharap banyak deh."Ingin rasanya Cakra mengatakan itu pada Nayra, namun ia tak mampu mengucapkannya. Akhirnya Cakra keluar dari kamar mandi dan Nayra lalu menyuruhnya untuk segera tidur karena besok adalah acara ulang tahun Bintang, keponakan Nayra."Ini ... kita sekasur?" tanya Cakra agak kikuk dan aneh.Nayra menghela nafas heran pada Cakra yang mendadak seperti itu. "Iya dong mas, memangnya kita mau rebutan tempat tidur lagi sama kaya dulu sehabis kita nikah?" tanyanya.Nayra teringat bagaimana malam pertama mereka yang digunakan untuk berdebat karena masalah tempat tidur. Tidak hanya di rumah Nayra, di rumah Cakra pun sama."Ga mungkin juga dong aku nyuruh kamu tidur di sofa? Atau aku yang di sofa. Kemarin aja kita tidur satu kasur kan? Kamu juga udah peluk aku karena kedinginan. Kalau sekarang k
Hari demi hari berlalu, bahkan sekarang sudah bertahun-tahun Nayra hidup sendiri tanpa Cakra. Baginya sesuatu yang ia anggap sebagai takdir, cara terbaik untuk menerimanya meskipun suka atau tidak adalah dengan menjalaninya dan tidak berputus asa.Suatu hari Nayra sedang sibuk melakukan acara berbagi takjil gratis di pinggir jalan. Hari ini adalah bulan puasa, dia dan teman-teman komunitasnya sibuk melakukan banyak acara-acara berbagi di bulan yang penuh arti ini.Malam hari sehabis sholat tarawih di salah satu masjid yang besar di kotanya, perempuan itu hendak pulang ke rumah karena hari sudah malam.Saat ia hendak berjalan tiba-tiba seseorang memanggilnya dan membuat perempuan itu harus menoleh ke belakang.Netra perempuan itu langsung menatap laki-laki dengan sarung dan peci hitam dengan baju koko yang berdiri tepat di depannya. Hanya berjarak beberapa meter dari dirinya berdiri saat ini.Mata laki-laki itu tampak berbinar dan tidak percaya bisa melihat Nayra di masjid ini."Nayra,
Nayra sangat pusing dengan pekerjaannya. Beberapa hari kemarin dia harus lembur karena banyak sekali yang harus ia kerjakan. Malam ini, dia juga harus berada di ruangan dalam gedung tinggi yang menjadi kantornya itu.Untung saja masih ada beberapa teman yang masih di sana dan Nayra tidak perlu takut. "Iya Ma, Nayra akan pulang setelah semua selesai," ujarnya saat Maya menghubunginya. Perempuan itu sungguh pusing melihat Nayra yang hanya menghabiskan waktunya unjuk bekerja saja, padahal ia ingin Nayra bisa mencari pasangan lagi dan menikah."Kenapa kamu harus bekerja hingga larut seperti ini Nay? Orang tuamu tidak hidup kekurangan. Apapun yang kamu inginkan masih bisa dipenuhi oleh orang tuamu. Jadi tolonglah, pulang dan jaga kesehatanmu," omel Maya.Nayra sudah pusing dengan pekerjaannya, ditambah lagi harus mendapatkan omelan dari Maya, dia serasa tidak kuat lagi dengan semua itu."Maa, tolonglah, aku pasti akan pulang tapi tidak sekarang. Mama jangan khawatir."Nayra buru-buru un
"Paa, apa kita buat rencana baru aja biar Nayra sama Septian bisa saling kenal dan lebih dekat lagi?" tanya Maya sambil bersiap-siap di dalam kamarnya. Hari ini mereka akan menghadari pernikahan Savia, siapa yang menyangka jika gadis itu akan menikah dengan Reno? Teman baik Cakra. Hendrawan yang sudah putus asa, tidak memiliki ide apapun terhadap saran dari Maya. "Lebih baik jangan dipaksakan Ma, semua yang terjadi sama Nayra, papa juga merasa bersalah. Tapi kalau saja Ezhra tidak pergi saat itu...."Hendrawan tidak melanjutkan kata-katanya. Ia tidak tahu jika Ezhra sudah kembali dan beberapa kali menemui Nayra, karena perempuan itu tidak menceritakannya pada orang tuanya. Maya pun mendekati suaminya itu dan menarik nafas berat. "Tidak ada yang salah Pa, mungkin memang takdir cinta Nayra harus seperti ini. Tugas kita sekarang hanya mendoakan dia dan mencoba berusaha agar dia mendapatkan kebahagiaannya lagi," tutur Maya tidak ingin membuat suaminya merasa bersalah. "Tapi apa yang
Berbulan bulan lamanya Nayra belum juga menandatangani surat cerai nya. Ia pikir tidak akan ada bedanya saat ini dia bercerai atau tidak. Semuanya akan tetap sama, dia tidak akan bertemu dengan Cakra dan tetap sendiri.Perempuan itu menjalani hari-harinya dengan mulai bekerja di sebuah perusahaan impiannya.Maya dan Hendrawan hendak menjodohkannya dengan Septian sekarang angkat tangan karena Nayra benar-benar tidak bisa menerimanya."Bagaimana jika dia trauma karena pernikahannya Pa?" tanya Maya saat sedang menikmati kopi bersama di ruang keluarga.Hendrawan menyeruput kopinya dengan santai. Dia tidak bisa berkomentar atas kalimat istrinya itu."Mama jadi khawatir sama dia. Jangan sampai Nayra tidak mau menerima siapapun hingga tua nanti." Maya menjadi sangat sedih saat memikirkan itu. Berbagai cara sudah ia lakukan supaya bisa membuat Nayra melupakan hubungan pernikahannya yang pernah terjadi dengan Cakra.Tapi apa yang Nayra katakan? Bagaimanapun sesuatu yang pernah terjadi padanya
Berhari-hari Nayra terdiam murung di dalam kamar miliknya. Rasa kecewanya pada Cakra masih saja memenuhi pikiran dan hatinya. Namun kejadian yang menimpa Cakra hingga membuatnya masuk penjara juga menjadi pertanyaan di hati dan pikirannya. Dulu ia menahan kesedihan karena ingin ikut bersama laki-laki itu menjalani hukumannya di desa. Ia rela menemani Cakra dan tidak tinggal di rumah orang tuanya.Sekarang ia menangis karena orang yang dulu ia bela dan ia temani sekarang tega mengkhianati. "Kamu tanda tangani saja surat cerai itu Nay. Mau tidak mau kamu harus melakukannya tanpa memikirkan apapun. Mama sudah tidak bisa lagi mentoleransi kesalahan yang laki-laki itu lakukan," ujar Maya dengan kecewa. Perempuan itu mungkin merasa lebih kecewa dari Nayra. Hati seorang ibu yang telah membesarkan anaknya hingga dewasa dengan penuh cinta, namun setelah dewasa anaknya menikah dengan laki-laki yang salah dan tidak membuatnya bahagia sungguh merupakan hal tersedih bagi Maya.Perempuan itu ber
"Jadi kamu lebih memilih laki-laki itu dan menjebaknya daripada menikah denganku?" tanya Axzo yang merupakan kekasih Verlisa.Malam hari selesai dari sebuah club, Verlisa menceritakan bahwa dia tidak bisa dan tidak mau bersama Axzo lagi. Laki-laki itu tentu tidak terima dengan apa yang Verlisa katakan dan pengakuan dari wanita itu membuatnya sakit hati."Dia pacar aku, yang sampai saat ini masih aku cintai—""Lalu kamu jadikan aku ini apa? Selama ini apakah kamu hanya pura-pura mencintaiku?" tanya Axzo dengan sesak.Laki-laki itu memarkirkan mobilnya di sebuah jalanan yang sangat sepi, bahkan mungkin hanya ada kendaraan mereka saja di jalan itu. Verlisa protes kenapa Axzo menghentikan mobilnya. Axzo keluar dari mobil dan berteriak dengan begitu kencang untuk menyalurkan emosi dirinya.Axzo sangat mencintai Verlisa, tapi wanita itu mematahkan hatinya. Baru kali ini Axzo merasa benar-benar tertekan dan sakit hati."Maafkan aku, tapi aku pikir aku bisa mencintaimu dan berusaha mencoba
Sore hari Cakra pergi ke rumah Savia karena ia tahu pasti Nayra ada di sana. Selama mereka menikah dan memiliki masalah, Nayra selalu pergi ke rumah sahabatnya itu.Laki-laki itu merasa tidak berani menemui istri dan Savia karena masalah yang terjadi. Tapi mau bagaimana? Jika ia tidak segera menyelesaikan masalah ini, maka semuanya akan semakin memburuk."Aku mau ketemu sama Nayra," ujarnya saat Savia yang membukakan pintunya."Dia lagi pergi." Savia tidak berbohong akan hal itu, Nayra memang sedang pergi ke masjid untuk menemui salah satu orang yang akan ia minta pendapat dan bisa mengambil keputusan dengan jernih.Cakra tidak percaya jika Nayra tidak ada di rumah Savia. "Aku ga percaya. Aku butuh ketemu sama dia, tolong jangan halangi aku," pintanya dengan penuh harap."Kalau dibilang ga ada ya ga ada, emangnya kalian lagi ada masalah apa lagi sih? Kok kelihatannya masalah selalu ada. Kasihan besti aku tuh kamu sakitin terus."Bukannya ingin ikut campur, Savia hanya merasa kasihan d
Nayra belum bisa menceritakan apa yang terjadi pada Savia. Masalah rumah tangganya kali ini benar-benar sudah membuatnya hampir menyerah.Ia pikir apa Cakra sebenarnya bukanlah jodohnya? Setelah ini bagaimana? Apa perpisahan adalah jalan keluarnya? "Nay, aku tahu kamu pasti lagi ada masalah, tapi aku ga akan minta kamu cerita kalau emang kamu belum mau," ujar Savia saat perempuan itu sedang makan bersama.Nayra hanya diam. Sebenarnya ia juga butuh seseorang yang bisa membantu mencari solusi untuk masalah ini tapi siapa? Bukankah apa yang terjadi ini adalah aib? Aib suaminya sendiri, yang menyakitinya dan membuat Nayra sedih.Awalnya Nayra menentang orang tuanya demi ikut dengan Cakra sebagai istrinya. Tapi apa yang ia dapatkan sekarang? Cakra menyakitinya. Jika Nayra bicara soal masalah ini dengan orang tuanya, mereka pasti akan langsung membuat Nayra dan Cakra bercerai dan tidak akan memaafkan laki-laki itu."Untuk sementara waktu ini boleh ya Sav aku nginep dulu di rumah kamu. Aku
"Kamu benar-benar udah gila Saa, aku benci sama kamu," ujar Cakra pada Verlisa yang masih berada di hotel.Perempuan itu terkejut, Cakra yang dulunya sangat mencintainya dan berjanji akan menikahinya kini mengatakan kalau dirinya membencinya?Itu sungguh tidak bisa ia terima. Verlisa menatap Cakra tidak percaya. "Benci kamu bilang? Mas Cakra Yudhistira, apa yang mengubah rasa cintamu itu jadi benci ke aku?" tanya Verlisa dengan geram. Perempuan yang awalnya duduk santai di sofa itu menatap Cakra sambil mencoba mengendalikan dirinya."Kamu ga bisa maksa aku Sa, aku udah nikah, aku sudah menyadari kalau memang Nayra yang terbaik buat aku."Cakra berhasil membuat Verlisa murka dengan ucapannya. Perempuan itu semakin benci dengan Nayra.Laki-laki itu cukup geram dan marah juga dengan apa yang terjadi. Ia berniat akan mengusir Verlisa. "Sekarang kamu pergi, ngapain kamu di sini ha? Aku udah ga bisa lagi sama kamu. Aku mau cari Nayra," ujarnya menyuruh Verlisa keluar dari kamarnya.Ucapan