"Ternyata selama ini bukan diselundupkan di dalam bagasi ataupun kabin. Namun memanfaatkan kru penerbangan," gumam Alice Selain tidak terdeteksi oleh alat apapun, jika dititipkan melalui kru penerbangan, maka agen-agen rahasia juga akan terkecoh. Pantas saja, selama dua bulan ini para agen rahasia tidak bisa menangkap pelaku penyelundupan bom kepada teroris. Mereka hanya berhasil mendapat info, bahwa bahan peledak untuk rencana 'puncak' hampir terpenuhi. Diketahui, rencana 'puncak' itu sendiri adalah kode rahasia para teroris untuk penyerangan pada saat konferensi seluruh kepala negara di dunia yang akan dilaksanakan bulan depan di Paris. 'Apa pengiriman bom ini hanya berlangsung ketika Katy terbang ke negara Lugano saja? Atau setiap kali di jadwal penerbangan Katy, mereka menyelundupkannya?' pikir Alice. Alice kemudian segera menjahit kembali boneka seperti keadaannya semula. Alice harus menyelidiki dulu alasan di balik tindakan Katy. Bukan mustahil, jika dia melakukannya karen
Setelah jadwal penerbangan 3 hari penuh, Alice akan mendapatkan jatah cuti selama satu hari. Alice hari ini tidak ada kegiatan apapun, dia hanya bersantai dan membersihkan kamar apartemennya. Setelah pekerjaannya selesai, dia menelepon Liam untuk melaporkan hasil penyelidikannya, karena Alice bekerja sebagai agen rahasia yang direkomendasikan Negara Casia. "Sensei, aku rasa kelompok dunia bawah ingin membalaskan dendam Peter Aldimor. Ternyata selama ini Mario mengirimkan bahan peledak jenis C4 terbaru, melalui kru pesawat terbang. Aku berhasil menyelinap dan memeriksa hasil rekaman kamera pengawas di Bandara Lugano selama 3 hari berturut-turut. Mario dan Katy selalu bertemu di jam yang sama. Mario memberikan berbagai macam hadiah untuk Katy setiap kali bertemu. Aku rasa, semua hadiah itu adalah kedok untuk menutupi pengiriman bom." "Bagus, Alice. Sekarang tugasmu adalah mencari kemana dan siapa yang mengumpulkan bahan peledak itu. Jika kita berhasil menyergap mereka, maka rencan
Untuk menghabiskan waktu, Alice menyewa sepeda dan berkeliling di kota. Terkadang dia singgah untuk sekedar bersantai di tepi-tepi kanal sungai. "Sungainya sangat bersih. Lain kali aku akan mencoba menaiki perahu-perahu cantik itu," gumamnya sambil melihat jam tangannya. "Sudah pukul 17.00. Sudah saatnya aku kembali ke bandara untuk bersiap." Alice bersepeda menuju ke tempat penyewaan sepeda, untuk mengembalikan sepedanya. Tidak disangka dia justru bertemu lagi dengan Bram. Bram juga sedang mengembalikan sepeda sewaannya. "Ayo, kita kembali ke bandara bersama. Aku sudah memesan taksi mobil," ujar Bram pada Alice. "Pusher Bram, kamu duluan saja. Aku lupa untuk membeli sesuatu." Alice mencoba menghindar dan pergi ke arah yang berbeda. Namun, Bram justru mencekal pergelangan tangan Alice dan membawanya masuk ke dalam taksi mobil yang dipesannya. "Hey, apa-apaan ini?" Alice menjerit karena terkejut dia tiba-tiba sudah ditarik masuk ke dalam taksi. Buagh Pintu taksi mobil
"Bos, sampai kapan kita akan berpelukan? Jika Pamanku melihat kita seperti ini, dia akan mengeluarkanku dari daftar anggota keluarga!" Jake bergurau kepada Alice. "Ya ampun, aku hampir lupa jika kamu sekarang adalah Jenderal Casia yang terkenal akan ketampanannya. Jika wartawan mengenali dirimu, pasti sebentar lagi akan heboh!" Alice berbicara dengan berbisik sambil memeluk Jake. Untunglah Jake saat ini sedang menggunakan kacamata hitam dan topi, sehingga wajahnya tidak terlihat jelas. Bagi orang-orang di sekitar yang melihat keduanya, pasti merasa pasangan itu sedang dimabuk asmara hingga berpelukan lama ditempat umum. Katy berjalan mendekati Bram, "Ternyata Alicia sudah punya pacar ya. Mereka terlihat sangat serasi. Pria itu tampan sekali." Bram tidak menghiraukan Katy, dia berjalan pergi menuju ke parkiran mobilnya. "Ayo, kita pulang sekarang!" Alice memegang tangan Jake dan membawanya pergi naik taksi mobil. "Apa yang sedang kamu lakukan disini Jake?" "Oh, beberapa
Pukul 07.40 pagi ini, Alice, Sonia, Teddy dan Katy telah siap di dalam pesawat maskapai France Airlines dengan tujuan Lugano. Mereka menyambut para penumpang dan mengarahkan mereka untuk duduk di bangku penumpang sesuai dengan tiket penumpang. "Hai, Sayang!" Jake menyapa Alice yang berdiri di pintu masuk pesawat. Mata Alice melebar seketika, 'Apa yang dilakukannya di sini?' batin Alice. Sonia yang mendengar perkataan Jake, berbisik pada Alice, "Alice, dia kekasihmu?" Dahi Alice mengkerut seketika, meski begitu wajahnya tersenyum dan dia berkata dengan nada rendah, "Ya." Sonia tidak berbicara, namun memberikan tatapan dan senyuman yang seolah berkata pada Alice 'Wow, keren!', sambil mengacungkan jempolnya sekilas. Mereka melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan profesionalitas. Pada saat bekerja mereka tidak melakukan obrolan yang tidak diperlukan. Dari mulai pesawat lepas landas, mengudara dan mendarat dengan sempurna di Lugano, semua berjalan dengan lancar.
"Ada apa? Dari tadi kamu seolah sedang memikirkan sesuatu?" Jake menatap alis dan dahi Alice yang sedari tadi sebentar-sebentar berkerut. "Jake, sebaiknya kita kembali ke Bandara. Aku ingin memastikan sesuatu." Alice dan Jake tadinya sudah sampai di pusat kota Lugano dan hendak berjalan-jalan menikmati pemandangan kota yang terletak di pegunungan dan pinggir laut itu. Namun Alice baru menyadari sesuatu keanehan. Mereka memanggil sebuah taksi mobil dan bergegas kembali ke Bandara. "Alice, bisakah kamu menjelaskan kepadaku ada apa sebenarnya?" Jake bertanya dengan penuh rasa penasaran. Jake berbicara dengan bahasa Casia agar supir taksi tidak memahami apa yang mereka bicarakan. Alice pun berbicara pada Jake dalam bahasa Casia, "Aku rasa mereka menyadari bahwa kita mengawasi mereka Jake. Entah sejak kapan, bisa saja karena mereka mengenalimu. Atau mungkin_ Mario memang sudah tahu bahwa yang bertemu dengannya di bandara waktu itu adalah aku." "Maksudmu adalah Sonia, rekanmu ya
Alice dan Jake memang berjalan-jalan di kota Laguna, namun mereka lebih fokus untuk membahas rencana yang akan mereka lakukan selanjutnya. "Jake, sudah waktunya untuk kembali ke bandara." Alice melihat pada jam tangannya, saat ini sudah pukul 17.30. "Oke, kita kembali sekarang." Jake kemudian menghentikan sebuah taksi mobil. Dalam beberapa menit, Alice dan Jake telah tiba di Bandara Laguna. "Apa ada kabar dari Wella dan Henry, Jake?" tanya Alice pada Jake sambil mereka berjalan beriringan. "Seharusnya mereka saat ini telah tiba diruang transit. Mereka akan ikut penerbangan dari Laguna menuju Paris bersama kita." "Baguslah. Aku akan ke ruang ganti kru maskapai. Sampai jumpa, Jake." "Ya, hati-hatilah." Alice masuk ke dalam ruang ganti khusus wanita dan disana telah ada Katy dan Sonia. "Wajahmu sangat ceria, Alice. Apakah kamu bersenang-senang?" tanya Sonia. "Ya, kota ini cukup indah dan menyenangkan untuk berwisata." Alice menjawab sekenanya. Katy mengeluarkan sebu
Pukul 18.00 di Bandara Laguna, "Jake, aku akan ke ruang ganti sekarang. Sampai jumpa." "Ya, berhati-hati lah!" Jake menatap punggung Alice hingga dia masuk dan tidak terlihat di balik pintu masuk ruang ganti kru maskapai. "Apa kamu akan terus menerus mengikutinya seperti bayangan, Gavin Welbert? Jake menatap ke arah pria berhoodie dan berkacamata hitam yang sedang membaca koran di sebuah kursi. "Aku tidak ingin kehilangan jejaknya lagi." Gavin berdeham."Sampai kapan kamu hanya akan mengikutinya? Tidakkah sebaiknya kamu bertemu dan membicarakannya dengannya?""Aku memang akan melakukannya!" jawab Gavin datar. "Tapi saat sekarang ini Alice sedang melakukan misi berbahaya dan_" Jake mendadak terdiam, dia fokus dengan alat pendengar yang terpasang di telinganya. Dia berdiri di hadapan Gavin dengan wajah tegang. "Ada apa?" tanya Gavin, namun Jake tidak menghiraukannya. Setelah beberapa saat, Jake berjalan menuju ke ruang ganti kru maskapai. "HEI, JAKE! ADA APA?" Gavin mera