“Gawat! Sudah hampir jam sepuluh dan aku lupa kalau aku harus buru-buru ke apartemen nona muda Pretty lagi,” batin Naomi yang saking asiknya membaca buku di sebuah galery buku dalam mall itu.Naomi meletakkan kembali buku yang gratis untuk dibaca itu dan kemudian menuju kasir untuk membayar beberapa buku yang sudah dipilihnya dan memang akan dibelinya sejak awal. Dia tidak bisa lagi bersabar menunggu antrian karena sudah hampir jam sepuluh pagi ini. Sementara mereka akan berangkat ke bandara tepat jam sepuluh.Dengan cepat Naomi mengendari Mercy milik Pretty kembali ke apartemen dan di sana dilihatnya Pretty justru masih terlelap. Padahal, Naomi sudah berpesan bahwa dia tidak boleh tidur karena akan merasakan sakit kepala saat bangun nantinya.“Nona Muda, ayo bangun. Kita harus segera berangkat sekarang!” panggil Naomi pada Pretty yang masih tidur dengan nyenyak.“Hmm ... kau menggangguku saja, Nao. Pergi lah sana sendirian! Aku tidak jadi pergi! Kau bisa meneggantikan aku menjadi ist
“Apa semua sudah siap?”“Sudah, Tuan Muda. Kami sudah menyiapkan semua yang Anda perintahkan. Mulai dari kamar, makanan, dan semua perlengkapan olahraga yang diperlukan oleh calon Nona Muda rumah ini.”“Bagus. Kalau begitu aku akan segera ke lapangan belakang. Beritahu pada semuanya bersiap karena lima belas menit lagi jet itu akan mendarat!”“Baik, Tuan Muda. Aku akan menyampaikan hal ini kepada yang lain. Mereka juga sudah tidak sabar sejak tadi.”“Bagus lah kalau begitu. Aku senang mendengarnya dan aku tidak sabar menyambut calon istriku di sini,” ungkap Brian yang berbicara dengan Merlyn – kepala asisten rumah tangga yang bekerja untuknya selama beberapa tahun belakangan ini.Wanita berusia empat puluh tahunan itu memang sudah menjaga dan memperhatikan Brian seperti anaknya sendiri. Meski dia tetap menyadari di mana posisinya dan siapa dia. Hanya saja, kasih sayang seorang ibu yang tulus itu tercurah dalam untuk Brian. Merlyn tetap tahu posisinya dan tidak pernah merasa tinggi ha
“Akhirnya aku akan mendarat di tempat yang seharusnya hanya aku kunjungi. Tapi, sepertinya di sini akan menjadi tempatku tinggal untuk selamanya. Pretty! Aku berjanji akan membalas semua penghinaanmu ini suatu saat nanti. Aku tidak bisa terima semua perlakuanmu ini! Kau jadikan aku penggantimu? Kau pikir hidupku hanya untuk menjadi seperti yang kau perintahkan? Tunggu saja pembalasan dariku,” batin Naomi berkata dengan penuh tekad dan juga dendamJet pribadi milik management super model ternama kelas dunia tampak di atas langit dan siap mendarat di lapangan yang menjadi tanah pribadi keluarga Albert Jay Camerrun. Di bawahnya tampak Brian sudah menunggu bersama dengan Paulina dan Queen. Hanya mereka bertiga dan dikawal oleh banyak sekali ajudan dan juga algojo berjas hitam dan kacamata hitam legam.“Di mana King dan bibi Auriel?” tanya Brian dengan bibir yang tetap terkatup pada Queen sesaat sebelum jet itu mendarat sempurna di tanah.“Mereka akan menyusul nanti, Kak. Kalau tidak sempa
Di kamarnya, Brian masih berusaha menghubungi nomor telepon Pretty. Namun, sepertinya nomor gadis itu sudah tidak lagi bisa untuk dia hubungi. Pretty sudah memblokir semua nomor yang tidak terdaftar di kontak ponselnya. Hal ini jelas semakin membuat Brian murka dan merasa sangat terhina. Dia tidak pernah berpikir bahwa Pretty akan melakukan hal gila ini pada hubungan mereka.Terlebih lagi, beraninya Pretty mempermainkan dirinya dengan mengirimkan seorang asisten yang selama ini sudah ikut dengan dirinya. Seorang babu atau pesuruh yang tak terpandang, dia minta menjadi pengganti dirinya di altar pernikahan?“Kau sangat gila, Pretty! Kau mempermainkan aku sekarang? Oke. Aku akan ikuti permainanmu dan kita liat nanti siapa yang akan terluka lebih dulu. Siapa yang akan tertawa dan siapa yang akan menangis karena menyesal sudah main-main denganku!” gumam Brian dengan sangat geram dan membanting ponselnya ke dinding.Ponsel pintar itu berderai di lantai dan menimbulkan suara gaduh yang sang
“Pergi lah, Nao! Tidak apa. Dia tidak akan memakanmu. Aku bisa pastikan bahwa dia hanya akan sedikit menginterogasimu saja. Yang penting kau jangan pernah takut padanya. Tantang saja dia terus dan jawab semuanya dengan berani. Kalau kau takut, dia akan semakin menindasmu!” ucap Queen memberikan semangat dan motivasi pada Naomi.“Terima kasih, Queen. Kau sangat baik. Aku senang bisa mengenalmu,” balas Naomi dan keduanya saling melempar senyuman yang tulus.“Aku pun begitu, Nao. Selamat berjuang dan pastikan kau bisa meluluhkan hatinya. Aku yakin kau pasti bisa!”“Aku datang tidak untuk itu, Queen!”Naomi tersenyum hambar dan kemudian berjalan meninggalkan kamar tamu yang menjadi tempatnya istirahat sejenak bersama Queen sembari bercerita. Queen kembali berbaring dan kemudian menatap langit-langit kamar yang indah dan megah itu. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi kepada Naomi setelah ini.Sebenarnya, Queen cukup prihatin karena Naomi harus dijadikan tumbal oleh Pretty. Dan sayangnya g
“Terima kasih, Char. Kau sungguh pria yang baik, dan pasti istrimu sangat bangga juga bahagia memiliki suami seperti dirimu,” puji Naomi dengan tulus pada Charlos.Charlos sejujurnya merasa sangat tersanjung dan senang tak terkira ketika mendengar Naomi mengatakan itu. Charlos tidak akan mau mendekati Naomi jika dia tahu bahwa saat ini Brian sudah berencana menikahi wanita pengganti Pretty itu. Yang Charlos tahu adalah Brian sepertinya membenci Naomi dan merasa tidak selevel dengan wanita itu.“Terima kasih, Nona Muda. Aku hanya melakukan tugasku.”“Charlos! Apa kau sedang mencetak anak dengannya di luar sana?”Suara teriakan Brian terdengar sangat menggelegar dan membuat Charlos sadar akan tugasnya. Dia juga tidak punya pilihan lain selain membawa Naomi masuk ke dalam kamar Brian. Tentu saja, meski begitu Charlos tidak berani menyentuh tubuh Naomi. Padahal biasanya dia akan menarik paksa seseorang yang sudah disuruh Brian untuk menghadap padanya.“Charlos ... apa nanti dia akan membu
Naomi masih mencoba mencerna ucapan Brian tadi dan dia masih tidak bisa menemukan maksud ucapan pria berkuasa itu. Apa yang Brian inginkan sebenarnya? “Dia mengatakan aku akan menjadi pelayan pribadinya. Tapi, dia juga bilang besok kami akan menikah. Yang mana yang benar, Queen?” tanya Naomi kepada Queen yang sudah menghampiri Naomi di kamar Brian. Brian pergi ke perusahaan dan meninggalkan Naomi di dalam kamarnya. Dia hanya meminta Queen untuk mengawasi Naomi dan mengatakan bahwa jangan sampai gadis itu kabur dari Mansion. Tentu saja Naomi sama sekali tidak ada niat untuk kabur dari tempat itu. Ke mana dia akan kabur dan lagi pula, di mana pun dia berada tentu mudah bagi Brian untuk bisa menemukannya. Brian adalah orang yang memiliki mata, kaki, dan tangan di mana-mana. Sehingga tidak akan sulit baginya menemukan keberadaan Naomi. Sebenarnya hal itu bisa dia gunakan untuk membawa Pretty kembali ke pelukannya. Akan tetapi, entah karena alasan apa Brian tidak melakukan hal itu sama s
“Charl.”“Ya, Tuan Muda.”“Kau suka dipanggil seperti itu?”“Apa maksud Anda, Tuan Muda?”“Bukan kah gadis itu memanggilmu dengan sebutan Charl? Kau seperti menyukai panggilan itu dan tampak sangat senang berada di dekatnya. Kau menyukainya? Jangan berani untuk itu, Charlos!”“Aku tidak berani, Tuan Muda!”Brian dan Charlos terlibat percakapan sengit di depan Angel dan itu membuat wanita muda dan sangat cekatan itu mengerutkan kening karena terlalu heran. Dia tidak tahu wanita mana yang sedang dibicarakan oleh Brian kepada Charlos. Setahunya, selama ini justru Brian tidak pernah terlibat hubungan apa pun dengan wanita mana pun.Namun, untuk bertanya tentu saja Angel juga tidak berani. Dia takut ikut campur dalam urusan pribadi Brian meski pun dia sungguh penasaran dengan yang mereka bicarakan. Tidak ada yang bisa mengobati rasa penasaran itu dari pada memang bertanya langsung.“Apa aku sudah mengatakan padamu tentang dia, Charlos?” tanya Brian lagi dengan menaikkan sebelah alisnya.“B
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka