Bab239Di dalam rumah, Asmara memperhatikan semua kebutuhan Kevin."Mau di pijat?" tanya Asmara."Nggak usah."Asmara mengambil handuk kecil, membawa ember mungil berisi air hangat, dan meletakkannya di atas meja.Kevin yang duduk di sofa, yang ada di dalam kamar mereka pun hanya diam melihat kesibukan istrinya.Asmara duduk. "Sini aku bersihkan tubuh kamu! Sudah 3 hari kamu nggak ada mandi.""Biar saja, kamu bisa tidur di kasur sendiri. Aku, biar tidur di sini.""No. Kamu suami aku, dan ini rumah kamu. Jika ada yang harus tidur di sofa itu aku, bukan tuan rumah."Kevin terdiam. Semakin Asmara perhatian, Kevin semakin tertekan, di hantam rasa bersalah."Sekarang aku bantu buka baju, ya."Kevin juga tidak banyak bicara, ketika Asmara mulai membuka bajunya. Wanita itu dengan cekatan menggosokkan pelan handuk yang di rendam di air hangat itu ke badan Kevin."Biar kamu tetap segar, dan semoga cepat sembuh, biar bisa beraktivitas kembali." Lelaki itu tetap tidak menyahut apapun ocehan Asm
Bab240Ponsel Arya kembali berdering di saat malam. Elea berpura- pura tidak mendengar.Arya meraih ponsel dan berjalan pelan keluar kamar."Kenapa malam- malam begini kamu telepon sih?" geram Arya."Penting tau," jawab seseorang di sebrang telepon.Kan sudah kita bahas siang tadi. Sebisa mungkin ini nggak keluar di pembahasan nanti.""Sulit, aku juga sudah menghubungi Kevin, katanya sudah aman.""Kamu kan tahu, kalau dia yang urus pasti tambah rumit." "Mas ...." Suara Elea mengejutkan Arya yang duduk di anak tangga. "El," lirih Arya dengan wajah nampak gugup."Kamu bicara sama siapa? Kenapa harus sembunyi- sembunyi begini?" selidik Arya."Aku lagi ngomong sama Zurnal. Kan kamu lagi tidur, nggak mungkin aku jawab telepon di dalam kamar."Elea terdiam."Nanti aku telepon lagi," ujar Arya mendekatkan kembali ponsel ke telinga. Setelah panggilan terputus, Arya mendekati Elea."Kamu lagi nggak main gila kan, Mas?" tanya Elea lagi penuh curiga.Arya menggeleng sembari tersenyum. "Bagaima
Bab241"Vin, kenapa sih ngomongnya begitu?" tegur Asmara, tidak senang dengan ucapan pedas Kevin pada Elea.Kevin mendengkus. "Kita pulang saja, biar Zurnal yang menemani mereka. Lagian, mereka juga nggak apa- apa," kata Kevin.Asmara menghela napas. "El, kami pulang ya, cepat pulih. Em, kalau ada apa- apa, kabari kami," ujar Asmara.Elea mengangguk lemah. Wanita itu merasa malu dan tidak enak hati.Arya nampak mulai sadar, terlihat dari gerakan tangannya."Kalian nginap sehari di sini dulu, besok baru pulang. Aku urus administrasinya dulu," kata Zurnal. Elea mengangguk."Makasih, Nal." Arya sadar, lelaki itu hanya diam melihat Elea tersenyum."Maaf," lirih Elea. Namun Arya enggan menanggapi, lelaki itu memilih diam.Perawat membawa mereka ke ruang rawat inap. Meskipun berada di ruangan yang sama, Arya enggan berbicara dengan Elea saat ini.Erina hanya melakukan panggilan telepon, untuk mengetahui kabar mereka. Sebab Erina tidak berani meninggalkan Cinta dan Echa di rumah bersama pe
Bab242"Sayang ...." Arya memeluk Elea dari belakang. Wanita itu tersenyum, sepertinya suaminya tidak marah lagi.Elea membalikkan badannya, menatap suami yang begitu dia cintai."Maaf kalau aku ...." Arya menjeda ucapannya. Elea menutup bibir Arya."Aku yang minta maaf, aku yang bersalah tidak percaya sama kamu. Biar bagaimana pun, selama ini kamu baik dan selalu membuat aku bahagia."Arya tersenyum getir dan memeluk tubuh istrinya itu.Pelukan yang teramat erat. Berkali- kali Arya mengatakan."Aku mencintaimu, aku mencintaimu," gumam Arya, sambil membelai rambut hitam panjang milik Elea."Aku juga, Mas." Elea pun mengerat kan pelukannya, menyalurkan perasaan cinta.Drett.Bunyi pintu ruangan mereka dibuka. Kevin nampak salah tingkah, melihat Elea dan Arya berpelukan."Maaf," ujar Kevin.Arya dan Elea pun melepaskan pelukan mereka."Kau kembali," ujar Arya, mendekati Kevin."Ada hal penting yang harus kita bicarakan, berdua," kata Kevin dengan wajah serius."Sayang, mas keluar lagi y
Bab243"Kita bahas Kevin dulu," ujar Zurnal, di sahut anggukan dari Arya dan Elea."Sebenarnya aku dah lama curiga sama Kevin. Tapi ya, curiga boleh menuduh jangan ya, kan. Nah, pada akhirnya Kevin yang jujur sendiri.""Jangan muter- muter, Nal." Elea kesal."Kevin ngaku jatuh cinta sama kamu!! Tapi dia juga bingung, karena kamu istri sepupunya. Semua itu diluar kendalinya, dia bodoh sekali," gumam Zurnal."Nggak mungkin! Aku sama dia saja selalu ribut, bahkan kami tidak pernah damai sekalipun.""Nah itu dia. Benci sama cinta beda tipis kan? Itu dia cari perhatian sama kamu, dengan cara selalu ngajak ribut. Nggak mungkin dia ngajak romantis, sadar diri lah dia, kamu istri orang." Elea terhenyak mendengar penuturan Zurnal yang panjang lebar."Dan suamiku ini juga tau?" tanya Elea lagi."Dia yang awalnya tau duluan malahan.""Astaga, Mas Arya." Elea mendelik ke arah Arya.Suaminya itu tersenyum. "Kurasa istriku ini cukup cantik untuk di cintai sepupuku.""Nggak lucu!!" Elea memasang wa
Bab244"Mas, lepas nggak!!" sentak Elea. Arya mengeratkan pelukannya."Demi Delima, kamu membiarkan aku diurus Kevin, hingga membuatnya ada rasa sama aku. Kamu lupa bagaimana Delima jahatnya sama aku, Mas."Arya tidak menyahut, dia membenamkan wajahnya di bahu Elea."Sudahlah, Mas. Demi Delima, kamu melakukan segalanya. Kupikir kamu hanya kebetulan bertemu. Rupanya, kamu memang sengaja membuat kisah baru dengannya. Pantas saja, kamu selalu sibuk keluar kota. Meskipun kamu tidak selingkuh secara nyata, tapi hati kamu? Itu sudah aku ragukan.""El, sudah. Malu, kalian di lihati banyak orang."Zurnal berkata pelan. Elea mengedarkan pandangan."Zurnal terimakasih, jika kamu nggak ngomong tadi, mungkin suamiku ini akan tetap diam dan diam- diam akan terus berurusan dengan mantannya.""Sayang, kan Mas sudah bilang, Mas nggak ada apa- apa lagi dengan Delima. Semua yang terjadi, murni karena rasa kasihan.""Bulshit. Kamu sibuk ngurusin dia, dan lupa ngurusin aku. Kamu sibuk membantu dia, tapi
Bab245Setelah menginap 1 hari di rumah sakit, kini Elea pulang bersama Arya ke rumah mereka di jemput Kevin.Meskipun keadaan rumah tangga Kevin sedang tidak baik- baik saja, Kevin tetap memperhatikan Arya dan Elea.Elea canggung ketika di tatap Kevin, wanita itu berusaha menghindari Kevin secepatnya dengan memilih masuk ke kamar lebih dulu. Sedangkan Arya, kini duduk di ruang tamu, mengobrol sebentar sama Kevin."Kenapa Elea? Nampaknya kalian sedang bertengkar," ujar Kevin.Arya tersenyum kaku. "Begitulah perempuan kalau lagi datang bulan," dusta Arya.Kevin yang paham tidak lagi menyinggung hal itu."Program baru yang kamu persentasikan di kantor membuahkan hasil. Penjualan produk semakin meningkat pesat," ungkap Kevin.Tiba- tiba pelayan masuk. "Maaf Tuan, di depan ada tamu, katanya ingin bertemu Anda.""Siapa?" tanya Arya."Seorang wanita, Delima katanya namanya," jawab pelayan tersebut."Delima?" gumam Arya."Siapa Delima?" tanya Kevin. Arya nampak ragu."Suruh masuk!" ujar Kev
Bab246"Sadar nggak sih? Semua konflik ini jelas menjadi panjang, berawal dari kecerobohan kamu!!" teriak Zurnal, ketika Arya kembali mencari dia untuk curhat.Meskipun Zurnal sering ngomel, tapi Zurnal adalah sahabat yang selalu bersikap netral. Arya terdiam, kedua lelaki ini duduk di belakang rumah Zurnal, sembari menikmati keindahan kolam ikan di depannya."Point pertama. Sarah yang gila harta. Oke, ini masalah harta dan semua sudah beres jika hanya kamu yang menangani nya dengan serius. Tidak perlu melibatkan Kevin. Tapi apa, kamu libatkan dia, andai kamu fokus ngurus Elea di Jakarta, semua nggak akan menjadi sepanjang ini.""Terus aku harus bagaimana?""Jauhi Delima sesuai ucapan kamu pada Elea. Masalahnya ini sekarang cuma 1, Delima yang harus kamu jauhi. Masalah perebutan harta dan tindak kejahatan sudah beres. Tolonglah, jangan kamu tambah masalah terus. Sebagai sahabat, aku pusing melihat segi percintaan kalian," ujar Zurnal sembari memejit pelipisnya."Buang rasa kasihan ya
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond