Azhar POV Hampir enam tahun aku hidup bersama Alisha, jadi aku tahu apa yang ada dalam pikirannya. Aku tahu dia merencanakan sesuatu saat keluar dari ruanganku. "Kita ke hotel N, aku yakin Alisha pasti akan mengikuti mobilmu." "Apa kau yakin ?" tanya Erwin lalu menatapku. Aku hanya tertawa tanpa suara. Aku kini bukanlah pria yang tunduk begitu saja di kaki ayahnya seperti dulu, aku bukanlah suami yang diam saja ketika isteriku berkuasa seolah-olah aku adalah suami yang patuh terhadap semua perintahnya. Aku adalah pria sejati yang akan memperjuangkan cinta sejati sampai titik akhir hayatku. "Buka satu kamar saja, lalu aku akan keluar menggunakan mobil hotel, aku ingin melihat apakah Mita sudah mengangkut semua barang-barang ke rumah baru." "Baiklah, tapi hati-hati. Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nanti." Aku dan Erwin lalu keluar menggunakan mobil Erwin, karena mobilku ku tinggalkan di rumah baru kami. Aku tak melihat sesuatu yang mencurigakan selama dalam perjal
Salsa POVAku merasa lega tatkala tuan Azhar dan Mita pergi dari perumahan ini. Aku masuk kembali ke dalam rumah. Aku membiarkan pintu rumah terbuka. Aku memindahkan pakaianku ke kamar Mita. Tuan Azhar sudah mengatur semuanya untuk kami berdua, kami di bayar setiap bulan untuk menjaga isteri dan anaknya. Awalnya aku tak menyadari jika seseorang sedang mengawasi rumah ini. Ketika kami kembali dari perumahan elite, aku tak langsung turun dari mobil. Aku dan Nabila sedang berbincang tentang bagaimana tugas kami selanjutnya jika mereka pindah besok.Tak sadar mataku melihat sebuah mobil yang lalu lalang di kawasan perumahan ini. Kulihat seseorang menurunkan kaca mobilnya dan mengamati rumah ini. Karena ini masih bagian dari tugasku dan Nabila akhirnya kami berusaha untuk mengalihkan perhatian mereka dan aku memberitahu tuan Azhar apa yang telah aku lihat.Kini aku tengah menunggu kedatangan Nabila yang tengah mengalihkan perhatian mereka. Aku menarik nafas lega setelah melihat Nabila tu
Azhar POVPagi ini aku menemani Tisa untuk menjalani transfusi darah lagi, kali ini dia tak menginap di rumah sakit. Ini merupakan sebuah kemajuan, karena Tisa bahagia sehingga membuatnya sangat sehat, setelah proses transfusi darahnya selesai dia langsung di perbolehkan pulang."Teruslah seperti ini tuan Azhar, semoga anak anda cepat sembuh," ucap Dr. Rian sambil menjabat erat tanganku.Kami kembali ke rumah, ternyata di sana Salsa sudah menungguku. Mita pamitan ke pasar bersama Nabila. Aku dan Salsa duduk di teras sambil berbincang."Kemarin nyonya Alisha datang ke perumahan."Aku terkejut, jantungku berdegup sangat kencang. Ini bukanlah berita yang aku harapkan."Mau apa dia datang ke sana ?""Jangan khawatir tuan, nyonya hanya datang menemani temannya.""Temannya siapa ?" tanyaku penasaran.Akhirnya Salsa menceritakan keributan yang terjadi di kompleks perumahan Griya Permai. Aku menghela nafas lega, walau begitu aku semakin waspada. Untunglah kemarin sore kami sudah pindah ke rum
Aku tak mengizinkan Mita keluar dari kamar, terlalu candu bagiku untuk terus mencumbunya."Aku akan memasak makanan ke sukaanmu.""Nanti dulu."Aku tak membiarkannya beranjak dari tempat tidur. Kutatap wajah isteri cantikku ini, bukan wajah cantiknya yang membuatku mencintainya, tapi hatinya yang selalu perduli pada orang lain, perhatiannya dan hati yang mudah memaafkan semua kesalahanku. "Nanti malam kita akan melakukannya sampai pagi."Ucapan Mita membuatku tertawa terbahak-bahak, dia berpikir aku menahannya untuk kebutuhan biologisku. Memang ku akui sejak menikah dengannya aku seakan menemukan kembali gairah hidupku, aku terus bersemangat di tempat tidur tanpa kenal lelah. Tetapi bukan hanya itu yang membuat hidupku penuh gairah, tetapi kenyamanan dan kebahagiaan barulah kutemukan sekarang."Kenapa tertawa, tidak lucu tau...!"Mita menepis tanganku lalu bangkit menuju ke kamar mandi. Rasanya aku ingin mengejarnya dan memulai kembali rasa yang muncul tiba-tiba. Tapi kutepis semua r
Setelah meletakkan cangkir ke atas meja, aku memandangi sekeliling ruangan, aku takut jangan sampai ada yang mendengarkan pembicaraan antara diriku dan ayahku.Siapapun yang akan mendengarkan percakapan kami pasti akan tembus sampai ke telinga Alisha. Dan ini tak boleh di biarkan. Sepanjang jalan menuju ke rumah orang tuaku, aku sudah memikirkan segala konsekwensinya. Tetapi ternyata ayahku sudah mengetahui kebenarannya."Kenapa papa tidak menghubungiku jika sudah tahu kebenarannya ?""Papa tau pasti kau akan datang menemui papa.""Sejak kapan papa mengetahuinya ?""Papa melihatmu mengantar anakmu ke Rumah Sakit."Aku terdiam beberapa saat lamanya. Kutatap wajah ayahku, aku membutuhkan dukungan. Apakah ayahku akan berada di pihakku ?"Namanya Tisa, dia mengidap penyakit Thalasemia," ucapku lirih, air mataku menetes perlahan.Ayahku terkejut dan menatapku tak berkedip, mungkin ia tak menyangka jika cucunya mengalami hal yang sama dengan kakakku.Ayahku tersentak mendengar penuturanku.
Yasir PovSeperti biasa aku akan melakukan chek up di Rumah Sakit untuk penyakit prostat yang pernah ku derita. Aku pernah melakukan operasi beberapa tahun yang lalu sehingga hari ini aku akan melakukan chek up untuk penyakitku itu.Ketika melewati ruang gawat darurat, kulihat Azhar menggandeng tangan Mita dan seorang anak kecil. Jika kuperhatikan wajahnya mirip Azhar. Aku sudah bisa menyimpulkan jika anak itu adalah cucuku.Aku sengaja tak menghampiri mereka, aku yakin Azhar pasti akan memberitahukan hal itu padaku cepat atau lambat. Dan benar saja, dia datang ke rumah untuk memberitahukan hal itu. Tapi aku mencegahnya untuk menceritakan hal itu pada Masyita isteriku. Aku sebenarnya tidak membenci Mita isterinya. Karena kulihat gadis itu wanita yang baik dan dari keturunan baik-baik. Hanya saja kami terlanjur menjodohkan Azhar dengan Alisha puteri tuan Permana dan ibu Sulis. Aku berhutang budi pada mereka, Permana adalah teman sekolahku dulu. Dan kami pernah berjanji untuk menjodohka
Azhar PovAku pulang ke rumah dengan sejuta harapan, Erwin lalu berpamitan pulang. Aku melongok ke kamar Tisa, kulihat dia sedang tidur nyenyak. Akhirnya aku masuk ke dalam kamar.Mita sedang melipat pakaian dan menyusunnya dengan rapi di dalam lemari. Dia menengok saat melihatku masuk."Apa kata mama dan papa?"Aku tak menjawab pertanyaannya, aku membuka kemejaku dan menggantungnya di belakang pintu. Mita mengambil kaus dan celana pendek dari dalam lemari dan menyerahkannya padaku. Setelah memakai pakaian, aku menarik Mita ke atas ranjang."Pintunya belum terkunci."Aku tertawa dan segera berdiri mengunci pintu. Lalu kembali berbaring di sampingnya. Tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku segera bangun kembali dan meraih ponsel di atas meja rias. Kulihat panggilan dari ibuku, aku menaruh telunjuk di bibir meminta Mita tak bersuara."Halo ma, aku baru saja tiba di kantor," bohongku. Tak mungkin aku mengatakan di rumah. Nanti ibu ku akan menanyakan dimana Alisha."Apa kau tak tahu jika papam
Alisha PovSebagai isteri pasti bisa merasakan apa yang dilakukan suaminya di luar sana. Aku terus menelpon Azhar namun tak juga dia mengangkat panggilanku. Kegelisahan ini tak bisa di lukiskan. Sudah berapa hari ini dia tak pernah menyentuhku.Aku duduk di depan cermin, wajah ini tidak terlalu buruk namun tak bisa di katakan cantik. Ku akui tubuhku tak seputih gadis-gadis di luar sana. Ayahku berkulit hitam sehingga kulit tubuhku menurun darinya.Enam tahun membina rumah tangga, namun kami tak juga di karuniai anak, Azhar bahkan pernah menemaniku ke dokter, menurut dokter kandunganku baik-baik saja. Atau apakah ada sesuatu yang mereka sembunyikan tentangku ?Tengah memikirkan kebersamaan kami, tiba-tiba Azhar masuk ke dalam kamar. Aku menyambutnya dengan gembira.Dia memeluk dan mengecup keningku. Kedatangan Azhar yang sangat tiba-tiba membuatku sedikit gugup. "Siapkan makan malam untukku."Bahagia rasanya ketika Azhar memintaku menyiapkan makan malam untuknya. Aku langsung berdiri