Evan masih menahan diri setelah mendengar pengakuan Ella. Dia masih menghormati kedua mertuanya, apalagi Susno yang pernah menyelamatkan nyawanya. Tapi dia punya batas kesabaran. Jika sampai Ella ingin mencelakai Ajeng, maka dia tidak akan tinggal diam."Bilang pada Ajeng kalau aku sedang ke Surabaya. Jangan bilang yang sebenarnya dulu," pesannya pada Raka sebelum menaiki pesawat.Dia masih menahan diri untuk tidak mengadukan kelakuan Ella pada ayah mertuanya. Dia juga akan merahasiakan masalah ini dari ayahnya. Dua pria itu tidak boleh tahu dulu, karena Ella masih dalam masa pengobatan.Biar bagaimanapun, Evan tidak tega jika harus membongkar kebusukan Ella pada dua lelaki itu. Ayahnya tidak suka dengan kelakuan tidak terhormat seseorang, sedangkan Susno tidak suka jika Ella berpotensi untuk mencemarkan nama baik keluarganya."Ceraikan Ella sekarang. Aku nggak mau anakku bernasab padamu."Evan berbalik dan melihat Rudi yang tengah menatapnya dingin. Dia mendengkus."Meskipun aku menc
Evan menggeleng dengan tegas. "Perlu saya tegaskan. Uang 21 milyar itu sebenarnya adalah uang milik saya. Ella menggunakannya atas namanya, agar Ajeng tidak curiga. Dan saya memang sengaja menyisihkan uang itu untuk pengobatan ayah. Jadi tolong, jangan menganggap saya telah membeli Ajeng atau menjebak dia. Tidak.""Tapi kamu menikahi dia dengan cara menjebaknya, seolah-olah dia berhutang segitu banyaknya," kata Mark.Evan gelagapan, lalu buru-buru memegang tangan ayah mertuanya lagi."Saya benar-benar mencintai Ajeng. Sejak pertama kali melihatnya di rumah Ella 2 tahun yang lalu. Saya ingin sekali menikahinya, tapi ternyata dia sudah menikah dengan pria lain," jawab Evan sebelum tersenyum getir."Aku sudah mendengar ceritamu tadi."Evan langsung melotot. Benarkah? Jadi tadi pria itu sebenarnya sudah bangun? Mendadak dia merasa malu karena ketahuan mengagumi anak mereka seperti seorang penguntit."Maafkan saya," gumamnya sambil menunduk.Mark menghela nafas panjang. Pandangan pria itu
Ella terbiasa disayang oleh orangtuanya. Sebagai anak tunggal, semua kemauannya selalu dituruti, sehingga membuatnya menjadi orang yang terkadang bersikap angkuh dan ingin menang sendiri.Seperti ketika berpacaran dengan Johan. Ella ingin orangtuanya menyetujui pria itu sebagai suaminya. Awalnya, orangtuanya setuju setelah Johan dia bawa ke rumah dan mereka mengetahui tentang latar belakang kekasihnya. Lagipula saat itu Ella dan Johan masih SMA.Tapi suatu hari, Ella harus melihat dengan mata kepalanya sendiri pertengkaran kedua orangtuanya karena wanita lain. Waktu itu, Ella baru saja pulang dari kampus setelah menjalani masa orientasi mahasiswa baru.Ella mendengar ibunya berteriak, "Sekar Anjani memang anjing! Dasar perempuan jalang! Aku ingin membunuh wanita itu!"Lalu ayahnya marah bukan main sampai menampar ibunya sebelum membentak, "Jangan sampai kamu menyentuh dia seujung kuku pun. Atau kamu tahu akibatnya.""Tapi aku ini istrimu! Seharusnya kamu mencintai aku, bukan wanita ja
Ella menatap foto dirinya dan Ajeng ketika mereka masih duduk di bangku kuliah. Dia mendengkus, mengingat masa-masa di mana dia harus menahan diri untuk tidak menjambak rambut Ajeng setiap kali banyak pria yang menatap perempuan itu.Dulu, dia terbiasa menjadi pusat perhatian di sekolah. Ella merasa dirinya memang pantas untuk mendapatkan perlakuan itu. Tapi posisi itu tidak didapatkannya di bangku kuliah. Semua orang memperhatikan Ajeng. Ajeng yang sangat cantik, Ajeng yang mirip artis, Ajeng yang mirip model, Ajeng ini, Ajeng itu.Ella melempar pigura di tangannya sampai kacanya pecah berkeping-keping."Brengsek!"Dadanya bergemuruh. Emosinya meluap-luap seperti lahar gunung berapi yang bisa tumpah kapan sana. Menghanguskan apa saja yang dilewatinya."Kenapa harus selalu Ajeng? Kenapa?" teriaknya.Dulu, dia sengaja mengenalkan Ajeng pada Dimas. Pria paling bajingan di kampus karena suka berganti wanita. Ella sengaja menyuruh Dimas untuk terus mendekati Ajeng dan membuat gadis itu ja
"Kamu udah keterlaluan!" Ella tersenyum sinis ketika pintu kamarnya menjeblak terbuka karena dibanting dengan kasar. Sudah dia duga, cepat atau lambat Evan akan datang. Dia sudah membuat pujaan hati pria itu dibully dan dijelekkan oleh banyak orang karena ulahnya."Kamu mau menceraikan aku?" tanyanya dengan tenang. Matanya menatap selembar fotonya dan Ajeng di antara pecahan kaca pigura."Ya. Ella Paramita Wijaya, aku talak kamu hari ini. Kita sudah bukan suami istri lagi. Aku udah mengajukan gugatan cerai di pengadilan," kata Evan dengan lantang.Ella mengepalkan tangannya. Amarah yang selama ini tersimpan di balik sikap ramah dan murah senyum, kini muncul ke permukaan. Lagi dan lagi, hidupnya berantakan karena Ajeng. Suaminya kini menceraikannya karena Ajeng."Selalu perempuan itu. Seharusnya aku membunuhnya saja," gumamnya sambil meremas lembaran foto lain yang berisi dirinya dan Ajeng. Kebenciannya semakin berkobar. "Dasar perempuan laknat!""Jaga mulut kamu!" Evan membalikkan ku
"Apa? Ella diceraikan oleh Evan? Kamu yakin?" Teriakan Puspa melengking, sampai-sampai Susno yang baru pulang kerja langsung membeku di tempatnya berdiri."Semua pekerja di rumah Evan menjadi saksinya? Memangnya kenapa kok Ella bisa dicerai? Dia lagi hamil dan sakit! Apa mereka bertengkar? Apa gara-gara Ajeng menjadi istri kedua Evan?"Susno bukan hanya membeku di tempatnya, melainkan juga seperti dipukul kuat-kuat di bagian jantungnya. Ajeng menjadi istri kedua Evan? Apa dia tidak salah dengar? Kenapa dia tidak tahu soal ini?Mengetahui bahwa Ajeng dituduh sebagai pelakor saja jantungnya seperti berhenti berdetak. Kenapa anak buahnya tidak memberitahunya tentang hal ini?"Apa? Maksudnya gimana? Ella mau balas dendam? Sama siapa?"Susno merasa nyawanya seperti dicabut. Putrinya ternyata tidak main-main dengan ucapannya. Dia kira, Ella hanya menggertaknya saja."Sekar Anjani?"Satu nama yang membuat Susno ingin lenyap ditelan bumi. Sudah sangat lama sekali dia tidak lagi mengungkit nam
"Saya harus tahu apa yang sudah diperbuat oleh istri saya. Saya ini suaminya," paksa Susno pada polisi yang tadi menggiring Puspa ke kantor polisi."Istri anda adalah otak di balik foto-foto Nyonya Ajeng yang beredar di media sosial. Dia menyuruh seseorang untuk menjebak korban dengan memasukkan obat perangsang ke dalam minumannya agar bisa dibawa ke hotel oleh orang itu.""Apa?" Susno membelalakkan mata dan meremas rambutnya dengan tangan kanan. "Kenapa dia bisa berbuat begitu?"Yang dia tahu, pelakunya adalah Nadia. Itupun dia hanya tahu bahwa Ajeng difitnah sebagai pelakor. Bukan tentang penjebakan Ajeng menggunakan obat perangsang. Kenapa orang suruhannya lagi-lagi tidak melaporkan tentang itu padanya?"Kami akan menginterogasinya nanti. Tuan Evan Braun yang mengajukan tuntutan itu.""Evan Braun? Kenapa bisa dia yang mengajukan tuntutan?" Susno benar-benar tak mengerti. Sudah sebulanan ini dia tidak mendapatkan informasi apa-apa mengenai Ajeng dari orang suruhannya."Dia adalah su
Evan tengah menandatangani beberapa dokumen ketika tiba-tiba pintu kantornya dibuka dengan kasar. Dia mendongak hendak memarahi Siska, tapi urung ketika yang dilihatnya justru ibunya."Mama ngapain ke sini? Kenapa nggak menelepon aja kalau ada perlu?" tanyanya heran sebelum kembali berkutat dengan pekerjaannya."Kamu ini kenapa malah sibuk di kantor? Kenapa nggak nemuin istri kamu?" tuntut ibunya."Aku udah menceraikan Ella," jawab Evan tanpa mendongak.Tidak ada tanggapan. Evan mengernyitkan alisnya, heran kenapa ibunya tidak bereaksi apa-apa. Dia mendongak dan mendapati ibunya yang hanya menaikkan sebelah alis."Seharusnya sudah sejak dulu kamu ceraikan dia. Kenapa baru sekarang?"Kali ini, Evan menghentikan pekerjaannya. "Mama kenapa bilang begitu?"Dahlia mendengkus dan melangkah menuju ke sofa di seberang meja kerja Evan."Mama nggak menyangka kalau Ella itu begitu liar. Waktu kamu ke Surabaya, Mama sama Ajeng datang ke rumah kamu. Eh, dia malah debat sama sopirnya itu lho. Rudi