"... Demikian yang dapat saya sampaikan untuk hari ini. Terima kasih atas kehadiran anda sekalian. Rapat bulanan rumah sakit Hartanto Medika saya akhiri sampai di sini." Sebuah suara lembut namun tegas terdengar dari kursi pimpinan rapat. Suara dokter Sari Hartanto, sang direktur rumah sakit tempat Rieka bekerja.
"Akhirnya selesai juga." Rieka menghela napas lega setelah rapat dinyatakan berakhir. Dia mengemasi barang-barang bawaannya di meja ke dalam tas jinjing mewah yang dibawanya.
Siang itu Rieka sedang menghadiri rapat bulanan yang dihadiri oleh paramedis, staff dan karyawan Rumah Sakit Hartanto Medika. Rieka sudah hendak beranjak dari kursinya di ruang rapat saat Sari tiba-tiba memanggil namanya.
"Mbak Rieka, ada acara nggak abis ini?"
"Nggak ada," jawab Rieka, tidak jadi bangkit dari tempat duduknya.
Merasa penasaran kenapa Sari memanggilnya. Mungkin gadis itu ingin berbicara sesuatu kepadanya. Entah untuk urusan pribadi atau urusan pekerjaa
"Hemmm kok pada diem-dieman aja sih?" Rieka mengawali percakapan setelah cukup lama mereka bertiga berdiam diri. Hanya sibuk berkonsentrasi dengan minuman di hadapan mereka masing-masing."Ngapain kamu ke sini, Ron?" Tanya Sari kepada Roni dengan nada ketus."Ehmm ... Kebetulan aja aku mampir ke sini." Roni menjawab sambil menyeruput kopi dari cangkir di hadapannya."Halah bilang aja kalau kamu ngikutin kami." Cecar Sari menuduh Roni."Nggak kok. Aku cuma pengen ngopi di sini, eh gak tahunya ada kalian juga."Rieka menghela napa panjang mendengar perselisihan dan pertengkaran di antara kedua rekan dokternya itu."Kalian berdua lagi ada masalah ya?" Rieka memberanikan diri untuk bertanya kepada keduanya.Baik Sari atau Roni kontan terdiam. Tak ada yang menjawab pertanyaan Rieka. Keduanya saling bertukar pandangan yang sulit diartikan. Sampai beberapa saat kemudian Sari yang akhirnya membuka suara."Dia itu ngeselin banget, tahu
"Apa maksudnya ini semua, Mas Edwin?" Rieka mengulangi pertanyaannya."Kencan! Aku ingin kencan, malam mingguan sama kamu." Ujar Edwin dengan mengembangkan senyuman lebar.
Rieka buru-buru beranjak membukakan pintu karena tak ingin sang tamu kembali memencet bel. Tak ingin jika bunyi bel yang keras dapat mengusik Edwin yang baru saja tertidur nyenyak.Begitu membuka daun pintu, Rieka mendapati Bambang yang berada di baliknya. Sang asisten pribadi Edwin itu memberikan senyuman sopan kepadanya
Alunan musik pun mulai mengalun merdu mengawali melodi. Kemudian suara tenor Edwin yang sedikit fals mengalun dengan penuh penghayatan menyenandungkan bait pertama lagu.Rieka ikut menyahut menyanyikan lagu bait kedua untukpart Leona Lewis. Kualitas suara Rieka tentu tak perlu diragukan lagi, enak didengar dan gak malu-maluin untuk disajikan di depan umum.Selanjutnya mereka berdua menyanyikan bersamaan lirik lagu di bagian reff. Dan seterusnya berlanjut dengan lirik-lirik lainnya. Keduanya terhanyut oleh suasana romantis yang tercipta. Saling bernyanyi dengan melemparkan pandangan mesra, menikmati saat-saat mereka bernyanyi berdua. Seakan hanya ada mereka saja di ruangan ini, dunia milik berdua."Aku akan mendaki setiap gunung. Dan aku akan berenang mengarungi setiap lautan. Hanya untuk bisa bersamamu dan memperbaiki segala kesalahan yang telah aku lakukan. Karena aku ingin kamu dapat melihat bahwa kamulah alasanku untuk bisa menjadi seperti sekarang ini.
Rieka membuka kedua matanya dan mendapati keadaan kamar sudah terang benderang. Cahaya matahari yang terik menerobos masuk melewati jendela yang gordennya telah terbuka sempurna. Jam berapa ini?Buru-buru Rieka bangkit dari posisi tidurnya, namun hal pertama yang dirasakan Rieka adalah kepalanya yang terasa sangat sakit. Seakan ada palu besar yang menghantam dan memukul-mukul kepalanya. Membuat Rieka kembali memejamkan matanya dan meletakkan kepalanya ke bantal yang empuk.Setelah beberapa saat Rieka mencoba untuk membuka matanya lagi setelah sakit kepalanya sedikit mereda, mencoba untuk mengembalikan kesadarannya, bangkit duduk di ranjang.Rieka mengedarkan pandangan kembali ke sekelilingnya. Dimana ini? Ruangan yang terlihat asing seperti kamar sebuah kamar hotel berbintang?Rieka mencoba mengingat-ingat rentetan kejadian yang telah dia lalui sebelumnya. Mereka menikmati candle light dinner romantis di Upper Sky Restoran. Dimana Edwin
Hari ini diadakan rapat pemegang saham rutin bulanan di ruang pertemuan besar Wijaya Bisnis Park. Para CEO pimpinan dari masing-masing perusahaan yang ikut menjalankan usahanya di kawasan Wijaya Bisnis Park hampir semua hadir. Investor baik besar maupun kecil juga tak ketinggalan untuk ikut hadir dalam rapat kali ini.Mahes sebagai salah satu founder dan pemegang kekuasaan tertinggi di bisnis park tentunya berkewajiban hadir juga disana. Duduk sejajar dengan para founder lainnya, Irza Wismail, Tyo Sampoerna, Nick Marcus dan Ceicillia Tang. Sementara Edwin Wijaya juga hadir, memimpin jalannya rapat.Acara rapat berjalan dengan lancar tentu saja. Tak bisa ditolerir kalau terjadi kesalahan di rapat sebesar ini bagi Perusahaan sebesar Wijaya yang bertindak sebagai penyelenggara."Demikian sekian presentasi dari saya, jika tidak ada yang ditanyakan lagi saya akhiri sesi ini." Heny mengakhiri tugasnya melaporkan data statistik Wijaya Bisnis Park dalam sebulan kemarin.Tidak ada keanehan dan
Setelah kepergian Mahes, Edwin jadi galau sendiri tentang tes analisa sperma yang akan dilakukannya besok. Lebih galau lagi saat memikirkan bagaimana harus memberi tahu dan minta tolong pada Rieka untuk membantu dalam menyukseskan jalannya tes itu.Edwin tak dapat membayangkan kalau harus solo player, atau lebih parah lagi meminta bantuan pada Mahes. Duh bisa ternoda si Boy nantinya, jangan sampai deh.Karena saking penasarannya dengan tes itu, Edwin akhirnya mencari informasi sebanyak-banyaknya dari search engine. Sebagai modal nanti untuk ngomong dengan Rieka. Edwin yang memiliki harga diri tinggi tentu tak ingin terlihat bodoh dan tidak mengerti di hadapan Rieka. Padahal kalau tadi Mahes tidak memberikan kuliah juga dirinya sama sekali tidak tahu menahu soal tes ini.Edwin mempelajari mulai dari prosedur yang harus dilakukan oleh pasien, prosedur yang dilakukan di laboratorium sampai dengan hasil pemeriksaan yang nant
Rieka semakin cekikikan melihat tingkah Edwin."Yaudah sesuai usul kamu, aku akan minta bantuan pada Mahes. Biar dia nyariin perawat yang paling cantik dan seksi buat bantuin aku, gantiin kamu ngurusin si Boy." Edwin tiba-tiba kepikiran ide untuk balik menggoda Rieka."Hei coba aja ya kalau berani! Gak bakalan ada jatah buat kamu selama setahun!" Rieka yang kali ini memasang muka jutek mendengar gagasan gila Edwin.‘Enak aja mau pakai wanita lain? Si Boy milikku! Gak boleh dilihat atau dipegang orang lain!’"Ya makanya biar sama-sama enaknya, mending kamu aja yang bantuin aku. Mau ya!""Biar kita cepet punya Edwin junior atau Rieka junior. Atau sekalian kembar juga gak pa-pa deh, biar rame rumah kita.""Hahahaha, dasar. Ngawur banget kamu mas! Gimana caranya bikin anak kembar kalau kita gak ada gen kembar?" Rieka sudah tidak tahan untuk terusan ma
Suasana di kediaman keluarga Wijaya sore ini sudah sangat ramai. Booth-booth makanan dengan segala macam sajian dari catering kenamaan Sono Kebun, telah stand by di seluruh sudut ruangan. Ruang tamu plus ruang tengah yang kini disatukan menjadi sebuah party hall super luas. Ada apakah gerangan disana? Tentu saja sedang ada acara Tasyakuran kelahiran serta aqiqah dari putra pertama Edwin dan Rieka. Sang Pewaris Tahta Keluarga Pradana. Para undangan yang hadir tidak terlalu banyak, karena ini merupakan private party sederhana saja. Hanya ada keluarga dekat dari masing-masing keluarga Rieka dan Edwin. Serta tentunya beberapa sahabat dekat dan staff kepercayaan Pradana juga turut hadir diundang untuk memeriahkan acara. "Selamat sore, Good evening. Terima kasih atas kehadiran saudara sekalian. Saya selaku perwakilan dari kepala keluarga Pradana mengucapkan selamat datang dan selamat menikmati acara serta hidangan seadanya yang telah kami persiapkan." Mahes yang kali ini didapuk sebagai p
Edwin keluar dari mobilnya saat Soleh baru menghentikan mobil di pelataran parkir rumah sakit. Dia bahkan tidak menunggu sampai posisi mobil sudah benar untuk di parkirkan terlebih dahulu.Calon papa itu sudah berlarian dari parkiran mobil, memasuki gedung rumah sakit. Langsung menuju ke ruangan bersalin yang sudah dia ketahui letaknya. Waktu Rieka keguguran dan perlu tindakan kuretase kan di ruangan bersalin itu juga dulu.Edwin menghampiri salah satu perawat yang bertugas, menanyakan tempat Rieka dirawat. Perawat itu pun mempersilahkan Edwin untuk masuk ke ruangan persalinan.Di dalam ruangan Edwin dapat melihat Rieka yang sudah terbaring diatas bed pasien sedang posisi tubuh miring kiri. Dengan selang infuse yang sudah ditangan terpasang di tangannya."Honey? Honey kamu gimana keadaannya?" Edwin menghampiri Rieka, mengamati keadaan wanita yang sangat dicintainya itu dengan seksama.Rieka terlihat sangat pucat
Semangat sih semangat, tapi tetap saja Joko dikalahkan oleh realitas yang menghadang. Mau dicari dimana pun tetap tak ada warung lontong balap di pagi buta begini. Nihil.Tapi Joko tahu benar, Pak Edwin tak akan mau menerima alasan apapun tentang kegagalannya dalam menjalankan tugas.Aaarrrgggh bisa gila!Ditengah kegalauan akutnya, Joko tiba-tiba kepikiran sebuah ide cemerlang. Kalau gak ada yang jual, gimana kalau bikin sendiri saja? Pasar tradisional kayaknya sudah buka deh pagi buta begini. Yang penting bisa dapat kan lontong balap sesuai pesanan.Tapi siapa yang masak ntar? Aku kan gak bisa masak sama sekali?Oiya, Bi Ijah kan pinter masak. Pasti dia bisa bikin Lontong balap yang enak.Akhirnya Joko menetapkan hatinya untuk pergi ke pasar tradisional. Membeli semua bahan yang dibutuhkan untuk membuat lontong balap. Kemudian membawanya ke Wijaya Manshion. Joko langsung meminta bantuan Ijah untuk memasak dan
Setelah beberapa bulan berlalu dalam kedamaian, Edwin tidak menyangka bahwa pengalamannya yang luar biasa karena proses ngidam-mengidam Rieka akan terjadi lagi dalam waktu singkat.Hanya berselang beberapa hari saja sejak Rieka diketahui positif hamil, Edwin harus memulai lagi petualangan serunya. Petualangan apa? Tentu saja untuk menuruti dan mencari semua keinginan Rieka dalam rangka ngidam part dua.Keinginan yang kadang aneh-aneh dan sering gak masuk akal sama sekali. Kalau dulu di kehamilan pertamanya Rieka sangat menyukai makanan manis, kali ini berbeda. Kali ini Rieka lebih menyukai makanan asin dan pedas. Kalau dulu sukanya kue-kue pastry, sekarang beralih ke jajanan dan makanan kuliner jalanan khas pedagang kaki lima.Kapan hari Rieka meminta sate batas kota yang pernah dimakan Naruto, Edwin terpaksa harus membelikan disana sambil Selfi dengan gambar Naruto-nya. Pernah lagi Rieka minta belikan bakso telur, yang isinya telornya ada dua. Mana ada kan? Akh
Rieka bergegas turun dari mobil begitu Edwin memarkirkan Porche-nya di car port. Dia mendahului langkah Edwin untuk masuk ke dalam rumah, tak sabar untuk segera melakukan tes untuk mengetahui kepastian kehamilannya. Lebih jauh Rieka bahkan sudah berjalan cepat, setengah berlari."Honey, jangan buru buru. Kamu pake high heels loh. Hati-hati nanti jatuh," tegur Edwin sudah sangat khawatir Rieka akan terpeleset dengan heels sepatunya yang hanya setipis jari telunjuk itu."Hehehe, iya maaf Mas. Aku penasaran pengen cepetan liat hasilnya." Rieka memperlambat langkahnya.Rieka langsung mengarah ke kamar mereka di lantai dua. Masuk ke kamar mandi bahkan tanpa melepas heels dan pakaian pestanya terlebih dahulu.Edwin yang dengan setia menunggui Rieka keluar dari kamar mandi dengan harap-harap cemas. Menanti perguliran detik demi detik jam yang terasa sangat lambat berjalan.Rieka kok lama b
"Mas, jangan lupa kasih selada yang banyak, terus gak pake irisan tomat. Sambelnya banyakin juga." Rieka menambahkan detail pesanannya sebelum Edwin menuruni mobil."Beli 3 yah Mas," tambah Rieka sambil tersenyum lebar, nyengar-nyengir."Iya-iya," Edwin sudah pasrah saja untuk menuruti semua permintaan sang Ratu Rieka. Dia mendatangi stand penjual kebab dan memesan tiga buah kebab sesuai order.Tak lama kemudian pesanannya selesai, Edwin segera kembali ke mobilnya dan menyerahkan pesanan kepada Rieka. Yang langsung digigitnya dengan sangat lahap seperti orang kelaparan saja."Nih buat Mas Edwin satu, buat aku dua." Rieka menyodorkan satu kebab untuk Edwin."Kamu beneran doyan kebab ya?" Edwin menerima pemberian Rieka dan ikutan memakan kebabnya.Rieka hanya mengangguk sebagai jawaban, sambil terus mengunyah dan memamah biak, menghabiskan kedua kebab miliknya. Cukup lama mereka berdua duduk di mobil sambil menikmati suasana jalanan pasar mala
Kemeriahan pesta pertunangan Linggar dan Ditha terus berlanjut. Mulai dari prosesi resmi bersulang wine, memotong kue bahkan sampai pertukaran cincin kedua calon mempelai sudah dilaksanakan dengan lancar. Selanjutnya setelah seluruh prosesi resmi acara serta prosesi pemotretan selesai, yang tersisa hanyalah sesi ramah tamah saja. Rieka dan Edwin menyempatkan diri untuk berkeliling ballroom menyapa para kolega bisnis, serta kerabat dekat dari keluarga mereka. Sebelum akhirnya keduanya undur diri untuk duduk di bagian VVIP sambil menikmati hidangan yang yang tersaji disana. Edwin mengamati Rieka yang sepertinya sedang tidak bersemangat menyantap makanan di piringnya. Dari tadi istrinya itu hanya memutar-mutar sendok dan garpunya, memainkan makanan di atas piring. Bahkan tanpa menyuapkan ke mulutnya. Kenapa dia? "Honey?Makanannya gak enak ya?" tanya Edwin menyelidik. "Apa kamu mau coba ganti makanan yang lainnya?" "E
Bagas yang dapat merasakan ada yang tidak beres dengan kedua pasangan itu segera cepat-cepat mohon diri dan menggiring Rischa untuk segera memasuki ballroom. Bisa makin runyam kalau si cewek cablak ini dibiarkan terus ngomong gak jelas begitu."Tunggu, jangan cepat-cepat jalannya Gas!" Rischa kewalahan mengikuti langkah Bagas yang lerlalu cepat untuk dirinya."Kamu itu ya, bisa gak sih kamu menahan diri dan mengerem omongan kamu sedikit?" Geram Bagas setelah menghentikan langkah di tempat yang sedikit lenggang."Haaah? Emangnya kenapa?" Rischa tak dapat mengerti kenapa Bagas jadi terlihat semarah itu kepadanya."Dokter Rieka itu habis keguguran ... " Bagas tentu tahu apa yang telah terjadi dengan Rieka. Ya meski pun menyatakan menyerah untuk mendapatkan Rieka, tapi tetap saja dia selalu update tentang info mengenai dokter itu.Apalagi dengan papanya yang masih setia menjadi pasien Rieka. Tentu saja sedikit banyak Bagas jadi tahu a
"Waduh nambah satu lagi ini orang yang menyebalkan," Linggar mengeluhkan kedatangan Mahes.Kakak iparnya ini sama saja kerasnya dengan Edwin, kakak kandungnya dalam memberikan didikan kepadanya. Bahkan Mahes ini sering lebih sadis kalau ngomong, nusuk banget."Siapapun juga bakal ngamuk kalau liat kelakuan minus kamu itu, Nggar!" Laras ikutan menyeletuk mendukung ucapan suaminya."Kemana perginya Mbak Laras yang dulu selalu membelaku? Kenapa sekarang jadi ikutan menyebalkan begini?" Linggar pura-pura merengek manja pada Laras."Gak ada! Adanya sekarang Larasati yang bijaksana. Yang tahu mana benar dan salah." Jawab Laras sok bijak sekaligus congkak."Saking bijaknya sampai keasikan arisan ya?" Mahes balik menggoda nakal pada istrinya itu."Iiiiiih Mas Mahes bukannya memuji malah buka aib istrinya sendiri. Kesel deh, gak ada jatah buat kamu malam ini!" Sewot Laras pada suaminya."Hahaha kapok!" Linggar tertawa ngakak mendengar pe