Edwin menunggui Rieka sampai menyelesaikan ritual kamar mandinya dengan sabar. Bahkan Edwin juga ikut mengganti pakaiannya. Work suit yang tadi dipakai olehnya dilepas kembali, dan berganti dengan polo shirt yang lebih santai. Edwin juga menghubungi Bambang dan memberitahukan bahwa hari ini dia mengambil libur dan tidak ke kantor. Edwin sudah bertekad untuk membahagiakan Rieka hari ini.
Rieka heran saat keluar dari kamar mandi dan mendapati Edwin yang sudah berganti pakaian juga. Berganti dari pakaian resminya berubah menjadi pakaian yang lebih santai dan casual."Hubby? Gak ke kantor?" tanya Rieka penasaran."Enggak, hari ini aku mau nemenin kamu." Edwin menjawab dengan senyuman terkembang.***
"Jadi kita gak bawa supir hari ini?" tanya Rieka saat menghampiri Edwin yang sudah menantinya di teras rumah."Enggak, biar gak ada yang mengganggu kemesraan kita." Edwin meng
Sudah beberapa waktu berlalu sejak kejadian bak mimpi buruk bagi Edwin. Sudah selama itu pula dia dan Rieka menerapkan berbagai kebiasaan baru yang mereka sebut sebagai kegiatan New Normal. Namun yang namanya kenyataan tidak semudah teori dan harapan.Memang mereka berdua sudah sepakat untuk tidak bersedih lagi. Untuk dapat berbahagia bersama. Akan tetapi jauh di dalam hati keduanya masih tersisa suatu kesedihan yang mendalam. Tak dapat dipungkiri bahwa Rieka masih sedikit sendu. Tidak secerah dirinya yang biasa walau dia berusaha tetap ceria di hadapan Edwin.Sementara Edwin juga sama saja. Dari luar dia terlihat tegar karena tidak begitu bisa untuk mengungkapkan emosinya. Dia tidak bisa menampakkan kesedihan dan kelemahan di hadapan Rieka. Tidak juga di hadapan keluarganya. Apalagi di hadapan orang lain.Harga dirinya yang besar sebagai seorang CEO membuatnya terus menahan diri dan semakin tertekan. Apalagi di
Akhirnya daripada pusing memikirkan apa yang menjadi selera Rieka, Edwin memutuskan untuk membeli saja setiap varian yang ada. Agar nanti Rieka sendiri yang memilih dan memutuskan mau yang mana. Edwin mengambil keranjang belanjaan dan memenuhi isinya dengan kotak-kotak berbagai warna dari kondoom dengan segala rasa, bentuk dan varian."Coba lihat pria itu, kenapa dia beli barang begituan banyak sekali?" Terdengar bisik seorang emak-emak yang sedang berbelanja bersama emak-emak lainnya."Apa dia pria mesuum? Iiiiih ngeri banget ya." Rekannya balas mengomentari."Padahal ganteng dan keren banget begitu ... Gak nyangka ya, ternyata ...""Iya mungkin dia kelainan atau hiperseq.""Hiiiii ngeri banget ya!""Ayo jangan dekat-dekat dan jangan tatap matanya, atau kita bisa hamil.""Tatapan mata tajamnya bisa menghangatkan rahim kita."Edwin memasang poker face andalannya demi mendengar berbagai gunjingan tidak sedap itu. Tidak hanya gunjingan, hampir semua pandangan mata pembeli toserba lain i
"Ini tadi aku beli ada yang varian polos, zig-zag, tutul-tutul polkadot, garis-garis horizontal atau vertikal. Bahkan ada juga lho yang kombinasi." Edwin merogoh tas plastik dan mengeluarkan varian yang dimaksudnya tadi dengan bersemangat."Iya-iya masukkan lagi sana. Jangan di keluarin semua!" Rieka geli sendiri melihat
Setelah prosesi makan malam selesai barulah Edwin dan Rieka naik ke kamar pribadi mereka. Duduk santai dulu di sofa sambil menonton TV yang entah sedang menayangkan film apa. Edwin berkutat dengan dengan gawainya sementara Rieka kembali membaca buku tebalnya tentang penyakit dalam."Honey, kok kayaknya asik bener kamu baca bukunya? Seperti baca novel aja?" Tanya Edwin penasaran.Bahkan setelah Edwin menyelesaikan urusan kantornya by mail, Rieka masih saja asik membaca buku. Padahal dari judul dan ketebalan bukunya saja sudah tidak menggugah selera untuk dibaca."Aku lagi baca soalAutoimun. Penyakit yang jarang terjadi tapi sedang ngetrend akhir-akhir ini." Rieka menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari buku."Apa ituautoimun?" tanya Edwin penasaran."Penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri." Rieka menjelaskan dengan bersemangat."Bukannya imun itu bagus ya bagi
"Mungkin karena sudah lama. Aku ... aku jadi merasa seperti harus memulai semua dari awal lagi. Aku takut kalau rasanya akan sangat menyakitkan ..." Rieka mencoba menjelaskan rasa takutnya dengan emosi dan ekspresi yang campur aduk."Menyakitkan? Menyakitkan bagaimana?"
"... Demikian yang dapat saya sampaikan untuk hari ini. Terima kasih atas kehadiran anda sekalian. Rapat bulanan rumah sakit Hartanto Medika saya akhiri sampai di sini." Sebuah suara lembut namun tegas terdengar dari kursi pimpinan rapat. Suara dokter Sari Hartanto, sang direktur rumah sakit tempat Rieka bekerja."Akhirnya selesai juga." Rieka menghela napas lega setelah rapat dinyatakan berakhir. Dia mengemasi barang-barang bawaannya di meja ke dalam tas jinjing mewah yang dibawanya.Siang itu Rieka sedang menghadiri rapat bulanan yang dihadiri oleh paramedis, staff dan karyawan Rumah Sakit Hartanto Medika. Rieka sudah hendak beranjak dari kursinya di ruang rapat saat Sari tiba-tiba memanggil namanya."Mbak Rieka, ada acara nggak abis ini?""Nggak ada," jawab Rieka, tidak jadi bangkit dari tempat duduknya.Merasa penasaran kenapa Sari memanggilnya. Mungkin gadis itu ingin berbicara sesuatu kepadanya. Entah untuk urusan pribadi atau urusan pekerjaa
"Hemmm kok pada diem-dieman aja sih?" Rieka mengawali percakapan setelah cukup lama mereka bertiga berdiam diri. Hanya sibuk berkonsentrasi dengan minuman di hadapan mereka masing-masing."Ngapain kamu ke sini, Ron?" Tanya Sari kepada Roni dengan nada ketus."Ehmm ... Kebetulan aja aku mampir ke sini." Roni menjawab sambil menyeruput kopi dari cangkir di hadapannya."Halah bilang aja kalau kamu ngikutin kami." Cecar Sari menuduh Roni."Nggak kok. Aku cuma pengen ngopi di sini, eh gak tahunya ada kalian juga."Rieka menghela napa panjang mendengar perselisihan dan pertengkaran di antara kedua rekan dokternya itu."Kalian berdua lagi ada masalah ya?" Rieka memberanikan diri untuk bertanya kepada keduanya.Baik Sari atau Roni kontan terdiam. Tak ada yang menjawab pertanyaan Rieka. Keduanya saling bertukar pandangan yang sulit diartikan. Sampai beberapa saat kemudian Sari yang akhirnya membuka suara."Dia itu ngeselin banget, tahu
"Apa maksudnya ini semua, Mas Edwin?" Rieka mengulangi pertanyaannya."Kencan! Aku ingin kencan, malam mingguan sama kamu." Ujar Edwin dengan mengembangkan senyuman lebar.
Suasana di kediaman keluarga Wijaya sore ini sudah sangat ramai. Booth-booth makanan dengan segala macam sajian dari catering kenamaan Sono Kebun, telah stand by di seluruh sudut ruangan. Ruang tamu plus ruang tengah yang kini disatukan menjadi sebuah party hall super luas. Ada apakah gerangan disana? Tentu saja sedang ada acara Tasyakuran kelahiran serta aqiqah dari putra pertama Edwin dan Rieka. Sang Pewaris Tahta Keluarga Pradana. Para undangan yang hadir tidak terlalu banyak, karena ini merupakan private party sederhana saja. Hanya ada keluarga dekat dari masing-masing keluarga Rieka dan Edwin. Serta tentunya beberapa sahabat dekat dan staff kepercayaan Pradana juga turut hadir diundang untuk memeriahkan acara. "Selamat sore, Good evening. Terima kasih atas kehadiran saudara sekalian. Saya selaku perwakilan dari kepala keluarga Pradana mengucapkan selamat datang dan selamat menikmati acara serta hidangan seadanya yang telah kami persiapkan." Mahes yang kali ini didapuk sebagai p
Edwin keluar dari mobilnya saat Soleh baru menghentikan mobil di pelataran parkir rumah sakit. Dia bahkan tidak menunggu sampai posisi mobil sudah benar untuk di parkirkan terlebih dahulu.Calon papa itu sudah berlarian dari parkiran mobil, memasuki gedung rumah sakit. Langsung menuju ke ruangan bersalin yang sudah dia ketahui letaknya. Waktu Rieka keguguran dan perlu tindakan kuretase kan di ruangan bersalin itu juga dulu.Edwin menghampiri salah satu perawat yang bertugas, menanyakan tempat Rieka dirawat. Perawat itu pun mempersilahkan Edwin untuk masuk ke ruangan persalinan.Di dalam ruangan Edwin dapat melihat Rieka yang sudah terbaring diatas bed pasien sedang posisi tubuh miring kiri. Dengan selang infuse yang sudah ditangan terpasang di tangannya."Honey? Honey kamu gimana keadaannya?" Edwin menghampiri Rieka, mengamati keadaan wanita yang sangat dicintainya itu dengan seksama.Rieka terlihat sangat pucat
Semangat sih semangat, tapi tetap saja Joko dikalahkan oleh realitas yang menghadang. Mau dicari dimana pun tetap tak ada warung lontong balap di pagi buta begini. Nihil.Tapi Joko tahu benar, Pak Edwin tak akan mau menerima alasan apapun tentang kegagalannya dalam menjalankan tugas.Aaarrrgggh bisa gila!Ditengah kegalauan akutnya, Joko tiba-tiba kepikiran sebuah ide cemerlang. Kalau gak ada yang jual, gimana kalau bikin sendiri saja? Pasar tradisional kayaknya sudah buka deh pagi buta begini. Yang penting bisa dapat kan lontong balap sesuai pesanan.Tapi siapa yang masak ntar? Aku kan gak bisa masak sama sekali?Oiya, Bi Ijah kan pinter masak. Pasti dia bisa bikin Lontong balap yang enak.Akhirnya Joko menetapkan hatinya untuk pergi ke pasar tradisional. Membeli semua bahan yang dibutuhkan untuk membuat lontong balap. Kemudian membawanya ke Wijaya Manshion. Joko langsung meminta bantuan Ijah untuk memasak dan
Setelah beberapa bulan berlalu dalam kedamaian, Edwin tidak menyangka bahwa pengalamannya yang luar biasa karena proses ngidam-mengidam Rieka akan terjadi lagi dalam waktu singkat.Hanya berselang beberapa hari saja sejak Rieka diketahui positif hamil, Edwin harus memulai lagi petualangan serunya. Petualangan apa? Tentu saja untuk menuruti dan mencari semua keinginan Rieka dalam rangka ngidam part dua.Keinginan yang kadang aneh-aneh dan sering gak masuk akal sama sekali. Kalau dulu di kehamilan pertamanya Rieka sangat menyukai makanan manis, kali ini berbeda. Kali ini Rieka lebih menyukai makanan asin dan pedas. Kalau dulu sukanya kue-kue pastry, sekarang beralih ke jajanan dan makanan kuliner jalanan khas pedagang kaki lima.Kapan hari Rieka meminta sate batas kota yang pernah dimakan Naruto, Edwin terpaksa harus membelikan disana sambil Selfi dengan gambar Naruto-nya. Pernah lagi Rieka minta belikan bakso telur, yang isinya telornya ada dua. Mana ada kan? Akh
Rieka bergegas turun dari mobil begitu Edwin memarkirkan Porche-nya di car port. Dia mendahului langkah Edwin untuk masuk ke dalam rumah, tak sabar untuk segera melakukan tes untuk mengetahui kepastian kehamilannya. Lebih jauh Rieka bahkan sudah berjalan cepat, setengah berlari."Honey, jangan buru buru. Kamu pake high heels loh. Hati-hati nanti jatuh," tegur Edwin sudah sangat khawatir Rieka akan terpeleset dengan heels sepatunya yang hanya setipis jari telunjuk itu."Hehehe, iya maaf Mas. Aku penasaran pengen cepetan liat hasilnya." Rieka memperlambat langkahnya.Rieka langsung mengarah ke kamar mereka di lantai dua. Masuk ke kamar mandi bahkan tanpa melepas heels dan pakaian pestanya terlebih dahulu.Edwin yang dengan setia menunggui Rieka keluar dari kamar mandi dengan harap-harap cemas. Menanti perguliran detik demi detik jam yang terasa sangat lambat berjalan.Rieka kok lama b
"Mas, jangan lupa kasih selada yang banyak, terus gak pake irisan tomat. Sambelnya banyakin juga." Rieka menambahkan detail pesanannya sebelum Edwin menuruni mobil."Beli 3 yah Mas," tambah Rieka sambil tersenyum lebar, nyengar-nyengir."Iya-iya," Edwin sudah pasrah saja untuk menuruti semua permintaan sang Ratu Rieka. Dia mendatangi stand penjual kebab dan memesan tiga buah kebab sesuai order.Tak lama kemudian pesanannya selesai, Edwin segera kembali ke mobilnya dan menyerahkan pesanan kepada Rieka. Yang langsung digigitnya dengan sangat lahap seperti orang kelaparan saja."Nih buat Mas Edwin satu, buat aku dua." Rieka menyodorkan satu kebab untuk Edwin."Kamu beneran doyan kebab ya?" Edwin menerima pemberian Rieka dan ikutan memakan kebabnya.Rieka hanya mengangguk sebagai jawaban, sambil terus mengunyah dan memamah biak, menghabiskan kedua kebab miliknya. Cukup lama mereka berdua duduk di mobil sambil menikmati suasana jalanan pasar mala
Kemeriahan pesta pertunangan Linggar dan Ditha terus berlanjut. Mulai dari prosesi resmi bersulang wine, memotong kue bahkan sampai pertukaran cincin kedua calon mempelai sudah dilaksanakan dengan lancar. Selanjutnya setelah seluruh prosesi resmi acara serta prosesi pemotretan selesai, yang tersisa hanyalah sesi ramah tamah saja. Rieka dan Edwin menyempatkan diri untuk berkeliling ballroom menyapa para kolega bisnis, serta kerabat dekat dari keluarga mereka. Sebelum akhirnya keduanya undur diri untuk duduk di bagian VVIP sambil menikmati hidangan yang yang tersaji disana. Edwin mengamati Rieka yang sepertinya sedang tidak bersemangat menyantap makanan di piringnya. Dari tadi istrinya itu hanya memutar-mutar sendok dan garpunya, memainkan makanan di atas piring. Bahkan tanpa menyuapkan ke mulutnya. Kenapa dia? "Honey?Makanannya gak enak ya?" tanya Edwin menyelidik. "Apa kamu mau coba ganti makanan yang lainnya?" "E
Bagas yang dapat merasakan ada yang tidak beres dengan kedua pasangan itu segera cepat-cepat mohon diri dan menggiring Rischa untuk segera memasuki ballroom. Bisa makin runyam kalau si cewek cablak ini dibiarkan terus ngomong gak jelas begitu."Tunggu, jangan cepat-cepat jalannya Gas!" Rischa kewalahan mengikuti langkah Bagas yang lerlalu cepat untuk dirinya."Kamu itu ya, bisa gak sih kamu menahan diri dan mengerem omongan kamu sedikit?" Geram Bagas setelah menghentikan langkah di tempat yang sedikit lenggang."Haaah? Emangnya kenapa?" Rischa tak dapat mengerti kenapa Bagas jadi terlihat semarah itu kepadanya."Dokter Rieka itu habis keguguran ... " Bagas tentu tahu apa yang telah terjadi dengan Rieka. Ya meski pun menyatakan menyerah untuk mendapatkan Rieka, tapi tetap saja dia selalu update tentang info mengenai dokter itu.Apalagi dengan papanya yang masih setia menjadi pasien Rieka. Tentu saja sedikit banyak Bagas jadi tahu a
"Waduh nambah satu lagi ini orang yang menyebalkan," Linggar mengeluhkan kedatangan Mahes.Kakak iparnya ini sama saja kerasnya dengan Edwin, kakak kandungnya dalam memberikan didikan kepadanya. Bahkan Mahes ini sering lebih sadis kalau ngomong, nusuk banget."Siapapun juga bakal ngamuk kalau liat kelakuan minus kamu itu, Nggar!" Laras ikutan menyeletuk mendukung ucapan suaminya."Kemana perginya Mbak Laras yang dulu selalu membelaku? Kenapa sekarang jadi ikutan menyebalkan begini?" Linggar pura-pura merengek manja pada Laras."Gak ada! Adanya sekarang Larasati yang bijaksana. Yang tahu mana benar dan salah." Jawab Laras sok bijak sekaligus congkak."Saking bijaknya sampai keasikan arisan ya?" Mahes balik menggoda nakal pada istrinya itu."Iiiiiih Mas Mahes bukannya memuji malah buka aib istrinya sendiri. Kesel deh, gak ada jatah buat kamu malam ini!" Sewot Laras pada suaminya."Hahaha kapok!" Linggar tertawa ngakak mendengar pe