Bab356"Kamu kenapa ini?" tanya Arya, ketika Elea memasuki rumah dengan keadaan luka."Seseorang melemparkan batu ke arahku.""Serius, El.""Kamu pikir aku becanda, Mas? Nggak lucu sampe luka begini aku becanda.""Engga, maksudnya gimana sih, kok kamu bisa di lempar batu? Kamu ada masalah sama seseorang?""Aku juga nggak tau, Mas. Aku sudah lapor polisi tadi."Elea duduk di sofa dengan wajah di tekuk."Memang kejadiannya dimana?" Arya bertanya sambil mengambil psodi duduk juga."Di cafe.""Di cafe? Ngapain kamu di sana?""Ketemu klient kan! Aneh banget pertanyaan kamu, Mas."Kemudian Elea melemparkan ponselnya ke samping Arya."Tuh baca! Aku diteror juga."Arya mengambil benda pipih itu dan membaca pesan ancaman tersebut."Kita kan nggak punya musuh, ini pasti orang iseng.""Iseng apaan sih? Kamu nggak liat wajahku ini. Mas, ini pasti ada hubungannya dengan Felix, kamu jangan lupa dengan lelaki itu. Sudah 1 tahun berlalu, Mas."Arya terdiam sejenak."Tidak mungkin, seharusnya penjara
Bab357Usai pengambilan darah, Sechan berbaring di ruangan tersebut yang memang tersedia brankar."Inilah yang dinamakan hidup sakit mati tak mau," lirih Sechan.Sebaik apapun dia bersikap pada Kevin, lelaki itu tetap saja dingin padanya. Bahkan, Kevin terkadang malah terlihat selalu ingin mencari masalah dengannya."Apakah aku sehina itu, sehingga dia harus memperlakukan aku tanpa perasaan begini," batin Sechan penuh keluhan.Air matanya perlahan menetes, meski kedua bola mata cantik wanita itu terpejam, merasakan rombakkan luka di hati yang mulai menganga.Setelah merasa pulih, Sechan berusaha keluar ruangan dan berniat untuk menemui Kevin, ingin tahu keadaan Asmara.Baru keluar dari ruangan, Kevin sudah menghadangnya."Pulanglah!" titah Kevin. Tidak ada ucapan terimakasih, apalagi menanyakan tentang keadaannya setelah mendonorkan darah.Kevin dengan dingin, malah menyuruhnya pulang begitu saja.Belum sempat Sechan bersuara, Kevin telah melangkah pergi, meninggalkan Sechan dalam keh
Bab358Sechan sampai di apartemen dalam keadaan basah, dia bergegas masuk dan langsung menuju kamar mandi.Sechan membersihkan diri, menangis lagi di bawah guyuran air shower. "Entah dosa apa yang aku lakukan di masa lalu, sehingga begini berat yang harus aku lalui," gumam Sechan, sambil duduk memeluk lututnya.Entah berapa lama dia membiarkan diri di bawah air dingin itu, hingga kini dia merasakan seluruh tubuhnya sakit dan sulit untuk dia gerakkan. Tubuhnya terasa kaku, wajahnya pucat dan gemetar hebat.Sechan merangkak, mendekati pintu. Wanita ini menyiksa dirinya sendiri.Dia berusaha berdiri, dengan sisa- sisa tenaga yang dia miliki. Sechan meraih handuk kimono nya, memakainya dan berusaha keluar dari kamar mandi dengan tertatih- tatih.Kamar tidur terasa sepi, apartemen yang cukup luas ini pun teramat sepi bagi Sechan. Tetapi dia sudah lama terbiasa sendiri, sehingga dia tidak begitu bersedih dengan keadaan yang sepi.Sechan berjalan menuju tempat tidur, dia merebahkan diri dan
Bab359Tiba- tiba Felix terkekeh."Silahkan saja, jika kamu siap kehilangan putri semata wayangmu!" ujar Felix. Lelaki itu membenarkan letak posisinya yang tadi terjungkal."Jangan kamu pikir, aku akan diam dan menerima semua perlakuan kalian. Tidak semudah itu, Kevin. 24 jam, keluargamu dalam pengawasan orang- orangku."Kevin tersentak mendengar pengakuan Felix yang sedikit menakutkan itu. Apalagi jarak dia dan keluarganya cukup jauh.Jakarta dan Kalimantan, tentu Kevin tidak mungkin bisa melindungi semuanya."Seharusnya kamu jangan bermain- main denganku, aku bukan orang yang mudah lupa dan berdamai dengan keadaan. Coba saja bunuh aku, dan aku pastikan seluruh keluargamu mati malam ini."Ucapan- ucapan penuh ancaman terus Felix layangkan. Lelaki itu berdiri di depan Kevin dengan penuh kemenangan."Jadi mau kamu apa?" tanya Kevin, lelaki itu berusaha tenang dan menyelami pikiran licik Felix."Haha, aku hanya ingin melihat kamu dan Asmara menderita. Dan Elea, wanita itu pun harus mende
Bab360"Lepaskan aku! Lepaskan Ayahku!" pinta Felix dengan sorot mata mengiba."Memangnya aku mau? Kau coba merusak kehidupanku bukan? Wanita itu, dia pasti suruhan kamu kan!!" Kevin berkata sambil menunjuk ke arah Sechan yang terdiam mematung.Felix hanya diam."Kau berhasil membuat segalanya menjadi rumit." Kevin tersenyum penuh arti."Tapi aku, tidak akan membiarkan kamu bahagia. Kau pikir aku orang baik dan pemaaf? Tidak, kau salah orang. Dunia hitam telah bertahun- tahun aku jejali. Kejahatan mana yang tidak pernah aku lakukan?" Kevin tertawa terbahak- bahak."Di dalam anggota topeng hitam, aku adalah ketuanya, aku juga orang yang paling tega dan kejam. Jadi, kau salah orang jika bermain- main denganku."Kevin mendekati Felix, kemudian menarik tangan lelaki itu."Mau- mau ap--aaa ...." Felix gemetar, ketika Kevin mengeluarkan pisau kecil, dengan mata yang terlihat tajam."Mengirimkan Ayahmu kenang- kenangan, agar dia tahu, dia sedang berhadapan dengan siapa," jawab Kevin penuh pen
Bab361"Sudah, cepat berdiri, kita harus keluar," tegas Kevin.Sechan masih terlihat ragu."Vin, tapi Ayahku di LN, dikurung mereka di sana. Mereka bisa menyakitinya, Vin. Apalagi jika mereka tahu, kamu membuat Felix sekarat.""Aku tidak punya banyak waktu untuk memikirkan hal yang jauh dari jangkauanku. Yang jelas, aku bukan orang yang mau ditindas orang lain."Usai berkata, Kevin lekas pergi meninggalkan Sechan yang terdiam bersimbah air mata dan ketakutan."Sia- sia semuanya, jika pada akhirnya Ayahku akan mati di tangan mereka," lirih Sechan.Dengan langkah gemetaran, Sechan menyusul Kevin keluar apartemen. Pikirannya sangat kacau saat ini. Keduanya pun hanya diam di dalam mobil, sembari melaju menuju sebuah hotel."Keluar," ujar Kevin, ketika mereka sampai di parkiran hotel ternama.Sechan keluar dan berjalan dengan langkah gontai di belakang Kevin."Ya Allah," lirih Sechan sembari meremas bajunya. Sechan benar- benar gelisah memikirkan nasib Ayahnya.Sementara Kevin nampak tidak
Bab362Pagi itu, aku sarapan dengan anak- anak dan suami seperti biasanya. "Kapan kita liburan? Kapan Mamah sama Papah ada waktu untuk kami?" tanya Cinta, anak sulungku yang kini beranjak remaja.Aku menghela napas berat, pertanyaan ini begitu sering aku dengar di kala sarapan pagi."Cinta, dipikiran kamu kok ya liburan terus? Apa kamu nggak lihat Mamah sama Papah itu sibuk dan banyak kerjaan? Lagian semua ini untuk kalian berdua," ujarku memberi penjelasan yang sama berulang kali."Sibuk terus! Kapan ada waktu buat kami? Kami juga butuh kalian," jawab Cinta dengan tatapan kecewa padaku."Cinta, sabar ya, Nak. Mamah Papah akan usahakan untuk buat schedule liburan bareng kalian. Tapi untuk saat ini, Cinta sabar dulu ya," timpal mas suami dengan lembut.Ini nih yang buat Cinta semakin melunjak, janji- janji manis Papahnya yang entah kapan dia realisasikan."Schedule terus juga alasan Papah, lama- lama kami berdua ini seperti anak yatim piatu," desis Cinta dan meletakkan dengan cukup ke
Bab363Aku menarik napas dalam- dalam, menghembuskannya dengan perlahan. Aku pergi meninggalkan kantorku, menuju ke rumah Delima. Rasanya, dadaku benar- benar sesak diabaikan begini. Sesampainya di rumah Delima, ada mas Andre dan istrinya juga di sana. Mereka menyapaku dengan ramah dan mempersilahkan aku masuk langsung ke dalam kamar Delima.Memang biasa sudah begitu, aku tidak pernah sungkan ketika berkunjung kemari."Jadi kamu diabaikan mereka?" Delima memperjelas pemahamannya, mengenai ceritaku yang tadi panjang lebar aku katakan padanya."Iya. Bahkan seperti sengaja," jawabku lagi.Delima tersenyum."Mencari rezeki demi keluarga itu sewajarnya saja. Mereka juga butuh perhatian dan kasih sayang kamu, El. Dikurangi, bukan berarti di tinggalkan."Aku menghela napas berat lagi."Tapi akhir- akhir ini butik sedang ramai, para investor pun semakin berdatangan menawarkan kerjasama. Perusahaan kecil yang aku bangun sedang masa dalam perkembangan, Del. Aku hanya ingin fokus membesarkanny
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond