“Apa maksudmu dengan aku menjebakmu? Dasar gadis tidak waras,” gumam Brian dan kemudian keluar dari kamarnya seraya tersenyum manis.Langka. Itu lah hal yang seharusnya diberikan saat ada yang melihat Brian tersenyum dengan manis seperti itu. Brian selalu memasang wajah dingin dan tak bersahabat pada semua orang selama ini. Hanya semenjak kehadiran Naomi, sepertinya bibir Brian sangat mudah tertarik dan membentuk sebuah senyuman.“Ke mana lagi dia malam-malam begini? Bukan kah ini waktunya tidur?” tanya Naomi yang menyadari bahwa Brian keluar dari kamar tidur.“Ya Tuhan ... apa yang terjadi padaku tadi? Kenapa aku begitu memalukan? Dia pasti senang karena sudah berhasil mengerjaiku seperti itu. Kenapa saat di dekatnya aku seperti terkena hipnotis? Aku tidak bisa melawan dan aku justru mendekat kepadanya. Seolah dia seperti sebuah magnet yang terus membuatku ingin menempel padanya,” gerutu Naomi yang tak habis pikir dengan semua keadaan yang membuatnya bingung dan hampir gila itu.Baga
Benar saja dugaan King bahwa yang datang itu adalah ibunya – Auriel. Awalnya Auriel sangat terkejut karena ada Brian di dalam kamar anaknya. Apalagi, saat ini kondisi King dalam keadaan sadar. Tidak seperti biasa yang mana dia berpura-pura koma.“Ada apa di sini, Nak?” tanya Auriel kepada King dengan heran.“Tidak ada apa-apa, Bibi. Aku dan King hanya mengobrol sedikit.” Brian mengambil jawaban sebelum King membuka suara.“Jadi, kau sudah tahu kalau King ....”“Ya, Bibi. Aku sudah tahu dan itu tidak masalah bagiku. Aku percaya pada keputusan dan rencanya. Semoga secepatnya semua ini bisa terungkap dan aku sendiri yang akan memberikan hukuman itu dengan kedua tanganku.”“Jangan bicara seperti itu, Kak. Aku takut ... takut kalau kau tidak akan bisa melakukannya. Serahkan saja semuanya padaku dan tetap lah dengan urusan atau pekerjaanmu, Kak. Jangan hiraukan masalah ini, kumohon.” King berkata dengan nada serius dan tampak sangat meminta pengertian dari Brian.Brian tidak mengerti apa at
Percakapan antara dua orang pria berbeda kasta dan tahta itu pun berakhir dengan minum anggur bersama. Di ruang kerjanya, Brian minum terlalu banyak dan itu tidak pernah terjadi sebelumnya.“Sudah, Tuan. Anda sudah terlalu banyak minum sejak tadi,” cegah Charlos saat Brian akan mengambil sebotol anggur lagi di lemari rahasianya.Jalannya sudah sangat sempoyongan dan Charlos berjaga-jaga di dekatnya. Tubuh Charlos punya toleransi yang cukup bagus untuk minuman alkohol. Jadi, tidak masalah baginya minum dua sampai tiga botol anggur dalam sekali waktu.“Aku masih haus, Charl. Kau jangan melarangku minum!” hardik Brian yang tidak terdengar seperti suara hardikan lagi.“Aku tidak ingin kau sakit karena terlalu banyak minm, Tuan. Kau belum terbiasa minum sebanyak ini,” ucap Charlos lagi dengan penuh perhatian.Namun, langkahnya terus mengikuti Brian dan berhenti di depan sebuah lemari buku yang besar dan rapi. Dengan sekali pencet saja, lemari itu berputar dan akhirnya menampilkan jejeran b
“Apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Queen yang juga datang ke ruang kerja itu karena mendengar suara keributan di sana.Maklum saja, suasana malam yang hening dan juga sepi membuat semua yang harusnya tidak terdengar menjadi terdengar. Apalagi, pintu ruang kerja Brian terbuka lebar sehingga suara bisa sampai ke seluruh penjuru rumah.“Haaahh ... a-apa yang sedang kalian lakukan? Apa yang akan kau lakukan pada kak Brian, Charlos?” tanya Queen tak bisa percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.“Ini tidak seperti yang kalian duga, Bibi, Nona Muda. Tolong jangan salah paham dulu!” ucap Charlos yang jelas sangat panik melihat ekspresi kedua orang itu.“Jelaskan nanti, Charlos. Sekarang, bawa kak Brian ke kamarnya. Kenapa bisa seperti ini?” tanya Queen yang panik dan mengomeli keadaan itu.“Biar aku buatkan teh jahe dengan susu beruang untuk tuan muda,” ucap Merlyn langsung bergegas pergi ke dapur.“Terima kasih, Bibi.” Queen masih menyempatkan mengucap kata terima kasih.Charlos masih
“Queen! Apa maksudmu?” tanya Naomi yang saat menoleh dan ternyata Queen berdiri tidak jauh dari anak tangga itu menatapnya cemas.“Kau tidak akan bisa melihat semua itu, Nao! Dia terlihat sangat mengerikan sekarang,” ucap Queen bergidik ngeri.“Memangnya dia kenapa? Apa yang terjadi pada Brian?” tanya Naomi semakin penasaran.“Bukannya kau sudah dipanggil oleh Charlos tadi? Dia pasti sudah memberitahumu tentang keadaan Brian saat ini.”“Ya. Dia memang datang dan memintaku membujuk Brian agar kembali ke kamar. Katanya, Brian mabuk dan membuat kekacauan di ruang kerjanya.”“Kau benar sekali, Nao. Semuanya sangat kacau di sana saat ini. Brian dan Charlos ... mereka berdua sepertinya ....”Queen tidak melanjutkan ucapannya karena sudah merasa ngeri terlebih dahulu membayangkan semua yang tadi terjadi di sana. Dia masih ngeri membayangkan Charlos dan Brian yang tampak mesra dengan kemesuman yang terjadi tadi. Tidak bisa dibayangkan oleh Queen apa yang akan kedua orang pria itu lakukan jika
Brian masih menatap wajah Naomi dengan lekat dan membuat gadis itu bahkan sulit menelan ludahnya. Dia bahkan tidak sanggup meneruskan kalimat ancaman yang tadinya ingin dia layangkan kepada pria di atas tubuhnya itu.“Apa? Atau apa? Kenapa kau tidak melanjutkannya?” tanya Brian dengan mengusap wajah Naomi dengan ujung jari telunjuknya.“Jangan menggoda dan menyentuhku seperti itu!” tegas Naomi dan melototi Brian.“Apa salahnya? Kau adalah istriku dan aku berhak menyentuhmu,” ucap Brian dengan senyum liciknya.“Kau tidak bisa mengambil kesempatan dalam kesempitan seperti ini, Brian. Kau membohongiku!”“Aku tidak membohongimu, Sayang. Aku benar-benar masih dalam keadaan mabuk saat ini, tapi aku bisa sadar dengan yang aku lakukan.”“Kalau begitu, menjauh lah dariku!” usir Naomi lagi.Dia tidak mengerti apa yang terjadi saat ini pada Brian dan dirinya. Jantungnya berdebar kencang seperti sedang berpacu dengan pikirannya. Dia ingin lepas dari kukungan tubuh pria itu sekarang, tapi tubuhnya
“Kau tidur, Nao?” tanya Brian saat mendengar suara dengkuran halus dari wanita yang berada dalam dekapannya itu.Hening. Tidak ada suara dan jawaban sama sekali dari orang yang dipanggilnya, sehingga Brian berinisiatif untuk bergerak mundur sedikit. Dia ingin melihat apakah Naomi benar-benar tertidur hanya berpura-pura agar bisa menghindarinya lagi malam ini.“Ternyata kau sangat cantik, Nao!” bisik Brian saat menatap wajah polos istrinya itu. Bulu mata yang lentik dan kelopak mata kecil itu begitu indah.Pipi glowing dan kenyal membuat wajah Naomi terlihat seperti abege berusia tujuh belasan tahun. Hal itu jelas membuat Brian tidak ingin melepaskan pandangannya dari wajah cantik dan teduh itu. Naomi tidur seperti tak ada beban dalam hidupnya dan terus mengeluarkan dengkuran halus di sana. Brian tertawa ringan saat mendengar bahwa wanita itu tidur dengan suara dengkuran.“Baiklah, Nao. Kau bisa bebas malam ini karena kau tertidur. Mungkin, kau sangat lelah,” ucap Brian lagi dan kembal
Waktu berlalu sangat cepat dan saat ini sudah satu bulan King diketahui sebagai pria yang dalam keadaan koma oleh semua orang, kecuali oleh Auriel dan Brian tentu saja. Hanya dua orang itu saja yang tahu jika selama ini King berpura-pura koma di dalam kamarnya.Saat ini, King sedang menyantap makanannya dan ditemani oleh ibu tercinta – Auriel. Tidak ada orang di mansion karena semuanya sedang dalam masa menikmati weekend day. Mereka menginap ke sebuah pulau milik keluarga Albert itu.Hanya tinggal Auriel dan King saja di rumah dan beberapa orang pelayan. Tidak tertinggal para pengawal yang siap sedia memberikan perlindungan kepada Auriel dan King selama ditinggalkan oleh Brian.“Mom, kenapa Mami tidak ikut bersama mereka berlibur? Mami bisa bersenang-senang di sana dan kemudian melepaskan penat. Aku tidak apa di sini sendirian, Mom.” King berkata setelah menghabiskan satu piring makanan kesukaannya yang dibuatkan oleh Auriel tadi.“Kau pikir aku tega membiarkan dan meninggalkan kau se
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka