Belum kering tanah pemakaman Zacky, kini di sisi lainnya sudah ada lagi tanah basah yang baru saja ditutupi dan ditaburi dengan beberapa macam jenis bunga. Leo pun sudah tiada, menyusul ke empat orang yang sudah terlebih dahulu menghadap Tuhan dan mereka berempat berkumpul bersama di alamnya.Isak tangis kembali terdengar di pemakaman keluarga itu. Sudah dua hari sejak Leo pergi dan baru hari ini dia dikebumikan. Semua itu beriringan dengan acara open house untuk rumah duka atas meniggalnya Zacky kemarin. Di hari ketiga itu pula lah Leo dikuburkan diiringi dengan puluhan para pelayat terpilih.Tentu saja hanya orang-orang terpilih saja yang boleh datang ke mansion dan menyampaikan belasungkawanya kepada keluarga Zacky dan Leo. Meski pun Leo selama ini hanya lah kaki tangan Albert saja, tapi kinerja dan namanya sudah sangat dikenal di seluruh pelosok dunia. Hal itu bahkan membuat nama Albert tidak terlalu dikenal di beberapa negara karena selalu saja Leo yang menggantikannya dalam semu
Hati ibu mana yang tidak tersentuh mendengar ucapan Queen itu, bahkan Auriel pun tak dapat menahan air matanya. Auriel tahu betapa Queen sejak kecil sudah sedih dan murung karena tidak lagi memiliki seorang ibu yang bisa menyayanginya dan memanjakannya. Meski gadis itu kecerdasaannya di luar rata-rata, tapi dia tetap lah seorang bocah tiga tahun saat itu.Melihat teman-temannya bermain dan dijemput oleh ibu mereka, ada sinar kesedihan di bola mata Queen yang berwarna biru itu. Sayangnya, saat itu Auriel terlalu berambisi dan dendam kepada hal yang tidak seharusnya. Sehingga dia mengabaikan kesedihan bocah perempuan itu meski dia sering sekali ingin merangkulnya karena jiwa keibuan.“Maafkan aku karena dulu selalu mengabaikan dirimu, Nak.” Auriel berkata dengan nada sendu.“Tidak, Bibi. Kau tidak perlu merasa seperti itu padaku. Semua sudah selesai dan aku tidak pernah menyalahkan siapa pun,” sahut Queen kepada Auriel dengan senyum yang sudah kembali merekah.“Sekarang ... kau boleh me
“Apa maksudmu, Nak?” tanya Paulina kepada King dengan cemas.“Aku yakin ada yang sengaja meletakkan beling itu di sana, Bibi. Hal itu tidak mungkin sebuah keteledoran karena aku yakin para pelayan di sini pasti bekerja dengan sangat baik untuk keluarga ini,” ungkap King yang menjawab pertanyaan Paulina.“Tapi ... siapa yang nekat melakukan hal itu? Apa dia sudah sanggup tangannya dipenggal?” tanya Queen yang masih meringis menahan rasa sakit.“Itu yang harus kita cari tahu sekarang. Mulai saat ini, jika kau ingin tetap tinggal di sini, kau harus sangat berhati-hati dan jangan mudah percaya pada siapa pun yang ada di dalam mansion ini, Queen.”“Para pelayan maksudmu?”“Termasuk pada kak Brian!”“Gila! Kau terlalu berlebihan, King! Kau tidak tahu betapa Brian menyayangi kita dan menyambut kita dengan suka cita di sini,” ujar Queen dengan meringis kesakitan lagi.Apa pun yang terjadi, rasanya tidak pantas jika mereka akhirnya jug mencurigai atau tidak bisa menaruh rasa percaya kepada Bri
Mata Queen melotot sempurna ketika mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Auriel kepada King. Dengan cepat, kedua matanya beralih untuk menatap ke bawah kaki dan benar saja, di sana sudah tampak peralatan yang bekas dipakai. King membalutkan perban putih pada kaki Queen setelah memberikan obat merah di bagian telapak kakinya yang terluka.Tidak terasa perih sama sekali dan itu tentu saja membuat Queen sedikit heran. Bagaimana King bisa memiliki keahlian yang sangat luar biasa seperti itu? Dia melakukan hal itu layaknya seorang dokter profesional dan tidak menimbulkan rasa sakit sedikit pun pada Queen.“Kau sungguh sudah menjahit lukaku, King?” tanya Queen dengan nada tak percaya.“Tenang lah, Queen. Itu sudah selesai dan kau bisa istirahat sekarang. Minum antibiotik yang nanti akan diberikan oleh pelayan. Aku akan meminta mereka membelikannya untukmu di apotik terdekat,” jawab King dengan nada santai dan kemudian membuka kembali sarung tangan karet yang tadi memang dia pakai saat
Wajah Queen memucat ketika melihat Brian di ambang pintu dan terlebih lagi dia bertanya langsung seperti itu. Queen teringat pada ucapan King tadi, yang tidak boleh percaya pada siapa pun di dalam mansion ini. Dan itu termasuk sesama mereka sendiri tentunya. Hal yang membuat Queen merasa takut pada Brian adalah tadinya Brian adalah orang yang terlebih dahulu naik ke lantai atas dan setelah itu baru Queen.Yang mana kemudian kaki Queen robek dalam karena pecahan beling di anak tangga. Lalu, menurut King itu seperti disengaja karena tidak mungkin para pelayan yang bekerja tidak baik. Sementara beling itu juga hanya satu di sana. Tidak mungkin ada sesuatu yang pecah tapi hanya ada satu beling saja, bukan?”“I-ini ... tadi kena kaca di anak tangga saat aku akan naik ke atas, Kak.” Queen tetap menjawab meski dengan gugup dan takut.“Harusnya kau lebih hati-hati, Queen! Kau itu perempuan satu-satunya dan kau tidak boleh terluka sama sekali. Kau adalah kebanggaan keluarga ini sekarang! Namam
Kehidupan di mansion itu semakin hari semakin akur dan juga tentram. Mereka berlima hidup layaknya seperti keluarga seperti biasanya. Tidak ada lagi perdebatan yang terjadi dan perselisihan pun sudah diselesaikan dengan baik. Antara ketiga bersaudara itu, mereka saling mencintai dan menyayangi sekarang.“Aku akan menikah minggu depan dan tentu saja setelah itu anggota keluarga kita akan bertambah. Apa kalian keberatan jika aku membawa Pretty ke rumah ini?” tanya Brian kepada kedua adiknya saat mereka sedang menyantap sarapan bersama di meja makan.“Tentu saja tidak, Kak. Aku justru tidak sabar ingin segera bertemu dengan kakak ipar. Dia pasti wanita yang cantik dan aku sangat ingin dekat dengannya,” jawab Queen dengan cepat.“Iya. Dia memang wanita yang sangat cantik dan dia akan datang lusa dari Brazil. Aku minta maaf karena belum sempat memperkenalkan dia pada kalian,” ungkap Brian lagi pada keduanya, dan juga menatap pada Paulina dan Auriel yang juga duduk di meja makan itu bersama
Meski pun dia sedang marah kepada King, tapi dia jelas masih perhatian kepada saudaranya itu. King tidak terlalu mengambil hati ocehan Queen karena dia sudah paham bahwa wanita itu memang suka mengomel dan juga merajuk. Apa saja yang dikatakan oleh Queen akan dianggap King benar dan tidak akan dia bantah lagi.“Aku tidak berharap lahir sebagai pria, andai aku bisa lahir sebagai seorang wanita, tentu saja aku sangat senang.” King berkata dengan wajah dan nada yang serius kepada Queen.“Apa yang akan membuatmu senang?” tanya Queen penasaran dan selesai merapikan dasi King.“Tentu saja aku senang, karena aku bisa meminjam semua barangmu dan memakainya tanpa takut merasa tidak cocok. Seleramu sangat bagus dalam segala hal dan kau bisa diandalkan!” ucap King menjawab pertanyaan dari Queen dan membuat Queen harus mendaratkan sebuah tinju pada lengan pria itu.Tentu saja itu tidak ada rasanya sama sekali bagi King dan dia masih tetap berpura-pura sakit lalu meringis. Dia tidak ingin membuat
Di sebuah aparteman, Pretty tampak sedang bersiap untuk datang ke tempat calon suaminya menunggu. Dia adalah calon istri Brian yang mana mereka bertemu pada satu acara yang sama dua tahun lalu. Kemudian, Brian mencintainya dan berusaha mendapatkan cintanya.“Lelaki bodoh itu berkata akan menjemputku ke sini. Dia pikir, aku semudah itu untuk bisa dia dapatkan? Aku bahkan tidak pernah peduli siapa dia dan keluarganya yang ternama itu,” ungkap Pretty dengan nada yang penuh dengan kesombongan hakiki.“Jadi, apa Anda akan tetap datang ke sana, Nona Muda?” tanya Naomi – asisten Pretty yang sudah mengikuti wanita cantik dan angkuh itu beberapa tahun belakangan ini.“Tentu saja. Aku harus membuatnya yakin dengan pernikahan ini, Nao. Kau tidak bisa membuatnya menunggu terus dan kemudian curiga bukan? Aku ingin membuatnya benar-benar bersujud di kakiku dan mengharapkan cintaku!” seru Pretty yang menjawab pertanyaan Naomi dengan senyum kesombongan.“Apa yang akan kita lakukan di sana nanti, No
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka