Buru-buru Edwinmengangkat dan menggendong tubuh Rieka, keluar dari kamar dan berteriak-teriak meminta pertolongan. Joko yang mendengar teriakan Edwinlangsung berlari menghampiri dan membantu Edwinuntuk menuruni tangga dengan mengendong tubuh Rieka. Memastikan bosnya itu bisa sampai ke lantai satu dengan selamat.
Yogi sudah berlari menyuruh sopir menyiapkan mobil untuk mengantar ke rumah sakit. Sedangkan Heny dengan cekatan dan inisiatif menghampiri Ijah dan mengajaknya untuk mempersiapkan keperluan menyusul mereka ke rumah sakit.Betapa kaget dan sedihnya kedua wanita itu saat melihat bercak darah di kasur. Pantas saja Edwinterlihat sekalut dan sepanik itu tadi. Jelas saja kalau dia mendapati Rieka yang mengalami perdarahan sebanyak ini, apalagi dalam kondisi kehamilannya."Ke UGD Rumah Sakit Hartanto Medika, San." Perintah Edwinpada Hasan saat mereka sudah menaiki mobil."Baik, Pak." Hasan menurut dan langsung melajukan mobilnya dengan sa"Baby Bee tidak bisa diselamatkan ... " Edwin mulai membuka mulutnya, bercerita pada Sari dengan tatapan nanarnya."Aku tahu," Sari memberikan tanggapan."Mungkin seharusnya aku merelakan dia lebih cepat. Mungkin jika kami memutuskan untuk mengambil dia waktu itu, Rieka gak akan sampai begini ... ""Mbak Rieka itu kuat, Mas ... ""Iya dia sangat tangguh. Justru aku yang gak kuat, aku yang gak sanggup melihat dia menderita begitu!""Aku yang membuat dia menderita, Sar ... Dia kesakitan, dia sudah minta tolong padaku. Tapi aku terlambat untuk datang kepadanya..."Sari tertegun mendengar perkataan Edwin. Memang wajar si kalau mengingat betapa sibuknya kegiatan Edwin sebagai seorang CEO perusahaan besar begitu. Jikalau pun setelah mendapat kabar, Edwin langsung bergegas juga pasti masih butuh waktu kan?Kemudian suasana menjadi hening. Edwin kembali memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi dan dinding. Terl
Keesokan harinya saat keadaannya sudah benar-benar sehat dan stabil, Rieka diijinkan untuk pulang dari rumah sakit. Tak lupa Edmoon sebagai dokter penanggung jawab Rieka memberikan sedikit advice kepada pasiennya. Tak perlu banyak-banyak saran karena Rieka juga seorang dokter yang tentunya sudah sangat paham tentang kesehatan."Karena dinding rahim Dokter Rieka telah dilakukan kuretase, jadi memerlukan beberapa waktu untuk proses penyembuhan. Sebaiknya ditunda dulu rencana kehamilan berikutnya sampai rahimnya benar-benar pulih." Edmoon mulai memberikan sarannya."Ditunda sampai berapa lama, Dok?" Edwin bertanya dengan penasaran."Minimal tiga bulan. Pastikan hormonnya stabil dan siklus menstruasinya normal dulu baru bisa program kehamilan lagi.""Baik Dok, saya mengerti." Rieka menjawab."Tunggu-tunggu, jadi saya harus puasa lagi selama tiga bulan kedepan?" Edwin menanyakan sesuatu yang mengganjal di kepalanya. Berhubungan dengan hajat hidup si Boy ini, jadi harus dipastikan sejelas m
Sore harinya pasukan huru hara dan peramai suasana tiba di kediaman Wijaya. Siapa lagi kalau bukan formasi lengkap dari keluarga inti Wijaya. Mama Kartika dan Papa Erwin, kedua orang tua Edwin. Laras adik kedua Edwin bersama Mahes Hartanto, suaminya dan Rangga putra mereka yang sudah mulai doyan lari-larian gak jelas tanpa tujuan. Linggar adik bungsu Edwin juga ikutan hadir dengan membawa Ditha Sampoerna, tunangannya.Edwin menyambut para tamunya sendirian sementara Rieka masih beristirahat di kamar atas. Kelelahan karena terlalu banyak menangis setelah acara penguburan Baby Bee tadi siang. Dan Edwin tidak ingin mengganggu tidur istrinya itu. Biarkan saja dia tidur untuk beristirahat dan melupakan kesedihannya.Semua orang memeluk dan memberikan ucapan simpati serta penyemangat pada Edwin satu persatu. Mama Kartika bahkan sudah menitikkan air mata saat memeluk putranya itu. Tak tega melihat ekspresi wajah Edwin yang jelas bersedih dan kehilangan.Padahal sejak awal dari rumahnya tadi
Edwin menurut saja dan segera beranjak ke kamarnya di lantai dua untuk membangunkan Rieka. Tapi ternyata si putri tidur sudah terbangun saat Edwin memasuki kamar. Rieka bahkan sudah duduk di meja riasnya dan mengeringkan rambutnya yang masih setengah basah. Sepertinya habis mandi dan keramas dia.Edwin menghampiri istrinya itu dan memeluknya dari belakang. Menciumi aroma wangi shampo di rambut dan sabun tubuh Rieka sekaligus. Sudah lama sekali rasanya tidak bermanja-manja begini pada istrinya itu. Setelah segala ketegangan, kepenatan serta tekanan dan kesedihan yang melanda, rasanya menyenangkan sekali untuk melepaskan segala bebannya begini."Hei, lagi ngapain kamu Hubby?" sapa Rieka sambil tersenyum simpul. Mengamati tingkah manja Edwin dari cermin yang memantulkan bayangan mereka."Charging ... " jawab Edwin sambil melanjutkan ulahnya. Membenamkan wajahnya ke bagian tengkuk Rieka, mengendus dan menciumi Rieka disana.
"Iya kamu itu harus bisa memenangkan hati istrimu. Kalau istri senang, keadaan rumah pasti damai sejahtera." Erwin memberikan petuahnya sebagai seorang yang lebih berpengalaman dalam rumah tangga. "Oke fix, besok kita pergi tanpa Edwin!" Kartika memutuskan dengan mantap. "Ma, aku ikut ya ... " Edwin mencoba merayu mamanya. "Gak boleh!" Kartika bersikeras. "Honey, masa kamu tega ninggalin suamimu kelaparan sementara kamu makan enak?" Edwin ganti merayu istrinya. "Ehmmm ... besok Mas Edwin makan masakan Bi Ijah aja ya." Rieka kebingungan harus menjawab apa. Mana berani menolak ajakan mertuanya. Dan masalah makan Edwin memang bisa diserahkan pada Bi Ijah, aman. "Hahahaha savage, Mbak Rieka!" Linggar sudah ngakak tak tertahankan mendengar jawaban Rieka. Semua yang hadir juga ikut tertawa bersamanya. Hanya Edwin yang makin manyun dan Rieka yang makin kebingungan. "Lho? Tega bener sama suami gantengmu ini?"
Edwin menunggui Rieka sampai menyelesaikan ritual kamar mandinya dengan sabar. Bahkan Edwin juga ikut mengganti pakaiannya. Work suit yang tadi dipakai olehnya dilepas kembali, dan berganti dengan polo shirt yang lebih santai. Edwin juga menghubungi Bambang dan memberitahukan bahwa hari ini dia mengambil libur dan tidak ke kantor. Edwin sudah bertekad untuk membahagiakan Rieka hari ini.Rieka heran saat keluar dari kamar mandi dan mendapati Edwin yang sudah berganti pakaian juga. Berganti dari pakaian resminya berubah menjadi pakaian yang lebih santai dan casual."Hubby? Gak ke kantor?" tanya Rieka penasaran."Enggak, hari ini aku mau nemenin kamu." Edwin menjawab dengan senyuman terkembang.***"Jadi kita gak bawa supir hari ini?" tanya Rieka saat menghampiri Edwin yang sudah menantinya di teras rumah."Enggak, biar gak ada yang mengganggu kemesraan kita." Edwin meng
Sudah beberapa waktu berlalu sejak kejadian bak mimpi buruk bagi Edwin. Sudah selama itu pula dia dan Rieka menerapkan berbagai kebiasaan baru yang mereka sebut sebagai kegiatan New Normal. Namun yang namanya kenyataan tidak semudah teori dan harapan.Memang mereka berdua sudah sepakat untuk tidak bersedih lagi. Untuk dapat berbahagia bersama. Akan tetapi jauh di dalam hati keduanya masih tersisa suatu kesedihan yang mendalam. Tak dapat dipungkiri bahwa Rieka masih sedikit sendu. Tidak secerah dirinya yang biasa walau dia berusaha tetap ceria di hadapan Edwin.Sementara Edwin juga sama saja. Dari luar dia terlihat tegar karena tidak begitu bisa untuk mengungkapkan emosinya. Dia tidak bisa menampakkan kesedihan dan kelemahan di hadapan Rieka. Tidak juga di hadapan keluarganya. Apalagi di hadapan orang lain.Harga dirinya yang besar sebagai seorang CEO membuatnya terus menahan diri dan semakin tertekan. Apalagi di
Akhirnya daripada pusing memikirkan apa yang menjadi selera Rieka, Edwin memutuskan untuk membeli saja setiap varian yang ada. Agar nanti Rieka sendiri yang memilih dan memutuskan mau yang mana. Edwin mengambil keranjang belanjaan dan memenuhi isinya dengan kotak-kotak berbagai warna dari kondoom dengan segala rasa, bentuk dan varian."Coba lihat pria itu, kenapa dia beli barang begituan banyak sekali?" Terdengar bisik seorang emak-emak yang sedang berbelanja bersama emak-emak lainnya."Apa dia pria mesuum? Iiiiih ngeri banget ya." Rekannya balas mengomentari."Padahal ganteng dan keren banget begitu ... Gak nyangka ya, ternyata ...""Iya mungkin dia kelainan atau hiperseq.""Hiiiii ngeri banget ya!""Ayo jangan dekat-dekat dan jangan tatap matanya, atau kita bisa hamil.""Tatapan mata tajamnya bisa menghangatkan rahim kita."Edwin memasang poker face andalannya demi mendengar berbagai gunjingan tidak sedap itu. Tidak hanya gunjingan, hampir semua pandangan mata pembeli toserba lain i
Suasana di kediaman keluarga Wijaya sore ini sudah sangat ramai. Booth-booth makanan dengan segala macam sajian dari catering kenamaan Sono Kebun, telah stand by di seluruh sudut ruangan. Ruang tamu plus ruang tengah yang kini disatukan menjadi sebuah party hall super luas. Ada apakah gerangan disana? Tentu saja sedang ada acara Tasyakuran kelahiran serta aqiqah dari putra pertama Edwin dan Rieka. Sang Pewaris Tahta Keluarga Pradana. Para undangan yang hadir tidak terlalu banyak, karena ini merupakan private party sederhana saja. Hanya ada keluarga dekat dari masing-masing keluarga Rieka dan Edwin. Serta tentunya beberapa sahabat dekat dan staff kepercayaan Pradana juga turut hadir diundang untuk memeriahkan acara. "Selamat sore, Good evening. Terima kasih atas kehadiran saudara sekalian. Saya selaku perwakilan dari kepala keluarga Pradana mengucapkan selamat datang dan selamat menikmati acara serta hidangan seadanya yang telah kami persiapkan." Mahes yang kali ini didapuk sebagai p
Edwin keluar dari mobilnya saat Soleh baru menghentikan mobil di pelataran parkir rumah sakit. Dia bahkan tidak menunggu sampai posisi mobil sudah benar untuk di parkirkan terlebih dahulu.Calon papa itu sudah berlarian dari parkiran mobil, memasuki gedung rumah sakit. Langsung menuju ke ruangan bersalin yang sudah dia ketahui letaknya. Waktu Rieka keguguran dan perlu tindakan kuretase kan di ruangan bersalin itu juga dulu.Edwin menghampiri salah satu perawat yang bertugas, menanyakan tempat Rieka dirawat. Perawat itu pun mempersilahkan Edwin untuk masuk ke ruangan persalinan.Di dalam ruangan Edwin dapat melihat Rieka yang sudah terbaring diatas bed pasien sedang posisi tubuh miring kiri. Dengan selang infuse yang sudah ditangan terpasang di tangannya."Honey? Honey kamu gimana keadaannya?" Edwin menghampiri Rieka, mengamati keadaan wanita yang sangat dicintainya itu dengan seksama.Rieka terlihat sangat pucat
Semangat sih semangat, tapi tetap saja Joko dikalahkan oleh realitas yang menghadang. Mau dicari dimana pun tetap tak ada warung lontong balap di pagi buta begini. Nihil.Tapi Joko tahu benar, Pak Edwin tak akan mau menerima alasan apapun tentang kegagalannya dalam menjalankan tugas.Aaarrrgggh bisa gila!Ditengah kegalauan akutnya, Joko tiba-tiba kepikiran sebuah ide cemerlang. Kalau gak ada yang jual, gimana kalau bikin sendiri saja? Pasar tradisional kayaknya sudah buka deh pagi buta begini. Yang penting bisa dapat kan lontong balap sesuai pesanan.Tapi siapa yang masak ntar? Aku kan gak bisa masak sama sekali?Oiya, Bi Ijah kan pinter masak. Pasti dia bisa bikin Lontong balap yang enak.Akhirnya Joko menetapkan hatinya untuk pergi ke pasar tradisional. Membeli semua bahan yang dibutuhkan untuk membuat lontong balap. Kemudian membawanya ke Wijaya Manshion. Joko langsung meminta bantuan Ijah untuk memasak dan
Setelah beberapa bulan berlalu dalam kedamaian, Edwin tidak menyangka bahwa pengalamannya yang luar biasa karena proses ngidam-mengidam Rieka akan terjadi lagi dalam waktu singkat.Hanya berselang beberapa hari saja sejak Rieka diketahui positif hamil, Edwin harus memulai lagi petualangan serunya. Petualangan apa? Tentu saja untuk menuruti dan mencari semua keinginan Rieka dalam rangka ngidam part dua.Keinginan yang kadang aneh-aneh dan sering gak masuk akal sama sekali. Kalau dulu di kehamilan pertamanya Rieka sangat menyukai makanan manis, kali ini berbeda. Kali ini Rieka lebih menyukai makanan asin dan pedas. Kalau dulu sukanya kue-kue pastry, sekarang beralih ke jajanan dan makanan kuliner jalanan khas pedagang kaki lima.Kapan hari Rieka meminta sate batas kota yang pernah dimakan Naruto, Edwin terpaksa harus membelikan disana sambil Selfi dengan gambar Naruto-nya. Pernah lagi Rieka minta belikan bakso telur, yang isinya telornya ada dua. Mana ada kan? Akh
Rieka bergegas turun dari mobil begitu Edwin memarkirkan Porche-nya di car port. Dia mendahului langkah Edwin untuk masuk ke dalam rumah, tak sabar untuk segera melakukan tes untuk mengetahui kepastian kehamilannya. Lebih jauh Rieka bahkan sudah berjalan cepat, setengah berlari."Honey, jangan buru buru. Kamu pake high heels loh. Hati-hati nanti jatuh," tegur Edwin sudah sangat khawatir Rieka akan terpeleset dengan heels sepatunya yang hanya setipis jari telunjuk itu."Hehehe, iya maaf Mas. Aku penasaran pengen cepetan liat hasilnya." Rieka memperlambat langkahnya.Rieka langsung mengarah ke kamar mereka di lantai dua. Masuk ke kamar mandi bahkan tanpa melepas heels dan pakaian pestanya terlebih dahulu.Edwin yang dengan setia menunggui Rieka keluar dari kamar mandi dengan harap-harap cemas. Menanti perguliran detik demi detik jam yang terasa sangat lambat berjalan.Rieka kok lama b
"Mas, jangan lupa kasih selada yang banyak, terus gak pake irisan tomat. Sambelnya banyakin juga." Rieka menambahkan detail pesanannya sebelum Edwin menuruni mobil."Beli 3 yah Mas," tambah Rieka sambil tersenyum lebar, nyengar-nyengir."Iya-iya," Edwin sudah pasrah saja untuk menuruti semua permintaan sang Ratu Rieka. Dia mendatangi stand penjual kebab dan memesan tiga buah kebab sesuai order.Tak lama kemudian pesanannya selesai, Edwin segera kembali ke mobilnya dan menyerahkan pesanan kepada Rieka. Yang langsung digigitnya dengan sangat lahap seperti orang kelaparan saja."Nih buat Mas Edwin satu, buat aku dua." Rieka menyodorkan satu kebab untuk Edwin."Kamu beneran doyan kebab ya?" Edwin menerima pemberian Rieka dan ikutan memakan kebabnya.Rieka hanya mengangguk sebagai jawaban, sambil terus mengunyah dan memamah biak, menghabiskan kedua kebab miliknya. Cukup lama mereka berdua duduk di mobil sambil menikmati suasana jalanan pasar mala
Kemeriahan pesta pertunangan Linggar dan Ditha terus berlanjut. Mulai dari prosesi resmi bersulang wine, memotong kue bahkan sampai pertukaran cincin kedua calon mempelai sudah dilaksanakan dengan lancar. Selanjutnya setelah seluruh prosesi resmi acara serta prosesi pemotretan selesai, yang tersisa hanyalah sesi ramah tamah saja. Rieka dan Edwin menyempatkan diri untuk berkeliling ballroom menyapa para kolega bisnis, serta kerabat dekat dari keluarga mereka. Sebelum akhirnya keduanya undur diri untuk duduk di bagian VVIP sambil menikmati hidangan yang yang tersaji disana. Edwin mengamati Rieka yang sepertinya sedang tidak bersemangat menyantap makanan di piringnya. Dari tadi istrinya itu hanya memutar-mutar sendok dan garpunya, memainkan makanan di atas piring. Bahkan tanpa menyuapkan ke mulutnya. Kenapa dia? "Honey?Makanannya gak enak ya?" tanya Edwin menyelidik. "Apa kamu mau coba ganti makanan yang lainnya?" "E
Bagas yang dapat merasakan ada yang tidak beres dengan kedua pasangan itu segera cepat-cepat mohon diri dan menggiring Rischa untuk segera memasuki ballroom. Bisa makin runyam kalau si cewek cablak ini dibiarkan terus ngomong gak jelas begitu."Tunggu, jangan cepat-cepat jalannya Gas!" Rischa kewalahan mengikuti langkah Bagas yang lerlalu cepat untuk dirinya."Kamu itu ya, bisa gak sih kamu menahan diri dan mengerem omongan kamu sedikit?" Geram Bagas setelah menghentikan langkah di tempat yang sedikit lenggang."Haaah? Emangnya kenapa?" Rischa tak dapat mengerti kenapa Bagas jadi terlihat semarah itu kepadanya."Dokter Rieka itu habis keguguran ... " Bagas tentu tahu apa yang telah terjadi dengan Rieka. Ya meski pun menyatakan menyerah untuk mendapatkan Rieka, tapi tetap saja dia selalu update tentang info mengenai dokter itu.Apalagi dengan papanya yang masih setia menjadi pasien Rieka. Tentu saja sedikit banyak Bagas jadi tahu a
"Waduh nambah satu lagi ini orang yang menyebalkan," Linggar mengeluhkan kedatangan Mahes.Kakak iparnya ini sama saja kerasnya dengan Edwin, kakak kandungnya dalam memberikan didikan kepadanya. Bahkan Mahes ini sering lebih sadis kalau ngomong, nusuk banget."Siapapun juga bakal ngamuk kalau liat kelakuan minus kamu itu, Nggar!" Laras ikutan menyeletuk mendukung ucapan suaminya."Kemana perginya Mbak Laras yang dulu selalu membelaku? Kenapa sekarang jadi ikutan menyebalkan begini?" Linggar pura-pura merengek manja pada Laras."Gak ada! Adanya sekarang Larasati yang bijaksana. Yang tahu mana benar dan salah." Jawab Laras sok bijak sekaligus congkak."Saking bijaknya sampai keasikan arisan ya?" Mahes balik menggoda nakal pada istrinya itu."Iiiiiih Mas Mahes bukannya memuji malah buka aib istrinya sendiri. Kesel deh, gak ada jatah buat kamu malam ini!" Sewot Laras pada suaminya."Hahaha kapok!" Linggar tertawa ngakak mendengar pe