“Kalian lama sekali sampainya? Kalian mampir ke mana?” tanya Queen yang menunggu di rumah dengan pakaian yang masih sama seperti tadi.Memang tadi setelah melakukan pernikahan itu, Queen langsung berbaur dengan tamu lainnya sehingga tidak melihat lagi kapan Brian membawa Naomi pergi dari tempat itu. Saat pulang pun, Queen menunggu mereka dan tak kunjung datang.Baru setelah dua jam menunggu, Queen melihat Brian dan Naomi memasuki mansion. Deru mobil sport Brian tentu saja tidak terdengar sampai ke dalam mansion. Semua itu karena memang mobil itu mempunyai suara mesin yang sangat halus hampir tak terdengar.“Kau menunggu kami, Queen?” tanya Naomi tanpa menjawab pertanyaan gadis itu.“Tentu. Aku ingin mengajakmu ke kamarku. Apa kau mau, Nao? Ayolah ...,” desak Queen dengan wajah berbinar.“Hmm ... tapi, aku sangat lelah, Queen. Aku ingin tidur sejenak. Bagaimana kalau nanti malam saja?”“Nanti malam? Apa kau tidak akan malam pertama? Aku tidak ingin mengganggu malam pertama kalian.”Na
“Ada apa, Mi? Kenapa tidak boleh aku mencobanya? Bukan kah ini bubur sehat dan bergizi? Siapa pun tentu saja boleh mencobanya bukan?” tanya Queen dan mengerutkan keningnya dengan penuh rasa penasaran.Paulina tidak langsung menjawab pertanyaan Queen dan seperti sedang memikirkan jawaban yang tepat untuk tidak membuat Queen bertanya lebih lanjut. “Mami sudah memasukkan obat untuk King di dalam bubur yang ini. Obat kapsul yang harus dicampur dengan bubur seperti yang dokter katakan dan perintahkan,” terang Paulina pada akhirnya kepada Queen.“Oh, begitu kah? Baiklah. Aku akan mencoba yang ada di dapur saja nanti. Apakah itu boleh?”“Tentu saja, Sayang. Kau boleh menikmatinya sesuka hatimu.”“Baiklah. Mami silakan lanjutkan menyuapi King, dan terima kasih karena sudah menyayangi juga merawat King seperti anakmu sendiri, Moms. Seperti kau menyayangiku sejak kecil,” ungkap Queen dengan tulus dan juga senyum yang indah.“Itu bukan masalah besar, Sayang. Kalian sama di mataku dan aku mencint
Auriel berjalan dengan cepat menuju kamar putranya dan meletakkan semua tanaman herbal di dapur. Dia sudah meminta Meryln untuk menjaga semua tanaman yang dipetiknya itu sampai dia selesai memeriksa King. Saat Auriel sampai di kamar King, matanya tak bisa percaya bahwa saat ini King sedang duduk di sisi ranjang dan menoleh padanya dengan senyum yang merekah.“Sayang ... kau sudah bangun, Nak?” tanya Auriel dan belari menghambur ke pelukan King.Dia terlalu bahagia sampai lupa bahwa perut putranya masih terluka. Auriel langsung mengurai lagi pelukannya dan kemudian King meminta Auriel mengunci pintu kamarnya terlebih dahulu. Auriel dengan cepat melakukan semua itu dan kemudian kembali ke sisi King.“Nak ... kapan kau sadar? Kenapa kau tidak memanggil Mami?” tanya Auriel sekali lagi pada putranya.“Tenang lah, Mom. Dan pelankan suaramu. Aku tidak ingin ada yang tahu bahwa aku sudah sadar. Semua ini adalah rahasia sampai kita bisa membuktikan dia bersalah.” King menjawab dengan kalimat y
“Tidak ada apa-apa. Tadi aku hanya keluar sebentar dan ternyata suster itu sudah selesai memeriksa keadaan King,” jawab Paulina yang sejurus kemudian melempar senyuman yang seperti biasa.“Oh begitu. Iya, Kak. King sudah diberikan bubur dan ditelannya dengan sangat baik. Semoga saja setelah ini King bisa kembali sadar,” ucap Auriel yang terdengar sangat penuh harap.“Amin . kita selalu mendoakan yang terbaik untuk King dan aku yakin dia pasti akan segera sembuh. Orang-orang menyayanginya dengan sepenuh hati dan itu cukup untuk memberikannya kekuatan.”“Kau sangat benar, Kak. Kalau begitu, ayo kita duduk dan minum teh.”“Tapi ... bagaimana dengan King? Tidak ada yang menjaganya di dalam.”“Tidak apa-apa, Kak. Aku tahu dia akan selalu menjaga dirinya dengan baik meski dia masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Putraku adalah pria yang hebat dan kuat,” ungkap Auriel membanggakan King pada Paulina dengan sangat tulus dan sungguh-sungguh.“Kau benar, Sayang. Putramu adalah pria yang kuat
“Apa Brian sudah pergi?” tanya Zahra pada Merlyn.“Sudah, Nyonya Besar. Apa ada yang bisa aku lakukan untukmu?”Merlyn bertanya dengan sedikit ragu tepat setelah menjawab pertanyaan Zahra. Wanita itu satu-satunya anak Albert dan Olivia yang masih hidup. Meski usianya sudah tidak lagi muda, dan sudah setengah abad lebih itu masih tetap saja muda dan cantik seperti dulu.Zahra baru saja menghempaskan bokongnya di sofa mahal limited edition tentunya di seluruh dunia. Dia memang sengaja datang ke mansion karena ada urusan penting yang harus dia selesaikan di sini. Namun, ternyata Brian sudah pergi ke luar negeri untuk melakukan perjlanan bisnis. Sepertinya, Zahra terlambat beberapa menit menemui keponakannya itu.Dengan kaki bersilang, Zahra menatap sekeliling ruangan yang masih saja tetap sama. Tidak ada yang berubah dan tadi pagi pun Zahra bersama Dayana dan Gerald menghadairi pernikahan Brian. Hanya saja, mereka harus pulang terlebih dahulu karena Dayana harus segera berangkat ke Bali
Naomi masih tidak bisa melupakan apa yang tadi dikatakan oleh Zahra kepadanya. Wanita tua yang dia panggil sebagai Mami itu pun mengatakan bahwa Brian sangat sehat dalam segalanya. Dan itu juga akan membuat dirinya mengandung anak yang sangat banyak dari benih Brian – keturunan keluarga Albert generasi ketiga.“Ya Tuhan! Apa yang baru saja aku pikirkan? Bagaimana aku akan melahirkan banyak anak pria mesum itu? Aku bahkan tidak mau ditiduri olehnya. Aku akan selalu mencari cara agar tidak melakukan hal itu dengannya. Tapi ... jika dia memaksa dan melakukannya dengan sedikit kekerasan bagaimana? Aku bisa apa jika itu memang benar terjadi?” Naomi benar-benar merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa lagi jika hal itu tidak bisa dihindarinya suatu hari nanti. Dia bisa melihat bahwa Brian adalah seorang pria dengan tipe memaksa. Dan dia tidak akan membiarkan Naomi lepas begitu saja.Saat ini sudah malam dan Naomi masih mengenakan pakaian pengantinnya. Sementara, pengantin pria entah
Brian jelas tidak bisa fokus setelah melihat foto itu karena di dalam gambar yang diterimanya itu juga tampak menu berbeda di atas meja makan. Brian tidak pernah mendapatkan menu itu selama hidupnya dan selama tinggal di dalam mansion. Mana mungkin koki terbaik di dalam mansion itu akan memasak menu-menu yang sederhana seperti di atas meja makannya saat ini.“Bagaimana mereka semua bisa tampak bahagia dengan makanan itu? Apa makanan yang ada di meja makan itu sebenarnya? Kenapa aku tidak pernah melihatnya sebelum ini?” tanya Brian dengan terus mematut layar ponselnya.“Foto dan makanan apa yang sedang Anda maksud, Tuan Muda?” tanya Charlos pada akhirnya karena juga merasa sangat penasaran.“Istriku baru saja mengirim pesan dan itu ternyata sebuah foto. Kau ingin liat? Ini tidak seperti foto yang aku harapkan akan dia kirimkan malam ini,” jawab Brian dengan seringai yang membuat Charlos tidak berani lagi untuk penasaran.Dan baru saja, Brian menyebut kata istri untuk menyampaikan bahw
“Bagaimana, Sayang? Apa kau berhasil bertemu dengan Brian semalam?” tanya Gerald lembut.“Tidak. Dia sudah pergi sebelum aku datang. Aku akan menemuinya lagi saat dia pulang.”“Baiklah kalau begitu. Tapi, aku pikir itu tidak perlu. Biarkan saja jika memang Dayana mendapatkan hak warisan yang sama dengan Brian, Queen, dan King.”“Tapi, Dayana tidak mau itu, Sayang. Kau tidak dengar dia mengatakan hal itu semalam? Dia hanya ingin menikmati yang kau berikan padanya karena dia tidak ingin ada perdebatan di kemudian hari antara saudara sepupunya. Maaf, tapi bagaimana pun mereka tidak kandung dan aku takut Brian atau yang lainnya akan menyakiti hati putriku dengan kenyataan itu,” ungkap Zahra dengan sangat frustasi. Hal itu memang benar adanya dan Gerald tidak akan menyangkal yang baru saja dijelaskan oleh istrinya. Dayana memang bukan putri kandung Zahra dan itu artinya dia bukan lah darah daging dan keturunan Albert. Hal yang membuat Dayana seharusnya tidak mendapatkan apa-apa dari harta
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka