Setelah kepergian Geralad dan Dayana dari rumah itu, hati Zahra tidak bisa tenang. Sejujurnya, di usia yang tidak lagi muda, tentu saja Zahra berharap bahwa dia bisa mengetahui ke mana sebenarnya Gerald dan Dayana pergi pagi-pagi begini.Namun, Zahra benar-benar tidak bisa meninggalkan sesuatu yang penting yang akan dia lakukan pagi ini di perusahaan ayahnya. Zahra harus pergi menggantikan Brian dalam pertemuan penting di perusahaan itu karena dia baru saja mendapatkan kabar bahwa King tidak dalam keadaan sehat beberapa hari ini.Di dalam mobil Dayana dan Gerald masih merasa tidak sampai hati karena sudah membuat Zahra bersedih di rumah. Namun, mereka tidak ada pilihan lain dan tetap harus melakukan hal itu. Gerald masih terngiang ucapan Zahra yagn membahas tentang dirinya yang sudah jadi wanita mandul.“Aku tidak tahan melihat ekspresi bingung dan sedih mami tadi, Dad. Rasanya, aku ingin membongkar semuanya dan memeluk mami dengan erat.” Dayana berkata dengan nada yang terdengar sang
“Siapa yang baru saja kau panggil dengan sebutan pelacur?” tanya Dayana tak kalah emosi mendengar ucapan si pria yang baru saja menghampirinya itu.“Aku tidak berbicara dengan wanita lain di sini selain denganmu,” jawabnya dengan enteng.“Jaga bicaramu, Pecundang! Aku ini Nona Muda keluarga terpandang. Kau tidak tahu siapa orang tuaku? Atau mungkin ... kau perlu tahu siapa nama kakekku?” tanya Dayana yang saat ini sengaja membanggakan silsilah keluarganya karena merasa hal itu menguntungkan saat ini.“Aku tidak perlu tahu tentang semua itu. Kau sendirian di sini dan berpakaian seperti ini untuk mengundang birahi pria. Kau bahkan memakai trik murahan seperti itu untuk mendapatkan bayaran tinggi,” ejek pria bernama Marcelino itu pada Dayana.“Apa urusanmu dengan pakaian yang aku kenakan? Itu tidak akan mengurangi saldo di rekeningmu dan itu tidak membuatmu malu! Satu lagi, aku tidak perlu uangmu itu karena hartaku saja tidak akan habis meski sudah aku hambur-hamburkan.”“Sombong sekali,
“Tenanglah, Na. Aku akan selalu menjagamu!” seru Samuel pada Dayana.Kalimat sederhana dan singkat itu nyatanya mampu membuat Dayana diam tak bergeming di balik punggung Samuel. Pria itu masih saja melindungi Dayana dengan tubuhnya dan berusaha untuk memancing amarah Marcel. Dia tidak tahu nama pria yang menyelamatkannya saat ini, tapi dia merasa seperti panggilan itu tidak asing bagi Dayana.Tidak banyak orang yang memanggil dirinya dengan sebutan ‘Na’ seperti tadi, bahkan bisa dikatakan nyaris tidak ada. Dayana tidak mengerti mengapa saat ini jantungnya berdebar tidak karuan karena mengingat panggilan Samuel tadi.Dor! Dor! Dor!Tiga kali suara tembakan terdengar di udara dan yang ketiga seiring dengan berbaliknya tubuh Samuel untuk menutupi tubuh Dayana. Dayana masih terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa saat ini. Yang jelas, dia merasa pria itu memeluknya dengan sangat erat. Dari balik punggung Samuel, Dayana bisa melihat Marcel yang masih berdiri dengan menyeringai seraya pis
“Di mana aku sekarang?” tanya Samuel saat baru saja berhasil membuka matanya.Kebetulan, hanya ada seorang suster yang menjaganya saat ini. Baru tiga jam setelah operasi itu berhasil dilakukan. Dayana sedang pergi sebentar karena Gerald dan Zahra sedang bertengkar hebat di parkiran rumah sakit.“Anda di rumah sakit, Tuan. Anda baru saja menjalani operasi pengangkatan peluru dari dalam sela jantung dan hati Anda,” jawab perawat itu dan langsung memeriksa keadaan Samuel secara menyeluruh.“Di mana gadis itu?” tanya Samuel lagi karena dia yakin, Dayana lah yang membawanya ke rumah sakit. Terakhir kali dia terkena tembakan dari Marcel dengan memeluk tubuh wanita yang selalu mengisi relung hatinya itu.“Dia sedang ada urusan sebentar. Katanya tidak akan lama dan nona muda akan segera kembali lagi. Dia memintaku untuk mengawasi dan menjaga Anda di sini dan memberitahunya jika terjadi sesuatu,” jawab perawat dan mengeluarkan ponsel dari saku baju dinasnya.“Apa yang akan kau lakukan?”“Aku a
“Jangan sampai ada yang mengikuti kita!” titah Samuel pada sopirnya.Sopir itu bernama Erik dan dia adalah orang kepercyaan Samuel, tapi jarang terlihat. Kecuali saat Samuel benar-benar membutuhkannya, baru lah pria itu akan muncul tanpa perlu membuat Samuel menunggu lama.Samuel berbaring di kursi belakang dan membuka jas putih yang di dalamnya juga memakai baju kaos oblong khas rumah sakit. Pria itu merobek paksa baju itu dan tampak lah dada yang tadi sudah diperban oleh dokter sudah merah oleh darah.“Kau terluka parah, Tuan Muda.”“Jangan hiraukan aku. Terus lah menyetir, Erik!” seru Samuel dengan suara serak menahan rasa sakit di bagian dadanya.Itu bukan luka baru baginya, karena Samuel sudah berulang kali kembali dari kematian. Tuhan masih sayang padanya sehingga sampai saat ini Samuel masih tetap bernafas dan hidup dengan baik. Atau terkadang, Samuel berpikir semua itu karena Tuhan belum mengabulkan keinginannya yang terakhir. Yang membuat Tuhan enggan mencabut nyawanya dan be
“Nona, ini dia data yang Anda minta.” Seorang perawat sudah mengirimkan salinan data pasien yang diminta oleh Dayana dan mengirimkannya melalaui email.“Baik. Terima kasih sudah membantuku,” ucap Dayana tulus dan tersenyum.Sejujurnya, dia adalah gadis yang bersahaja seperti Zahra. Tidak sombong dan tidak pernah membedakan orang lain dengan dirinya. Tentu saja itu mungkin, karena Dayana tumbuh dalam pengasuhan Zahra.Dayana kembali ke rumah dan mendapati rumah dalam keadaan kosong. Ya, tentu saja rumah kosong karena Gerald dan Zahra mungkin saja masih berada di kamar hotel itu sekarang. Sebenarnya, Dayana dan Gerald sudah merencanakan semua itu sejak awal. Hal itu karena hari ini adalah hari ulang tahun Zahra.Mereka berdua ingin memberikan sebuah kejutan spesial di hari ulang tahun Zahra. Akan tetapi, sebelum hadiah itu diberikan tentu saja harus ada sedikit drama yang akan membuat Zahra marah dan kesal. Bahkan, semua itu sudah di luar prediksi Gerald dan Dayana karena Zahra ternyata
“Aku hanya bertanya, Bibi. Kenapa kau tampak cemas?” tanya Brian justru membuat Merlyn kembali tegang dan gugup.“Ah ... ti-tidak. Aku pikir kau sedang mencurigai aku dalam sesuatu hal,” jawab Merlyn dan kemudian membuka sepatu Brian. Menggantinya dengan sendal rumah yang tampak lucu dan membuat kening pria itu mengernyit heran.“Mencurigai apa? Dan ... siapa yang mengganti sendal rumah menjadi seperti ini?” tanya Brian dengan suara tegas.“Itu ... Nyonya Muda yang sudah mengganti semuanya.”“Maksudmu Naomi?”“Benar, Tuan Muda. Kemarin dia pergi berbelanja dengan Nona Muda dan pulang dengan banyak barang belanjaan. Aku pikir dia sudah menghabiskan cukup banyak uangmu, Tuan.”“Aku tahu karena itu masuk ke dalam ponselku. Biarkan saja dia berbelanja sesukanya, dan aku yakin itu semua adalah atas dorongan Queen.” Brian berkata dengan menyunggingkan senyum.“Kalau tidak ada lagi, aku akan kembali ke dapur untuk memeriksa para pekerja di sana, Tuan. Anda bisa memanggilku saat butuh sesuatu
Naomi merasakan hembusan napas Brian yang berat dan hangat di punggungnya. Wanita itu tidak berani bergerak sedikit pun karena takut jika Brian terganggu dan marah. Dia sungguh tidak ingin Brian melakukan yang lebih lagi.Jantungnya berdegup sangat kencang saat ini. Tangan Brian yang kekar begitu erat memeluk perutnya. Brian sudah tertidur dan Naomi mendengar dengkuran halus dari mulutnya. Itu tidak membuat Naomi ilfeel sama sekali. Justru, Naomi menganggap bahwa Brian sangat jantan dengan suara dengkurannya itu.“Ya Tuhan. Kapan aku bisa lepas dari pelukannya? Tubuhku rasanya kram sekali,” batin Naomi mengeluhka keadaannya saat ini.“Apa yang terjadi sekarang? Kau lelah?” tanya Brian seolah mendengar suara hati Naomi.Wanita itu jelas terkejut dan tercengang, hingga dengan cepat melepaskan tangan Brian dari tubuhnya. Naomi beringsut dan menatap Brian dengan heran. Matanya berkedip kedip seperti masih tidak percaya mendengar pertanyaan lelaki itu.“Apa yang baru saja kau katakan? Apa
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka