"Ayo pulang bersamaku!" ajak Zacky dengan nada yang penuh penekanan.
"Aku tidak bisa, Zack. Aku akan kembali ke mansion nanti malam. Seperti biasanya," tolak Zahra dengan suara nyaris tak terdengar.
"Zahra! Jangan membantahku lagi. Kau tidak seharusnya ada di sini sepanjang hari meski kau menyayangi bayi itu!" hardik Zacky yang sudah kehilangan kesabarannya.
"Tolong, mengerti lah sedikit saja yang aku rasakan, Zack. Selama ini, aku tidak pernah menentang semua yang Daddy dan Mami katakan. Aku juga selalu menuruti perintahmu. Tapi, kali ini aku akan menentukan jalan hidupku sendiri. Aku lebih tau apa yang aku inginkan. Tolong jangan pernah memaksakh lagi!" Zahra memohon dengan nada memelas yang terdengar agak menyedihkan.
"Apa maksudmu? Jangan katakan bahwa kau ingin hidup dengan bocah ini?"
"Ya, Zack! Aku nyaman di sini. Aku menemukan cinta lain di sini. Aku merasakan diriku hidup kembali setelah bertemu dengan Dayana dan Gerald. Aku tidak ped
Zacky akhirnya kembali ke apartemen dengan perasaan yang tak menentu. Ia yang awalnya marah pada Zahra dan Gerald, sekarang sama sekali tak bisa fokus lagi pada masalah itu. Kini pikirannya malah terfokus pada Bianca. Saat sampai di apartemen, Zacky duduk di sofa dengan mengacak-ngacak rambutnya frustasi. 'Kenapa aku memikirkan gadis menyebalkan itu? Bukan kah akhir-akhir ini kehidupanku saat damai tanpa gangguan darinya?' batin Zacky berkata. Zacky segera membersihkan dirinya di bawah guyuran air hangat di sower itu. Kemudian, kenangan malam panas yang ia lewati bersama Bianca muncul seketika di dalam pikirannya. Saat menggosok badan dengan sabun, Zacky yang sedang mengenang percintaan pertamanya dengan Bianca tiga bulan yang lalu, tanpa sengaja mengusap dan mengelus lembut batang kejantanannya. "Oh shit!" umpat Zacky saat merasakan kejantanan itu sudah mengeras, meminta untuk dimanjakan. "Bagaimana mungkin, hanya dengan membayangkan dirinya
Sampai di rumah Mike, Zacky sudah disambut oleh satu keluarga itu dengan penuh suka cita. Hidangan makan siang sudah tersaji pula di meja makan. "Ayo, langsung saja ke meja makan. Zack pasti sudah sangat lapar." ajak Mike seraya mempersilahkan Zacky berjalan di depannya. "Terima kasih, Paman." jawab Zacky hormat. Meski Mike sudah dianggap adik sendiri oleh Albert, dia tetap tak pernah lupa siapa dirinya yang sebenarnya. Kewenangan yang diberi Albert tak lantas membuatnya lupa diri dan semena-mena. Ia masih tetap menghargai dan menghormati Albert dan keluarganya meski tak seperti dulu sekali. Begitu pun dengan Zacky dan Zahra, meski mereka tau bahwa Mike hanya lah ajudan yang diangkat ayahnya menjadi adik, tak lantas membuat mereka bertindak arogant dan sombong. Mereka tetap menghormati Mike layaknya Paman mereka sendiri. Sesampai di ruang makan, mata Zacky berkeliling seperti mencari sesuatu. Sampai ia duduk di kursinya, yang ia cari belum jug
"Zack, aku tau pasti ada yang ingin kau sampaikan padaku bukan?" tanya Mike saat mereka sudah duduk berhadapan di kursi ruang kerja Mike. "Tentu. Paman sangat pandai memahamiku," jawab Zacky sudah tak heran lagi. "Tentu saja. Aku bersamamu sejak kau masih berusia 4 tahun, Zack." Mike menatap putra sulung keturunan Camerrun itu dengan rasa kagum yang tak pernah pudar. "Ya, aku tau itu. Paman akan tau lebih banyak tentang diriku dari pada diriku sendiri," balas Zacky lagi sungguh-sungguh. "Lalu, katakan lah apa yang bisa aku lakukan untukmu." "Aku ingin Paman menemukan seseorang dan membawanya padaku!" "Siapa? Apa seseorang membuat masalah dengan perusahaan?" "Tidak, Paman. Dia bukan membuat masalah pada perusahaan." "Lantas?" "Dia telah membuat masalah dalam hidupku. Aku...aku benci karena terus memikirkannya. Namun, ia menghilang dariku." ucap Zacky dengan penuh kejujuran. Dari raut wajahnya, Zacky
"Zack...kau pulang, Nak!" sapa Olivia saat melihat Zacky masuk ke ruang keluarga tempatnya sedang bersantai. "Yes, Mom." Zacky memeluk Olivia dengan hangat. Tidak akan ada yang sehangat dan senyaman pelukan seorang Ibu. "Mami merindukanmu. Kau tega sekali membiarkan Mami kesepian di mansion sebesar ini sendiri." rungutnya setelah pelukan telah mereka urai. "Ada Daddy yang menemani Mami. Kenapa Mami merasa sendiri? Ada Paman Darwin dan Bibi Jane. Ada para maid yang lain dan koki yang cukup ramai di sini." "Itu berbeda, Sayang. Mami butuh anak-anak Mami. Kau sibuk bekerja, Zahra juga sibuk bekerja. Mami kesepian." Mendengar Olivia berkata dengan nada sedih seperti itu, Zack menjadi teringat pada Zahra. Gadis itu seharusnya berada di mansion ini menemani Mami. Tapi dia malah memilih untuk tinggal di rumah Gerald dan menjadi pengasuh bayinya. Mengingat hal itu, Zacky kembali menjadi emosi dan geram. Ia bahkan mengepalkan kedua tangannya. Z
Tepat jam 7 malam, semua sudah berkumpul di meja makan. Zahra sengaja datang lebih awal karena Olivia memintanya. Zahra tak mau membuat Olivia dan Albert kecewa karena keterlambatannya. Apalagi saat ini, Zacky sudah tau dimana dia menghabiskan waktunya sepanjang hari. "Sayang, makan yang banyak. Semua ini untukmu," Olivia menyodorkan semangkuk kari daging yang dibuat oleh Darwin. "Terima kasih, Mamiku yang cantik." puji Zahra pada Olivia yang memang kecantikannya tak kalah dengan anak seumuran Zahra. Selain rendang, kari daging adalah menu favorite Zahra selama ini. Zahra menerima mangkok yang digeser Olivia itu dengan senyum lebar. "Sayang, ini untukmu. Kau semakin kurus akhir-akhir ini. Makanlah yang banyak." Olivia juga menyodorkan sepiring penuh goreng dendeng balado kesukaan Zacky. Namun, Darwin tau Zacky tak bisa makan terlalu pedas. Jadi itu dibuat sesuai selera Zacky. Zacky pun menerima piring itu dengan senyum mengambang.
Zahra sampai di Rumah Sakit dengan Zacky yang masih terus mengiringinya. Zahra sudah tau diruangan mana Dayana dirawat. Karena Gerald sudah mengiriminya melalui pesan. Dengan langkah cepat dari kakinya yang panjang, Zahra menelusuri lorong Rumah Sakit. Masuk lift dan menuju lantai 3. Mencari kamar Girls 404 tempat dimana Dayana kini sedang berada. Dari luar kamar, Zahra dapat mendengar suara jerit dan tangis Dayana yang memilukan hati. Bayi kecil itu menangis dengan perasaan iba. Zacky saja yang mendengarnya merasa tidak tega. Zahra segera masuk ke dalam. Melihat Dayana sudah dipasangi infus di pergelangan tangannya. Hati Zahra sakit saat melihat hal itu. Dengan cepat, Zahra menangkap tubuh kecil itu dan membawanya ke dalam pelukan. Perlahan-lahan tangis Dayana reda seiring dengan dendangan merdu yang dilantunkan Zahra. Seisi ruangan merasa sangat takjub melihat hal itu. Dokter, Suster, Gerald, Misa dan Zacky tak menyangka bahwa hanya pelukan Zahra yang bisa
Pagi harinya, Dokter kembali datang bersama seorang Perawat untuk memeriksa kondisi Dayana. Gerald dan Zacky yang tidak tidur semalaman terlihat sangat lesu. Mereka hanya duduk berpacu dalam diam hingga pagi menjelang. Saat Dokter masuk ke ruangan Dayana, kesempatan bagi Gerald untuk ikut masuk di belakangnya. Begitu pula dengan Zacky yang turut berjalan ke dalam mengiringi langkah sang Dokter. "Selamat pagi, Nyonya. Maaf mengganggu waktumu sebentar. Kami akan memeriksa keadaan Baby Dayana." ucap Dokter itu dengan senyum ramah. "Pagi, Dok. Baik, silahkan diperiksa." jawab Zahra yang juga terlihat lesu karena begadang semalaman. Lingkar hitam mata panda menjadi pusat perhatian Gerald saat mencuri pandang ke arah Zahra. Namun, dengan cepat Zacky menyikut lengan Gerald. "Jangan coba-coba memandang adikku dengan tatapan seperti itu! Atau kau akan kehilangan kedua bola matamu juga hari ini!" Zacky memberi peringatan keras. Gerald bergidik n
Zacky sampai di perusahaannya. Gedung pencakar langit yang tinggi menjulang. Zacky masuk melewati lift pribadi yang dulu biasa digunakan Albert saat membawa Olivia ke ruangannya. Saat pernikahan mereka belum di publish. Sampai di ruangannya, sudah ada Mike yang menunggu dengan sebuah map coklat yang cukup tebal. Terlihat dari bentuknya saat Mike menggenggam. Zacky duduk di kursi kebangsaannya dan menerima map coklat yang disodorkan Mike tersebut. "Bacalah dengan perlahan. Aku yakin ada sesuatu yang keliru disitu. Maaf, aku tidak bermaksud lancang membacanya. Tapi tadi kertas ini berserakan di lantai saat aku akan meletakkannya di atas meja kerjamu." terang Mike panjang lebar menjelaskan dengan jujur. "Tidak masalah, Paman. Santai saja. Aku bahkan akan memberitahumu isi dari semua kertas ini nantinya." jawab Zacky dengan santai. Kemudian Zacky terlihat fokus membaca satu persatu isi lembaran kertas itu. Banyak hal mengejutkan yang baru saja diketahui Z
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka